Mohon tunggu...
Jejak Pena Yuni
Jejak Pena Yuni Mohon Tunggu... Penulis - Blogger, Buzzer, Culinary, Content Writer

Blogger, Buzzer, Culinary, Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Jangan Marahi Anak, Nanti Malah Ngelawan

27 Agustus 2023   15:39 Diperbarui: 30 Agustus 2023   04:16 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memarahi anak | shuttestock

"Jangan dimarahi ah, nanti malah ngelawan!"

Selalu kalimat ini yang diucapkan suami ketika ia mengetahui aku sedang memarahi Fawaz, anak semata wayangku. Sebagai seorang ibu, kadang emosiku suka meledak manakala melihat Fawaz melakukan sesuatu di luar keinginanku. Dan benar saja, ketika aku memarahi Fawaz, bukannya ia diam menurut arahanku, namun malah melawan. Tak jarang ia sering menimpali amarahku dengan teriakan yang membuatku makin emosi.

Ucapan suamiku ternyata benar adanya. Namanya anak, tidak sepenuhnya bisa mengikuti keinginan ibunya. Ketika anak melawan belum tentu ia sepenuhnya salah. Tugas orang tualah yang harus meluruskan. Bukan dengan nada tinggi atau emosi, melainkan dengan kalimat lemah lembut disertai dengan contoh-contoh yang baik. 

Pengalaman inilah yang membuatku banyak belajar bagaimana mendidik anak dengan baik. Dulu aku sering marah-marah ketika Fawaz tidak mau mandi pagi, tidak mau pergi mengaji atau saat dia membuang sampah sembarangan. Namun, ketika amarahku meledak, bukannya dia diam seraya mengakui kesalahannya, melainkan menimpali amarahku dengan membanting barang atau bahkan teriak kencang.

Hal serupa juga terjadi saat Fawaz beranjak dewasa, dimana aku dan suami harus menjalani "Long Distance Marriage" karena suami dipindahtugaskan ke kota lain. 

Amarahku kembali meluap ketika ia pulang larut malam, atau bangun kesiangan. Bukannya mengakui kesalahannya, lagi-lagi Fawaz kembali berkata dengan nada lantang seolah mengeluarkan seluruh amarahnya.

dokpri (canva)
dokpri (canva)

Sebagai ibu, jelas rasanya ingin menangis. Dan hanya kepada suami-lah tempatku mengadu, meski saat itu hanya bisa kulakukan melalui handphone. Sekali lagi, suamiku hanya berkata, "jangan marahi anakmu, nanti malah ngelawan!"

Dari beberapa kejadian ini akhirnya aku berupaya mengubah kebiasaanku yang suka marah-marah. Kalau Fawaz minta sesuatu yang sekiranya aku belum bisa memenuhinya, aku tidak memberinya janji, namun memberinya pengertian bahwa aku belum bisa membelikannya. Tentunya dengan berbagai alasan dan pertimbangan yang masuk akal.

Pun juga saat ia bangun kesiangan, aku berusaha membangunkannya dengan lemah lembut, lalu memberinya sedikit pengertian supaya tidak bangun kesiangan lagi. Ketika ia pulang larut malam, atau pergi lama namun tidak ijin aku, aku kembali memberinya pengertian dengan beberapa alasan yang masuk akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun