Jalani kelam beratas langit buram. Tanpa berkata-kata, Â kepada kekasihku doa mengguman tanpa suara. Menjamah cakrawala dengan perih.Â
Napas masih bersisa. Hidup adalah jalanan terjal, Â ditapaki bersama. Semakin kejam menghunjam telapak, Â semakin kita bergenggam erat.Â
Sejak bersepakat dengan hati, dan selembar surat tanda, sah, Â kita adalah sepasang cinta. Menyatu arungi usia. Hadirkan di dunia pewaris nama.Â
Tapi berkah tak selalu berpihak. Sekelumit legit seumpama musim. Silih berganti mengahimpiri. Hadapi saja dengan kuat. Sekuat eratan genggam kita, yang tak pernah lengah.Â
Semakin hari aku sadari. Anugrah khalik bukan sepiring nasi. Atau segepok ikan teri hangat. Nyatanya, Â anugerah itu adalah kau. Kekasihku. Dalam gelap, Â kau adalah cahayaku.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H