INTEGRASI ILMU SAINS DAN AGAMA UNTUK PERADABAN
Yunias Sila Wati
Pada zaman ini, manusia mengalami banyaknya masalah. Yang dulunya, tidak ada masalah menjadi ada seiring dengan kemajuan zaman. Teknologi semakin berkembang dan maju, baik di kalangan dewasa, muda atau tua. Baik di negara barat atau timur. Semuanya, mengalami banyaknya perubahan zaman dan menikmati teknologi yang maju. Rata-rata seluruh penjuru dunia sudah terpengaruhi dan mengalami dampak dari kemajuan teknologi. Baik muslim maupun non muslim. Namun, telah kita ketahui bahwa kemajuan teknologi lahir dari adanya ilmu. Semua yang berjalan dan kemajuan yang ada berawal dari adanya ilmu. Namun, ilmu tidak hanya sat ada ilmu – ilmu sains ada pula ilmu-ilmu sosial. semua berjalan bersamaan. Dulu pada abad pertengahan manusia begitu menjunjung tinggi ilmu agama dan menolak berbagai macam ilmu yang selain agama. Contohnya doktrin gereja, penemu bernama galileo harus dihukum karena menemukan suatu kebenaran bahwa matahari adalah pusat tata surya. Namun, masyarakat pada saat itu tidak percaya dan menolak adanya kebenaran itu, lalu menghukum galileo. Meskipun, pada akhirnya pernyataan galileo dibenarkan dan dipercaya.
Kemudian pada masa modern manusia sudah banyak berubah, zaman sudah berubah. Ilmu agama tidak lagi menjadi pedoman dan dijunjung kuat. Semuanya berjalan menurut ilmu sains, beberapa manusia bahkan menjadi tidak percaya dengan agama dan adanya Tuhan. Dan terus membuat penemuan-penemuan di dunia sains dan teknologi.
Hal ini menjadi sangat ironis bagi kita semua. Mengapa ada orang yang rela meninggalkan agama hanya karna teknologi. Dan juga mengapa ada orang yang taat beragama namun menjadi buta dengan teknologi. Percaya pada ilmu agama bukan berati kuno atau buta teknologi. Begitu pula bahwa percaya pada ilmu sains bukan berati akan menjadi kafir dan menyalahkan ilmu agama. Â Sekarang kita akan berbicara tentang seorang muslim yang taat beragama namun pintar dalam hal teknologi. Kalau kita lihat pada zaman dan dunia ini begitu banyak ilmuwan muslim, ilmuwan yang begitu banyak membawa dampak kemajuan bagi dunia ini contohnya saja seorang ilmuwan bernama Ibnu sina yang merupakan ilmuwan muslim yang berpengaruh dalam bidang kedokteran. Namun ia tetap taat pada agama dan bisa menjalani kehidupan dengan banyak ilmu tanpa adanya dikotomi ilmu. Begitupun, banyak sekali ilmuwan muslim yang lainnya yang tetap menjunjung nilai-nilai keislaman dan memajukan teknologi.
Kalau kita ketahui sekarang ini banyak masyarakat yang melakukan dikotomi ilmu. Contohnya jelas saja pada ilmu agama dan sains. Banyak orang yang tidak mempercayai ilmu agama dan hanya mempercayai ilmu sains, ilmu yang dianggap bisa dibuktikan secara empiris. Namun, banyak sekali masyarakat yang percaya dan begitu taatnya sampai menafikan ilmu sains menganggap bahwa percaya pada ilmu selain agama adalah sesat dan lain sebagainya. Padahal, menurut opini saya hal ini tidak perlu terjadi. Percaya ilmu sains tidak pasti akan menjadi sesat dan kafir. Dan percaya sains bukan berati akan menjadi orang yang kuno dan ketinggalan zaman. Kedua ilmu ini tidak perlu adanya dikotomi bahkan bisa kita integrasikan dengan baik. Seorang muslim bahkan bisa menjadi cendekiawan yang hebat dalam kemajuan peradaban dengan tetap menjunjung nilai-nilai keislaman yang ia pegang sebelumnya. Karna sebetulnya ilmu-ilmu ini bisa saling mendukung dan berjalan bersama – sama tanpa adanya alasan untuk menegasikan. Banyak sekali penemuan yang ada sampai saat ini bahkan tidak menentang ilmu agama, tapi mendukung satu sama lain. Contohnya penemuan danau di dasar laut, yang sebelumnya tercantum pada Alquran. Dan masih banyak sekali hal-hal yang bisa kita pelajari dengan mengintegrasikan ilmu-ilmu ini untuk peradaban dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H