Puluhan ribu pengemudi uber sedang terlunta-lunta menunggu kejelasan nasib mereka setelah uber berpindah tangan ke grab.
Solusi dari pihak uber sebelumnya mengatakan bahwa driver tersebut dapat berpindah menjadi driver grab.Â
Kenyataannya tidak semua driver uber bersedia bergabung dengan perusahaan yang berasal dari Malaysia tersebut dengan berbagai alasan.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/04/01/whatsapp-image-2018-04-01-at-11-50-38-1-5ac06e87dcad5b53eb6f4f02.jpeg?t=o&v=770)
1. Kurangnya transparansi terkait bonus dan insetif
2. Bonus tidak dapat dicairkan tiap hari dan kebijakan lainnya yang memberatkan
3. Pendaftaran yang rumit dan serangkaian tes yang harus dijalani
4. Sentimen negatif terkait dengan perusahaan asing
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/04/01/whatsapp-image-2018-04-01-at-11-50-40-5ac06eaccf01b44444004524.jpeg?t=o&v=770)
Pihak dari gojek juga menerima dengan terbuka driver-driver yang ingin bermitra dengan perusahaan mereka.
Gojek menjadi perusahaan anak bangsa yang menampung driver-driver akibat dari akuisisi.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/04/01/whatsapp-image-2018-04-01-at-11-50-38-5ac06f9dcbe5235a0f0e9ca5.jpeg?t=o&v=770)
Tentunya driver akan memilih perusahaan yang memudahkan dan menguntungkan mereka dengan proses yang singkat agar mereka segera bisa bekerja kembali.Â
Ada sejumlah dokumen yang perlu dipersiapakan oleh driver untuk bergabung menjadi mitra perusahaan baru yang menjadi pilihan mereka.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/04/01/whatsapp-image-2018-04-01-at-11-50-37-5ac07178cbe5235846147e04.jpeg?t=o&v=770)
Dengan masih menggunakan atribut uber dengan sabar mereka menanti untuk dapat bekerja kembali dengan sistem kerja dan kebijakan yang berbeda.Â
Semoga nasib mantan driver uber dapat lebih baik dengan bergabungnya dengan perusahaan baru yang dipilih untuk bermitra.