Mohon tunggu...
Yuni Yolanda
Yuni Yolanda Mohon Tunggu... Dosen - Lecture of Environmental Engineering at Sumbawa University of Technology

email: yuni.yolanda@uts.ac.id || Ig: @yuniie.yo.sitepu

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pekerjaan Hijau Sebagai Pemandu Ekowisata pada Cagar Biosfer Dunia di Wilayah Indonesia

17 April 2022   21:30 Diperbarui: 18 April 2022   12:55 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia dan alam merupakan satu hal yang tidak dapat terpisahkan dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, seringkali manusia menempatkan alam dalam kutub yang berbeda dan tidak berada pada posisi yang sejajar maksud dari perbedaan posisi tersebut adalah untuk memenuhi segala aspek kehidupannya, manusia kerap memandang alam sebagai obyek yang bisa terus menerus dikeruk sumber dayanya hanya demi meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi manusia belaka atau yang sering disebut dengan ekologi dangkal (antroposentrism).

Faktanya, jika potensi sumber daya alam terus menerus dikeruk untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa memperhatikan ketersediaannya pada masa yang akan datang, maka dapat menimbulkan masalah baru seperti kerusakan lingkungan secara besar-besaran. Sebagai contoh, pembalakan hutan liar yang masih sering terjadi di hutan Indonesia untuk pengalihan fungsi lahan menjadi lahan pertanian oleh perusahaan ataupun masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pada akhirnya, prinsip sebab-akibat pun mulai berlaku, alam "membalas" apa yang dilakukan manusia dengan menghadirkan bencana seperti tanah longsor, banjir, penyakit baru bermunculan seperti covid-19, dan masih banyak lagi.

Munculnya kesadaran bahwa interaksi antar manusia dan alam harus segera dilakukan pendekatan lain, mendorong UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization), badan PBB yang berkaitan dengan pendidikan dan budaya mencetuskan sebuah program bernama "Man and Biospher", atau Manusia dan Biosfer pada tahun 1971. Program ini selain untuk menyelamatkan lingkungan dari perubahan iklim karena sumber daya yang terus menerus dikeruk tanpa memperhatikan keberlanjutannya, diharapkan juga dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana interaksi antar manusia dengan lingkungan sekitarnya menjadi baik. Program ini secara tidak langsung juga mendukung penuh program PBB mengenai 17 sustainable development goals (SDGs) yaitu untuk mempertahankan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Setiap negara berhak mengajukan kawasan untuk dijadikan Cagar Biosfer dan jika disetujui oleh Program "Man and Biosphere" maka kawasan tersebut harus dikelola sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh UNESCO. Jika dalam pengelolaannya sebuah cagar biosfer tidak menunjukkan perbaikan maka statusnya bisa dicabut. Hingga saat ini tercatat terdapat 669 cagar biosfer di 120 negara. Indonesia saat ini tercatat memiliki 19 buah cagar biosfer yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Fungsi sebuah cagar bisfer sangat beragam, mulai dari penelitian hingga dapat menghidupi masyarakat yang tinggal di kawasan cagar biosfer tersebut. Cagar biosfer memiliki 3 (tiga) zona penting yaitu zona inti (core zona), zona penyangga (buffer zone), dan zona transisi (transition zone). Apabila cagar biosfer dunia di berbagai wilayah Indonesia ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin maka mampu meningkatkan perekonomian dan status sosial masyarakat sekitas cagar biosfer tanpa mengesampingkan fungsi lingkungannya.

Namun, masih minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai keberadaan cagar bosfer dunia ini menyebabkan hanya instansi pemerintahan dan tim pengelola saja yang mengelolanya. Padahal cagar biosfer ini jika diekspos lebih lagi ke khalayak umum mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat khususnya masyarakat sekitar cagar bosfer. Penciptaan lapangan kerja baru yang tepat untuk cagar biosfer dunia ini adalah pemandu ekowisata cagar biosfer dunia.

Penciptaan pekerjaan hijau (green jobs) sebagai pemandu ekowisata merupakan solusi yang tepat untuk memperkenalkan kepada masyarakat umum mengenai adanya cagar biosfer dunia di Indonesia. Selain tugasnya memperkenalkan wilayah cagar biosfer maka akan menarik wisatawan asing maupun lokal untuk datang berkunjung ke wilayah cagar biosfer. Masuknya wisatawan diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar melalui penjualan konsumsi, penyediaan penginapan, membuat spot foto selfie, dan lainnya. Pekerjaan hijau ini juga diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah pengurangan angka pengangguran yang tiap tahunnya selalu meningkat di Indonesia. Jika ada 19 cagar biosfer dan setiap cagar memilki 50 pemandu ekowisata maka akan ada sekitar 950 orang mendapatkan pekerjan melalui pekerjaan hijau. Serta mampu meningkatkan APBD dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru melalui pemanfaatan cagar biosfer dunia yang ada di wilayah Indonesia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun