Para ahli berpendapat tentang moderasi beragama diantaranya yaitu :
- Muhammad Faishal Ibrahim: Menurut Ibrahim (2016) dalam artikelnya yang berjudul "Moderation in Islam: Concept and Practice," moderasi beragama dalam Islam adalah tentang menjalani agama dengan keseimbangan dan proporsi yang benar. Ini melibatkan pemahaman yang tepat terhadap ajaran-ajaran agama, serta menghindari sikap ekstrem dan fanatisme.
- John L. Esposito: Dalam bukunya yang berjudul "Islam: The Straight Path," Esposito (1998) membahas konsep moderasi dalam Islam. Ia menggambarkan bagaimana Islam secara historis menganjurkan moderasi dan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk beragama.
- Abdul Monim Rahma: Rahma (2017) dalam artikelnya yang berjudul "The Concept of Religious Moderation in Islam" menjelaskan bahwa moderasi beragama dalam Islam adalah tentang menjalani agama dengan bijaksana, menghormati perbedaan, dan berusaha untuk hidup berdampingan dengan masyarakat yang beragam.
- Ahmed al-Tayeb: Ahmed al-Tayeb, Grand Imam Universitas Al-Azhar di Kairo, adalah salah satu tokoh Islam yang mendukung moderasi beragama. Ia menekankan pentingnya dialog antar-agama dan menghindari sikap ekstrem dalam praktik beragama.
- Karen Armstrong: Karen Armstrong, seorang penulis dan cendekiawan agama, dalam bukunya yang berjudul "The Battle for God," membahas konsep moderasi dalam berbagai agama, termasuk agama-agama Abrahamik seperti Islam, Kristen, dan Yahudi. Ia mendorong pemahaman yang lebih luas dan toleran terhadap keyakinan beragama.
Kesimpulannya konsep moderasi beragama dapat bervariasi tergantung pada konteks budaya, agama, dan pandangan individu. Namun, pada dasarnya menekankan pentingnya mengambil sikap tengah, memahami perbedaan, dan mendorong dialog antar-agama untuk mencapai perdamaian dan harmoni dalam masyarakat yang beragam.
Secara  konseptual  moderasi  beragama mempunyai  4   (empat)   indikator yaitu:  1)  komitmen kebangsaan, 2) toleransi, 3) anti-kekerasan,  dan  4)  akomodatif  terhadap kebudayaan  lokal  (Kementerian  Agama, 2019).  Pada  buku  moderasi  beragama disebutkan  terdapat  9  (Sembilan)  nilai moderasi atau wasathiyah, yaitu: tengah-tengah  (tawassuth),  tegak-lurus (i'tidal), toleransi (tasamuh), musyawarah (syura),  reformasi  (ishlah),  kepeloporan (qudwah),   kewargaan/cinta   tanah   air (muwathanah),   anti   kekerasan   (al-la 'unf), dan ramah budaya (i'tibar al-'urf) (Kementerian  Agama,  2020) (Crisantina, 2021).
Nilai-nilai karakter moderasi dalam Islam antara lain Tawassut (mengambil jalan tengah), Tawazun (berkesimbangan), I'tidal (lurus dan tegas), Tasamuh (Toleran), Musawah (egaliter), Syura (musyawarah), Ishlah (reformasi), Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), Tatawwur wa ibtikar (dinamis dan inovatif), Tahadhdhur (berkeadaban), Wathaniyah wa muwathanah, yaitu penerimaan eksistensi negara-bangsa (nation-state), Qudwatiyah, yaitu melakukan kepeloporan dalam prakarsa-prakarsa kebaikan demi kemaslahatan hidup manusia (common good and wellbeing).
Imlementasi moderasi beragama melibatkan praktik dan tindakan nyata yang bertujuan untuk menjalani agama dengan keseimbangan, toleransi, dan menghindari ekstremisme atau fanatisme. Ada beberapa cara implementasi moderasi beragama diantaranya yaitu :
Menurut Huston Smith dalam :The World's Religion" pendidikan adalah salah satu langkah awal dalam mendapatkan pemahaman yang kuat tentang ajaran agama dengan melibatkan studi mendalam tentang teks-teks suci dan pemahaman yang seimbang tentang ajaran-ajaran agama. Pendidikan agama yang inklusif juga dapat membantu memahami perbedaan agama dan budaya.
- Partisipasi dalam Dialog Antar-Agama
- Berperan aktif dan  berpartisipasi dalam dialog antar-agama adalah cara efektif untuk mempromosikan moderasi beragama. Hal ini melibatkan pertemuan dengan anggota komunitas agama lain, berdiskusi tentang keyakinan dan praktik, dan mencari pemahaman bersama. Untuk referensi bia dilihat pada Buku "The Essential Interfaith: A Definitive Guide to Creating an Interfaith Community" oleh Bro. Wayne Teasdale yang membahas tentang dialog antar-agama.
- Toleransi dan Menghormati Perbedaan
Adanya implementasi moderasi beragama juga melibatkan sikap toleransi terhadap keyakinan dan praktik agama orang lain dengan menghindari sikap diskriminatif atau merendahkan terhadap keyakinan agama lain. Sumber referensi bisa didapatkan pada Buku "Acts of Faith: The Story of an American Muslim, the Struggle for the Soul of a Generation" oleh Eboo Patel yang mengilustrasikan pentingnya menghormati perbedaan agama.
- Menghindari Ekstremisme dan Fanatisme
Penting untuk menolak sikap ekstrem dan fanatisme dalam praktik beragama, hal ini melibatkan kesadaran akan bahaya ekstremisme dan upaya untuk menghindarinya. Untuk referensinya bisa dilihat pada Buku "The Far Enemy: Why Jihad Went Global" oleh Fawaz A. Gerges yang menyajikan analisis tentang ekstremisme dalam Islam.
- Pengabdian Sosial dan Kemanusiaan
Implementasi moderasi beragama juga mencakup pengabdian sosial dan kemanusiaan misalnya dengan berkontribusi dalam pekerjaan amal, membantu mereka yang membutuhkan, dan berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Untuk referensi bisa dilihat pada Buku "Mountains Beyond Mountains: The Quest of Dr. Paul Farmer, a Man Who Would Cure the World" oleh Tracy Kidder mengilustrasikan pengabdian sosial yang kuat.
- Penggunaan Media Sosial yang Bertanggung Jawab
Pada era digital ini harus berhati-hati dalam menggunakan media sosial termasuk hal yang penting dilakukan untuk menghindari penyebaran pesan yang provokatif atau intoleran. Idealnya semua platform dapat digunakan untuk mempromosikan pesan moderasi dan toleransi sehingga terhindar dari hoak atas suatu informasi atau peristiwa.
- Pendidikan Agama yang Inklusif