Mohon tunggu...
yuni lathifah
yuni lathifah Mohon Tunggu... -

Si gadis Minang yang memiliki motto hidup, " tetaplah tersenyum, sesungguhnya ALLAH bersama kita". kata orang sih Jogja ini istimewa, tapi aku masih mencari sudut istimewa itu.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kota Kabut pun Kini menjadi Kota Asap

10 Oktober 2015   19:12 Diperbarui: 10 Oktober 2015   19:26 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   Koto Baru, merupakan sebuah desa kecil di pinggiran kota Padang Panjang, yang sudah berbatasan langsung dengan kabupaten Agam, Sumatra Barat. Jika melakukan perjalanan dari kota Padang ke Bukittinggi, pastilah akan melewati desa kecil berhawa dingin ini. Secara geografis, Koto Baru ini terletak diantara dua gunung, yaitu gunung Marapi dan gunung Singgalang. Sehingga mata pencarian utama masyarakat disini yaitu bertani, dengan komoditas utamanya wortel dan sawi. 

Karna letak geografisnya yang diapit dua gunung, membuat daerah ini berhawa dingin dan sering di selimuti oleh kabut pegunungan yang tebal. Kabut pegunungan ini merupakan hasil kondensasi uap air yang kemudian menjadi titik-titik air yang memadat menjadi kristal-kristal es dan melayang-layang di lapisanatmosfer yang dekat dengan permukaan tanah. Sehingga hampir setiap pagi dan sore hari negri ini diselimuti oleh kabut tebal. Sesekali saking tebalnya kabut, membuat kita serasa sedang berada di negri awan. Jika kita berada di luar rumah saat kabut tebal ini, kita akan merasakan sensasi belaian kabut putih yang dinginnya menusuk hingga ke tulang. Apalagi di tambah dengan udaranya yang segar,sehingga kota ini pun terkenal dengan julukan "Kota Kabut". 

Tak hanya terkenal karena julukan Kota Kabutnya, namun daerah ini juga terkenal karena disini terdapat sebuah Madrasah Aliyah yang memiliki berbagai prestasi. Madrasah ini tak hanya banyak melahirkan kader-kader ulama, tetapi juga banyak melahirkan para sosialis dan saintis yang berjiwa ulama. Siswa madrasah ini tak hanya berasal dari daerah Padang Panjang, namun juga banyak dari daerah lain, bahkan dari luar Sumatra Barat. Tak hanya kualitas yang mendorong kedatangan para pelajar ini ke Kota Kabut, tetapi juga karena lingkungan madrasahnya yang sangat asri dan nyaman untuk belajar. Akan membuat siapapun yang tinggal disini akan betah, dan akan merindukannya kembali saat mereka meninggalkan desa kecil ini.

Namun dalam beberapa minggu belakangan ini, kedamaian dan kenyamanan Kota Kabut ini seakan hilang. Ternyata kabut yang selama ini telah menyelimuti daerah Koto Baru tak bisa menghalangi kehadiran asap dari daerah Riau untuk ikut menyelimuti Kota Kabut ini. Kian hari asap yang menyelimuti Koto Baru ini semakin tebal, mengakibatkan jarak pandang pun terbatas. Sebenarnya jika dilihat sekilas, tidak ada yang berbeda dengan kondisi Koto Baru sebelumnya yang memang sering diselimuti kabut. Namun saat kita berada disana akan merasakan sendiri perubahan yang terjadi, ini sangat jauh berbeda dengan Koto Baru sebelumnya. Biasanya Koto Baru diselimuti kabut putih yang dingin dan udaranya yang segar, saat pagi dan sore hari. Namun sekarang, Koto Baru diselimuti asap pekat  berhawa panas yang mengganggu pernafasan, dan ini berlangsung sepanjang hari. 

Asap pekat ini mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat. Seperti para petani yang harus menerima kerugian karna hasil kebun mereka banyak yang rusak. Tak hanya pertanian, dari sektor ekonomi lainnya juga ikut terganggu, karena banyak masyarakat yang takut akan bahaya asap ini jika mereka keluar rumah. 

Proses belajar mengajar pun ikut terganggu. Semua siswa diliburkan, karena takut akan bahaya asap ini jika mereka tetap berkeliaran di luar rumah. Contohnya saja siswa MAN Koto Baru ini yang sejak hari Rabu kemarin diliburkan, untuk jangka waktu yang belum bisa dipastikan. Karena harus melihat kondisi asapnya terlebih dahulu. Jika asap ini semakin tebal, maka siswa akan diliburkan untuk jangka waktu yang lebih lama lagi. 

"Masa-masa liburan memang saat-saat yang sangat menyenangkan bagi kami. Namun, bukan liburan yang dikarenakan oleh bencana asap seperti ini. Karena mengingat kami sudah kelas tiga, dan sudah banyak pelajaran yang tertinggal karena libur ini, sedangkan beberapa bulan lagi kami akan menghadapi ujian nasional", ujar seorang siswi. 

"Kami rindu pada kota kabut, bukan Kota Asap seperti ini", tambah siswi lainnya. 

Ya, mereka memang sudah sering diliburkan dari proses belajar mengajar dikarenakan asap tebal ini. Sebagai rakyat biasa, memang tak banyak yang bisa kita lakukan untuk menangani asap tebal ini. Semoga pemerintah memiliki jalan keluar yang baik untuk menanganinya, dan kita juga harus ikut mencegah bertambahnya asap ini. Dan mari kita sama-sama berdo'a, agar asap di Koto Baru ini cepat berganti dengan kabut yang selama ini sudah biasa menyelimutinya. 

*) Ilustrasi: Koleksi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun