Mohon tunggu...
Yunika Umar
Yunika Umar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

mengamati segala yang bisa diamati dan diambil hikmahnya,:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mandi ala Orang Maroko

16 Januari 2010   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:26 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi kita orang Indonesia mandi dua kali sehari rasanya sudah merupakan hal biasa. Bahkan ada saudara saya yang bisa mandi berkali-kali dalam sehari saat dia merasa kepanasan. Tapi ternyata kebiasaan kita ini menjadi suatu hal yang aneh bagi bangsa lain di belahan bumi lainnya.

Pertama-tama saya mohon maaf kalau ada yang merasa tersinggung dengan tulisan ini tapi cerita ini memang terjadi dan saya lihat serta rasakan sendiri.

Ceritanya nih saya sempet tinggal dengan orang Maroko selama hampir tiga tahun. Selama itu juga saya enggak pernah lihat dia mandi tiap hari. Paling banter ya tiga hari sekali dan keseringan seminggu sekali. What??? Malahan kayaknya dia pernah enggak mandi-mandi lebih dari seminggu. Bau? ya kalo lagi musim dingin sih enggak tercium 'harumnya' tubuh dia tapi kalau sudah musim panas, waduh, mana kita sekamar dan dia enggak suka pakai ac. Jangan dibayangin deh harumnya.

Sekalinya teman saya ini mandi, wah bisa dua jam deh kamar mandi occupied. Begitu mendengar dia mau mandi, saya dan kedua teman lainnya langsung buru-buru menggunakan kamar mandi se-efektif mungkin biar nantinya enggak repot. Biar kata bukan lagi di negaranya, dia tetap membuat suasana kamar mandi seperti kebiasaan orang-orang Maroko mandi.

Orang Maroko biasa mandi di hammam. Hammam itu bahasa arabnya kamar mandi. Tapi ini bukan kamar mandi biasa. Biasanya di setiap wilayah di Maroko sana tersedia hammam dengan biaya masuk yang bervariasi. Hammam ini kamar mandi umum tanpa sekat dengan temperature tinggi di dalamnya dan menggunakan lantai dari ubin. Jadi kita serasa seperti mandi uap. Mungkin seperti gaya mandi orang Jepang tapi saya juga kurang tahu karena belum pernah merasakan Japanese style. Tentunya untuk lelaki dan perempuan dipisahkan. Nah sebelum masuk ke hammam ini, didepannya ada warung yang menjual glove (sarung tangan kasar) dan sabun batangan dengan tekstur kasar. Di dalam hammam tersedia banyak keran-keran air dan ember. Kita bisa mandi sendiri atau ada yang selalu siap membantu men-scrub badan kita dan dibayar terserah kita. Tentunya yang men-scrub adalah orang yang berjenis kelamin sama.

Nah, cara mandi ini dia terapkan juga di apartemen tempat tinggal kita. Jendela kaca di kamar mandi dia tutup lalu air dibath tub dia penuhi dengan air hangat untuk berendam. Setelah berendam untuk beberapa saat, dia buang air di bath tub lalu mulai deh acara men-scrub badannya. Saat dia melakukan ini, saya ikutan repot, karena dia pasti minta bantuan saya untuk men-scrub bagian punggung. Nah selama proses ini, suhu di kamar mandi tetap dibuat panas dengan menyalakan shower dalam posisi 'hot'. Wah, saya yang ikut membantu dia mandi jadi ikut-ikutan gerah. Begitu selesai mandi, kamar mandi jadi beruap di sana sini deh.

Lucunya lagi teman saya ini suka berkata, 'ika, ngapain kamu mandi setiap hari?','lihat saya,enggak mandi setiap hari,kulit saya halus,begitu saya mandi daki saya dibersihkan, enggak seperti kamu walau mandi setiap hari tapi tetap berdaki'. Aduh, gubraks deh. Daki sih pasti tetap ada walau mandi setiap hari, makanya kita orang Indonesia mengenal luluran atau yang di sana dikenal dengan istilah scrubbing.

Sekali waktu di bulan Januari tahun 2003 saya ikut dia pulang ke kampungnya di Casablanca. Nanti saya cerita deh gimana-gimananya, sekarang kan lagi cerita sesi mandi. Bulan januari pastinya lagi musim dingin. Rumah dia dan keluarganya terletak di pinggir kota tapi rumahnya bagus banget. Moroccan style gitu. Saya lupa ada berapa kamar mandi tapi yang saya inget ada satu kamar mandi kering dengan bath tub,keran air, dan toilet yang ditata apik banget dengan pajangan disana-sini. Saya yakin ini kamar mandi hanya kamar mandi pajangan dan enggak pernah digunakan oleh yang punya rumah. Sementara kamar mandi yang sering saya gunakan sih mestinya kamar mandi kering dengan shower dan toilet tapi karena ada saya jadinya kamar mandi ini agak sedikit basah. Loh koq? Ya iya lah, saya kan mandi setiap hari. Walhasil selama saya disana, di kamar mandi tersebut di taruh tongkat pel untuk mengeringkan lantai setiap saya selesai mandi. Saya rasa tagihan airnya melonjak di bulan tersebut,hehehe..

Lagi-lagi disini saya menemukan kalau ternyata keluarganya enggak mandi setiap hari. Saya disana sekitar lima hari. Suatu pagi, ayahnya teman saya ini terlihat segar, ternyata dia baru pulang dari hammam dan mandi disana. Sementara ibu dan adiknya, wallahu alam..

Saya pun di ajak teman saya ini sekali waktu untuk berkunjung ke hammam. Wah, saya excited banget. Pergi ke hammam, teman saya mempersiapkan tas isinya glove dan sabun supaya enggak beli lagi disana, handuk dan tikar plastik. Loh koq tikar? Berdasarkan penjelasan saya di atas, nah tikar ini digunakan untuk tidur-tiduran atau untuk duduk men-scrub badan di dalam hammam. Ya demi higienitas saja sih. Sampai di hammam, kita bayar uang masuk, ke ruang ganti untuk menanggalkan pakaian dan masuk deh ke dalam ruang beruap. Duduk di atas tikar yang dibawa dari rumah sementara ibu-ibu penjaga hammam dengan menggunakan celana dalam saja mengantarkan air hangat berember-ember ke para pengunjung. Nah kalau kita butuh bantuan mereka untuk menscrub badan ya tinggal bilang saja. Saya saat itu menggunakan bantuan mereka, tenaganya kuat banget untuk seorang wanita dengan seumuran beliau. Saat kami masuk ke hammam terlihat ada dua ibu lainnya yang sedang menikmati uap di dalam hammam. Saya mandi di hammam saat itu siang hari dimana paginya saya sudah mandi. Lagi-lagi saya dicela sama teman saya,'tuh kan kamu tetap berdaki'. Aduh,mandi itu kan demi kesegaran dan kesehatan serta kebersihan mbak..

Selesai badan di scrub, si ibu tersebut tetap mengantarkan ember ke tempat kita duduk hingga kita mengatakan kalau sudah cukup. Rasanya ketersediaan air di hammam ini tak terbatas, terkagum-kagum saya dibuatnya. Proses mandi di hammam ini paling minim sekitar satu jam. Mungkin karena saat itu musim dingin, jadi rasanya nyaman banget berpanas-panasan di hammam. Selesai mandi ya kita kembali ke ruang ganti menggunakan baju, memberi tips ke si ibu dan pulang. Selama lima hari disana, teman saya hanya mandi sekali saat kita mandi di hammam itu saja.
Untungnya itu terjadi di musim dingin....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun