Dalam perjalanan pulang, aku sempat mampir melihat dari luar kostan tempat aku tinggal selama tiga tahun yang masih belum berubah dengan pagar hitamnya di daerah Cibanteng. Tempat kost bernama PTD (Pondok Tana Doang-berasal dari bahasa Makassar). Pemilik kost ini adalah orang Sulawesi Selatan dan rata-rata penghuninya pun berasal dari Sulawesi. Tempat kost yang terdiri dari dua bagian, bagian depan untuk lelaki dan bagian belakang untuk wanita. Di tempat kost inilah, aku mengenal banyak tentang budaya orang Sulawesi serta makanan khasnya.
Banyak yang berubah di wilayah Dramaga ini, pengemudi motor yang ugal-ugalan, minimart franchise yang menjamur dari skala besar hingga kecil terdapat dimana-mana, rumah makan yang bertebaran, serta kompleks perumahan baru di daerah sekitar IPB ini. Warnet yang sembilan tahun lalu menjamur, sekarang rasanya sudah jarang terlihat.
Kusempatkan juga melewati daerah Babakan Tengah (angkot jurusan kampus dalam). Sepanjang jalan di kiri kanan terdapat orang menjual makanan. Kost-kostan yang dulu ada, sekarang sudah menjadi rumah makan. Aku jadi terpikir, dimanakah mahasiswa/mahasiswi sekarang tinggal? Tidak banyak bangunan baru terlihat, rumah makan yang dulu 'agak' mahal bagi mahasiswa (rm yunani) masih terlihat dengan bentuk bangunan yang sama begitu juga tempat makan kalau lagi ingin mengirit (rm askil). Ternyata aku merindukan makanan di tempat tersebut. Aku juga menyusuri persawahan yang dulu menjadi tempat praktek mata kuliah menanam (aku lupa nama mata kuliahnya). Aku ingat dulu setiap selasa pagi, kami pergi ke sawah tersebut untuk melihat hasil tanaman kami dan mencatatnya. Kelompokku mendapat bagian bertanam kacang. Kami mencangkul tanah, memberi pupuk, menanam benih kacang (it's just like in farmville game), mencatat perkembangannya hingga saat panen. Walaupun mahasiswi pertanian, tetap saja perempuan-perempuannya takut melihat cacing dan menjadi ajang untuk ditakut-takuti para lelaki. Saat panen, hasilnya dibagi rata dan tukar sana sini dengan kelompok yang menanam jagung.
Alhamdulillah, akhirnya rasa rindu setelah bertahun-tahun tidak aku hiraukan karena membayangkan perjalanan ke Dramaga berhasil aku lampiaskan. Perjalanan yang begitu bermakna.
Terima kasih kepada dosen-dosenku yang budiman, yang telah membagi ilmu yang mereka miliki dan membuatku menjadi seperti sekarang dan terima kasih kepada rekan-rekanku selama menuntut ilmu disana sehingga hidup menjadi berwarna.
*sebuah tulisan yang kudedikasikan kepada orang-orang yang rindu akan kampus tercinta, IPB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H