Mohon tunggu...
yuniar rosyidah
yuniar rosyidah Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Pembelajar karya tulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Afirmasi Diri (Type Melankolis)

12 Juli 2022   17:37 Diperbarui: 12 Juli 2022   17:40 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kesunyian aku termenung sendiri. Bingung sekali rasanya seperti ada sesuatu yang hilang dariku. Susah fokus, terlalu takut melangkah, ragu, seperti khawatir tapi tak tahu apa yang membuat khawatir. Mencoba menyembunyikan segala hal dengan senyuman dengan menunjukkan pada semua orang aku baik-baik saja setelah ombak kemarin malam. Ombak-ombak yang menerkam berulang kali hingga lupa cara bernapas. Ingin berteriak namun air memenuhi kerongkongan. Ingin menangis namun air mata dan air laut bercampur baur. Ingin melarikan diri namun terjerat oleh gravitasi air. Oh lengkap sudah terjalnya pembebasan diri ini. 

Badai hebat yang memporak porandakan kapalaku malam itu. Telah mengubah hidupku dan cara pandangku. Betapa hebatnya dunia ini memainkan perannya. Memberikan sejuta teka-teki dalam kehidupan dari setiap kejadian antara pengertian atau penghianatan. Memberikan pembelajaran atau jalan keluar dari setiap permasalahan yang terjadi. Sesak nafas dan isi kepalaku sejenak membuatku ingin tidur dalam keheningan. Mencari jejak-jejak harapan kehidupan dan puing-puing impian. 

Aku sampaikan pada diriku aku baik-baik saja. Tapi pada realitasnya aku kehilangan sesuatu dalam diri dan aku tak tahu apa yang hilang. Hilangnya sesuatu ini aku tak dapat menjelaskannya, akupun tak tahu itu apa. Ibarat puzzle ada bagian yang tak lengkap sehingga kurang memperjelas gambaran kehidupan. Ya Allah apakah ini? Betapa sulitnya aku menafsirkan kejadian yang menimpaku dari segala ketentuanMU. Apakah selain aku kehilangan diriku mentalku juga cedera tuhan?

Sesorang bertanya padaku tentang mentalku. Jika mental yang ditanyakan akupun tak tahu bagaimana keadaanya saat ini. Aku tak tahu dimana keberandaanya. Terlampau menyedihkan dan menikam hati atas apa yang terjadi. Jika aku bisa mengungkapkan segala isi hati dan pikiranku kemana harus aku curahkan. Aku tak mungkin bercerita pada orang lain, iyaa dia sudah menjadi milik orang lain saat ini. Dia telah membersamai wanitanya akupun juga wanita, jika aku terus membersamainya bagaimana dengan perasaan wanitanya. Aku juga tak mau itu terjadi. Dalam pikiranku kacau dan porak poranda kuharus menatanya mulai darimana akupun tak tahu. 

Dari segala ungkapan hati dan pikiran yang melelahkan kusampaikan pada diriku di masa depan ingatlah moment pendewasaan diri sejak saat ini. Masih ada banyak hal dalam kehidupan yang akan terjadi tanpa terduga. Mungkin kau hancur sehancurnya dalam beberapa hal namun tengoklah ada manis yang kau rasakan juga dalam kehidupanmu. Semuanya telah sesuai porsi masing-masing dalam kehidupan manusia. Kekecewaan yang kau rasakan hari ini adalah bentuk kesalahan terbesar dalam hidupmu. Yaa kau terlalu menaruh harap pada manusia. Kau abaikan sang pencipta yang mana seharusnya kau gantungkan segalanya pada NYA. DiAlah pemilik masa lalu dan masa depan dan hanya DIAlah yang menggenggam kehidupan alam semesta. Jika kau sudah membaca ini ingatlah apapun yang kau usahakan hari ini, jika targetmu hanya dunia hasilnya kamu akan seperti orang gila. Namun jika kamu bisa menyeimbangkan antara dunia dan akhiratmu itu akan menentrmkan hati dan pikiranmu.

Diriku ayolah berdamai kembali dengan ketenangan dan ketentraman. Terimalah segala yang terjadi di dunia ini atas kehendak sang kuasa ilahi. Kegelisahanmu hari ini hanyalah peringatan dari Allah karena sifatmu. Kau hanya menentang setiap keadaan dengan ekpektasimu saja. Kau tak berdaya diriku, sudahi kesombongan dalam dirimu dan terimalah apapun yang terjadi atas dirimu di dunia ini. Perihal siapa yang akan membersamaimu tak akan pernah dapat engkau wujudkan jika pemilik semesta tidak menghendakinya. Perihal hati yang terluka sudahi itu dan berdamailah dengan pelaku-pelakunya. Mereka adalah makhluk-makhluk yang digunakan untuk mengujimu oleh sang pencipta. Terimalah mereka bukan karena urusanmu dengan mereka namun terimalah mereka karena itu urusanmu dengan sang penguasa semesta.

Tenangkan hati dan terimalah setiap kejadian yang sudah terlanjur. Bukan kesulitan bagi allah untuk membalikkan keadaan sebagaimana yang DIA kehendaki. Diriku ingat baik-baik ya, jangan terlalu songong mengatur penciptamu namun terimalah apapun yang DIA takdirkan untukmu. itu akan meluaskan pikiranmu, membebaskan jiwamu, dan melapangkan hatimu. Biarkan siapapun datang dan pergi sesuai kehendak Allah. 

Perihal usia malaikatmu yang kau khawatirkan itu tak berarti tanpa layang doa yang kau panjatkan. Kesenangan hanya fana, usia juga terbatas, jadi masih mau mengkhawatirkan masa depan? Pikirkan baik-baik usaha kita dan lakukan semaksimal mungkin, namun urusan hati tidak dapat dipaksakan begitu saja. Jangan sampai kau korbankan hatimu untuk menyenangkan jiwa yang lain. Belum tentu itu akan membawa keberkahan dalam hidup namun tidak berarti salah juga. Pertanyakan kembali dalam diri apa tujuan hidupmu? pertanyakan kembali apa yang kau cari dalam hidup? pertanyakan juga apakah manfaatmu dalam hidup? sudah kau tanyakan? jika belum ada jawaban coba sekarang tutup matamu dan tahan nafasmu. Berapa lama kamu bertahan? paksa dirimu menahan napas sedikit lebih lama dari sebelumnya. Bagaimana rasanya? Keputusasaan yang kau rasakan tidak akan membunuhmu selayaknya peluru yang menembus jantung. Namun sesakit kau menahan keinginan bernafas namun kau tak mampu melakukannya. Amat sakit dan menyiksa diri. Bagaimana? masih mau menyiksa diri dengan segala ekspektasimu? Lepaskanlah harapan namun genggam erat impian. Bermimpi dan memiliki cita-cita jauh lebih bagus untukmu daripada menyimpan harapan. 

Ingat ya cantik bersikap sewajarnya, berbuat baik semampunya, dan jadilah wanita mandiri yang tetap dapat berdampingan dengan siapapun. Meskipun itu sulit kamu mampu melakukannya. Hati dan pikiranmu yang porak poranda tatalah kembali perlahan. Orang lain tak akan peduli hal itu, mereka hanya ingin melihatmu baik-baik saja. Bukan berarti kamu tidak boleh bersedih yaa.. tapi kamu jangan berharap belas kasihan orang lain. Apalagi berharap orang lain memikirkan jalan keluar untukmu. Hidup itu seni ya cantik kalau lurus-lurus aja ngga ada seninya juga membosankan kan yaa?? hehehe

Hayuuk bangkit, sakit iya sakit memang, capek iyaa capek memang namun bukankah setelah berpuasa ada hari kemenangan? Sudahi ya overthingking, insecure, over melankolis, dan memikirkan orang lain yang belum tentu memikirkan kita. Prinsipnya kita hidup untuk Ibadah pada Allah dan kembali kepadaNYA. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat syafaat sebagaimana orang-orang beriman. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun