Mohon tunggu...
Boarneges
Boarneges Mohon Tunggu... Profesional -

"Tidak-kah kita merasa kehilangan orang-orang yang selama ini kita andalkan? mari kita melawan lupa,

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gara-gara Lulung

15 Maret 2015   19:58 Diperbarui: 10 Juli 2015   16:16 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya Allah, masihkah tersisa sedikit belas kasih-Mu? Tunjukanlah keadilan-Mu di negeri kami ini, aku tidak bersalah, aku masih ingin bersama keluargaku,” ujarnya mendoa di dalam hati, di tatapnya langit yang mulai gelap, lalu berdiri mendorong gerobaknya dengan lunglai menyusuri jalan pulang.

***

Indu menatapi ujung jalan yang mulai gelap dari balik daun jendela rumah kecil mereka, hatinya berlega melihat sosok ayahnya dari kejauhan mendorong gerobak, segera dia memberitahu ibunya, lalu keduanya menunggu dengan bahagia di depan pintu. Indu berlari menghampiri ayahnya dan memeluknya erat-erat, lalu tersenyum.

“Kenapa ayah baru pulang?”

“Ah, sepi hari ini , Nak, keduluan sama yang lain.”

Segera Ibunya Indu menyambut suaminya, dipeluknya suaminya itu erat tanpa peduli bau keringat yang menyengat. Kalau sudah begini makin berbunga-bungalah cinta dihati keduanya.

“Pak, tadi di sekolah guruku bertanya, nama ayah kamu siapa?”

“Lalu kamu jawab apa?”

“Saya anaknya, Lulung!”

“Lalu, gurumu bilang apa?”

“Guruku itu tersenyum saja, lalu berteriak : Angket!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun