Di tengah ketidakpastian kehidupan saat ini tetap perlu seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan tentu tidak pernah lepas dari pekerjaan. Setiap pekerjaan selalu ada resiko yang harus ditanggung. Kita sharing sedikit pengalaman based true story.
Di suatu lembaga X saya bekerja, saya adalah orang dari desa dan dikenal lugu serta polos. Jujur 1 tahun pasca kelulusan lingkar pertemanan dan kebiasaan sangat sempit. Pola pikir yang ada dalam diri juga menyempit.Â
Sampai suatu ketika saya membuka instagram pribadi dan mengetahui bahwa teman-teman sejawat sudah sukses dengan pencapaian masing-masing.Â
Ada sikap iri dengan kehidupan mereka yang terkesan mulus dan baik-baik saja. Saya tidak pernah berpikir bahwa ada orang lain yang menderita, seolah-olah sayalah orang paling menderita. Ternyata apa yang terpikirkan itu mempersempit hati dan pemikiran saya.Â
Dalam hati saya selalu iri dengan nikmat yang diterima oleh orang lain dan saya tidak mendapatkannya. Selalu seperti itu, dalam hal ini selalu didukung oleh ego dan pemikiran buruk dalam halusinasi. Saya merasa bahwa saya adalah orang yang paling butuh dikasihani. Sampai suatu saat saya merasakan depresi hebat yang seolah baik-baik saja namun pemikiran bunuh diri mulai bersemayam.Â
Hal itu tetiba terdengar bisikan bahwa lebih baik mati daripada terus menerus merasakan beban yang berat. Astagfirullah.. hal itu membekas kuat di pikiran saya sampai saat ini. Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk hidup dan bertaubat.Â
Jika merasakan hal demikian perlu ditangkis ya teman-teman, ingat kehidupan adalah karunia. Jika sudah sampai tahap ini maka perlu mengingat kembali kehidupan.Â
Tenangkan diri, pikiran dan psikis untuk tetap dalam keadaan tentram. Berhenti berangan-angan tentang masa depan atau mengkhawatirkannya secara berlebihan. Yakinkan diri bahwa kamu telah diberi kesempatan oleh Allah untuk memperjuangkan kehidupan.Â
Jika kamu mendapat bisikan keputus asaan ada tips yang bisa kamu lakukan. Secara psikologis kamu perlu melihat kehidupan orang lain untuk menjadi literasi kehidupanmu. Lakukanlah secara rutin dengan mengenal orang baru secara acak bahkan tidak mengenalnya yang jauh dari lingkunganmu.Â
Kedua, bangunlah pagi hari sebelum matahari terbit keluarlah dari kamar tidur kemudian berjalanlah keliling kota temukan hal baru yang belum kamu temui sebelumnya. Lakukan Afirmasi diri dan yakinkan dirimu bahwa kamu adalah berharga untuk kehidupanmu sendiri dan masa depanmu.Â
Secara rohani dekatilah orang sholeh dan berbaurlah dengan mereka, dengarkan nasehat dan perhatikan perilakunya secara bijak. Secara financial mulailah bersedekah kepada sesama, tidak perlu nominal banyak contohnya 2000 rupiah untuk tukang parkir yang telah menjaga kendaraanmu secara aman. Rasakan perubahan dalam diri secara bertahap insya allah itu akan mengurangi keputus asaan yang kamu alami.Â
Sebenarnya dari cerita di atas sudah jelas bahwa sumber keputus asaan berasal dari pikiran sendiri dan sugesti lingkungan yang mempengaruhi pikiran individu. Apalagi dalam kehidupan jauh dari keluarga tentu manajemen emosional dan financial memiliki peran yang cukup besar.Â
Rata-rata keputus asaan seseorang yang terjadi pada warga rantauan dimulai dari tertekan baik emosional, pekerjaan, batin, asmara dan sebagainya yang tidak tersalurkan. Sehingga individu tersebut merasa tidak berharga dan terbuang. Perasaan ini muncul dari perilaku orang lain terhadapnya yang ia nilai berdasarkan pemikirannya sendiri (Overthingkhing).Â
Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik untuk kesehatan batin, mental dan fisik. Ingat bahwa bermula dari overthingkhing dapat menyebabkan penyakit hati, mental, dan fisik. Sebelum itu merusak total dari dirimu kenali hatimu, singkirkan iri dengki dalam hatimu.Â
Jika kau melihat kenikmatan orang lain maka berdoalah kepada pemilik kehidupan agar engkau juga bagian dari orang beriman yang mendapat Ridho Allah. Insya allah kau akan tenang. Jika saat mendengar orang lain mendapat rezeki cobalah untuk ikut bersyukur atas kenikmatan yang dia terima.Â
Bisikkan dalam hati "Masya allah.. Alhamdulillah dia menjadi seorang yang mendapat ridho Allah atas rezeki yang ia terima.. Semoga aku juga masuk didalamnya dengan mendapat rezeki yang berkah seperti fulan". Kemudian afirmasi diri dengan kata-kata "Alhamdulillah dia mendapatkan kepercayaan bos, saya yakin suatu hari nanti sayapun akan mendapatkan lebih baik dari itu".Â
Dengan begitu sejenak hatimu dan pikiranmu akan tenang insya allah. Setelah itu cukup usahakan atas apa yang kamu cita-citakan selebihnya pasrahkan hasilnya pada Allah. Insya allah itu akan lebih baik untuk kesehatan mentalmu juga.Â
Selesai urusan dengan dirimu sendiri, mari kita berkehidupan sosial. Teman, keluarga, dan kerabat tentu ada dalam lingkar kehidupan kita. Bagaimana menanggapi keadaan jika teman baikmu tak lagi denganmu saat ini? Dia jauh lebih nyaman dengan temanmu yang lain. Begitu juga dirimu yang terkesan canggung bersamanya lagi sebagai teman. Baiklah kita akan belajar dari based true story berikut.
Saya sejak SD tidak pernah memiliki teman karena aku adalah anak ynga memiliki penyakit pernafasan. Dulu sering batuk sampai pernah muntah di kelas.Â
Pernah mengalami bullying yang luar biasa saat masih SD hingga menjelang kelulusan SDpun masih harus berjuang sekolah tanpa teman. ada satu kalimat guru wali kelas 6 SD mengatakan "Kepandaianmu dari kelas 1 s.d kelas 6 saat ini tidak akan mejamin kesuksesan kehidupanmu di masa depan".Â
Dari kata-kata itu aku mempercayai bahwa aku masih memiliki kesempatan untuk menjadi orang sukses. Benar saja aku bisa menuntaskan pendidikanku sampai aku lulus sarjana. Alhamdulillah sampai dapat pekerjaan yang selalu diimpikan oleh orang tua. tanpa teman-teman masa SD alhamdulillah aku tetap bisa hidup dan baik-baik saja hingga saat ini.Â
pembelajaran yang dapat kita ambil hikmah dari cerita kedua yakni bahwa kehidupan bukan ditangan temanmu tapi ada di tangan Allah. Bisa saja kamu dijauhkan dari mereka untuk kamu bisa terus bertumbuh dan berkembang.Â
Kamu dipisahkan dari mereka karena mungkin saja mereka tidak memberikan manfaat dalam kehidupanmu. Bersyukurlah atas siapapun yang kamu temui dalam kehidupan karena mereka akan memberikan pengalaman jika baik dan pembelajaran jika buruk. Teman itu sejatinya seperti rezeki dan juga dapat dikatakan titipan dari Allah.Â
Jika mindset seperti ini sudah tertanam insya allah ada atau tidak teman di samping kita maka diri akan tetap tenang. Punya atau tidak teman dekat insya allah akan baik-baik saja. Kehidupan memang silih berganti.Â
Kadang peran kita dalam kehidupannya sudah berubah sehingga dijauhkan dengannya. Satu hal ynag penting jangan pernah melupakan kebaikkannya sehingga jika suatu saat dia datang membutuhkanmu maka bantulah ia sebagaimana kebaikannya di masa lalu denganmu.
Semangat pejuang rupiah di kota orang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H