Tidak hanya agama saja yang sangat memberi pandangan lebih pada persoalan ini. Bagaimana juga pandangan ilmu, sosial budaya, serta hukum dan pirantinya memandang fenomena ini.
Islam tidak mensyariatkan meminta-minta dengan berbohong dan menipu. Alasannya bukan hanya melanggar dosa, tetapi juga karena perbuatan tersebut mencemari perbuatan baik dan merampas hak-hak orang miskin yang memang membutuhkan bantuan. Bahkan hal itu merusak citra baik orang miskin yang tidak mau mengemis karena ia telah berpasrah diri kepada Allah. Padahal sesungguhnya ia dapat digolongkan dalam golongan orang boleh mendapatkan bantuan.
Dalam al-qur'an Allah berfirman "kepada-Nya lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri" (Q.S Yusuf 12:67)
Karena dari beberapa bukti Tauhid seseorang ialah ia yang bergantung hanya pada Allah semata tidak pada makhluk. Hendaknya kita berusaha semaksimal mungkin mengurangi ketergantungan dan butuh pada makhluk, bukan hanya dalam konteks materi saja yang perlu diperhatikan dalam meminta-minta, akan tetapi segala aspek kehidupan hanya boleh kita berserah dan pasrahkan  pada Allah saja, tidak pada makhluk. Karena hati dan jiwa ini hanya pantas kita gantungkan pada Allah.  Apabila seseorang meminta rizkinya kepada Allah, maka berarti ia telah menjadi hamba bagi Allah dan fakir kepada-Nya. Dan apabila ia meminta rizkinya kepada makhluk berarti ia telah menjadi hamba bagi makhluk tersebut dan dalam keadaan fakir pula terhadap makhkluk tersebut.
Oleh karenanya sebab itulah diharamkannya meminta-minta terhadap sesama makhluk, dan dibolehkan meminta-minta pada keadaan mendesak maupun tidak mampu.
Semoga dalam lindungan allah (kami egypt)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H