Mohon tunggu...
Yuni musfira
Yuni musfira Mohon Tunggu... Lainnya - Uwais

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembodohan yang Terjadi sebab Ulah Tak Kasat Mata (Covid-19)

10 Agustus 2020   16:07 Diperbarui: 10 Agustus 2020   16:25 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini untuk menjadi famous tidak perlu ada wujudnya secara kasat mata. Mengapa demikan? Terbukti dari sebuah makhluk yang Tuhan ciptakan yang bernama Corona. Sebuah makhluk yang berukuran sangat kecil bahkan tak tampak jika tanpa alat bantu dan ia mampu mengguncangkan seluruh dunia. Menghebohkan planet bumi, menjadikan manusia yang tidak memanusiawikan manusia. 

Bagaimana tidak, yang mati karenanya tidak ada hukum fardhu kifayah atasnya, yang terjangkit positif karenanya dijauhkan dari seluruh warga yang ada, seolah-olah ia punya planet tersendiri ketika kata 'positif' menjadi lebel di dirinya, dan yang lebih uniknya, orang yang hanya batuk-batuk dan flu ringan jika berada di kerumunan banyak orang, maka lihatlah sejuta mata tertuju padanya.

Oke. Mari kita berkenal dengan makhluk ini sehingga kita bisa melihat seberapa tenarnya dia di muka bumi yang manusia sendiri adalah khalifahnya (pemimpin). Dia bernama Corona, yaitu sebuah virusyang ukurannya lebih kecil dari bakteri atau kuman. Virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrme (SARS) (Menurut situs WHO).

Covid-19 ini masuk ke Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. (Data dari Mediscane.id). Virus ini menginfeksi 2 orang Indonesia, ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun karena mereka berhubungan dengan WN Jepang. (NU Online).

Sampai akhirnya pada tanggal 15 Maret, presiden Jokowi selaku kepala dari jutaan manusia di Nusantara memutuskan untuk meliburkan seluruh sekolah dan kampus di Indonesia dan dilakukan sistem belajar dengan daring atau e-learning. Sebuah keputusan yang sangat bijak untuk menanggulangi penyebaran covid-19 yang sangat cepat. 

Libur dari kampus tidak membuat mahasiswa libur dari tugasnya. Karena pada dasarnya para mahasiswa tetap melaksanakan perkuliahan hanya saja sistemnya saja yang diganti. Dan pemerintah pun membuat himbauan untuk masyarakat agar penyebaran virus ini tidak merajalela, dengan cara social distancing dan tidak mengizinkan perkumpulan-perkumpulan yang tidak terlalu penting.

Tapi sangat disayangkan, watak keras kepala dan tidak peduli serta kurangnya wawasan inilah yang membuat banyak dari masyarakat plus enam dua ini tidak menghiraukan himbauan dari pihak pemerintah. Sehingga penyebaran virus semakin hari semakin meningkat, orang yang terinfeksi semakin membludak sampai para medis kualahan dalam menanggani kasus ini. Dalam waktu 14 hari yang diberikan oleh pemerintah tampaknya tidak cukup untuk memutuskan rantai penyebaran virus sehingga dinas pendidikan memperpanjang libur hingga sampai bulan Juli.

Libur dari sekolah memang dianggap mengasyikan bagi anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar. Mereka dituntut untuk belajar di rumah atau melakukan pembelajaran menggunakan sistem online. Di daerah terpencil yang buta akan tekhnologi tentunya mereka tidak melaksanakan sistem pembelajaran secara online. Sehingga membuat mereka banyak ketertinggalan mata pelajaran. 

Banyangkan saja berbulan-bulan lamanya mereka tak menyentuh dunia persekolahan. Tentu pastinya pisau yang tak lama dipakai dan diasah pasti akan tumpul. Sangat disayangkan, apalagi ini adalah pengliburan di seluruh wilayah Indonesia. Bagaimana jika wabah selesai, kebodohan anak bangsa datang dan sulit untuk usai?.

Disinilah peran penting orang tua ikut andil. Orang tua menjadi guru yang seutuhnya bagi anak-anaknya untuk belajar di rumah. Akan tetapi, seperti yang banyak kita ketahui bahwa tidak semua orang tua mempunyai skill dalam mengajar dan mengingat pekerjaan mereka masing-masing sangat banyak. Lantas apa yang dapat kita lakukan?. Menurut penulis, salah satu caranya adalah sosialisasi dari pihak pemerintah serta dorongan dan sedikit bekal untuk orang tua agar dapat menjadi orang tua sekaligus guru yang baik di rumah.

Tulisan ini dibuat oleh kelompok 113 KKN DR Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun