Mohon tunggu...
Unique Susetyo
Unique Susetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga, pemerhati semesta

Ibu rumah tangga yang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggapai Mimpi Belanja Saham Lewat Arisan

4 April 2018   01:30 Diperbarui: 2 Mei 2018   23:46 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika menyusun kembali skala prioritas sempat terpikir untuk mengganti perabot rumah tangga dengan uang hasil arisan. Sempat window shopping (cuci mata di kamar sendiri, mantengin ponsel lihat-lihat beberapa toko online perabot rumah tangga). Sempat juga merencanakan liburan tipis-tipis bersama orangtua. Pokoknya, inginnya mah semua keinginan bisa terbeli dengan uang arisan.

Kenyataannya, apa yang saya lakukan dengan uang arisan yang akhirnya jatuh ke tangan?

Saya serahkan sepersepuluhnya ke gereja. Dalam hal ini saya mempraktikkan khotbah pendeta yang bilang untuk tidak perlu njelimet dalam memberi perpuluhan. Lagipula ini bentuk rasa syukur saya untuk 'rezeki nomplok' dari Tuhan. Meskipun uang tersebut adalah tabungan saya sendiri.

Kemudian saya mengangsur biaya pendaftaran sekolah untuk si sulung. Tahun ini dia masuk Taman Kanak-Kanak (TK). Biaya masuk sekolahnya sepersekian dibanding biaya sekolah di Bandung, bisa diangsur pula. Bersyukur ya bisa menikmati kemudahan hidup di kota seperti Wonogiri. Hehe..

Begitu uang arisan diterima, demi keamanan maka saya simpan tunai tersebut ke bank. Tapi bukan berarti uang masuk rekening kemudian bisa aman tersimpan. Di ponsel saya terpasang aplikasi i-banking yang siap menguras isi rekening sendiri. Wkwkw..

Tetap saja saya dan suami aktif berkoordinasi mengatur subsidi silang antar rekening kami demi kelancaran operasional rumah tangga (kalimat saya bisa dimengerti tentunya, qiqiqi..). Artinya, dana di rekening tetap saja terpakai untuk keperluan sehari-hari.

Sebelum dana yang ada jadi raib tak berbekas akhirnya saya membelanjakannya untuk mewujudkan satu cita-cita lama yaitu membeli perusahaan. Saya belanja saham, Sodara. Cita-cita bertahun lalu yang akhirnya tercapai kini.

Cerita lengkap mengenai saham ini mungkin akan saya urai di lain tulisan. Sekarang malah saya jadi bertanya-tanya sendiri; mengapa ya baru sekarang merealisasikan belanja saham ini? Kenapa tidak dari dulu. Tapi kemudian bila saya runut, ada banyak faktor penyebabnya, diantaranya sebagai berikut:

1. Beberapa tahun belakangan ini pemerintah gencar mempromosikan kesempatan 'investasi di negeri sendiri', terutama untuk kaum muda generasi yang lahir di tahun 2000an. Artinya, generasi tahun 80-an seperti saya harus pro aktif mengejar sendiri ketertinggalan informasi itu.

2. Antara tidak ada pembahasan mendalam mengenai saham atau memang saya yang bolos waktu ada materi tersebut di masa sekolah/kuliah dulu.

3. Karena kurang informasi tadi menjadikan saya di awal bekerja tidak menempatkan investasi saham di skala prioritas mengelola pendapatan. Investasi dipandang terbatas pada pekerja berpenghasilan besar. Ini jadi terkat juga dengan poin nomor 1 di atas. Karena pemerintah sedang gencar berpromosi maka baru sekarang pintu kesempatan berinvestasi lebih lebar terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun