Dibanding negara-negara ASEAN lain Indonesia menempati urutan teratas untuk transaksi ritel dengan uang tunai, yaitu 99,4% (sumber: McKinsey & Company, Asia Pacific Payments Trend, Global Payment Summit 2013). Hal ini disebabkan karena konsumsi rumah tangga Indonesia yang tinggi tidak dibarengi dengan tingkat kepercayaan dan kenyamanan menggunakan kartu sebagai alat pembayaran. Mungkin karena transaksi terbanyak penduduk dilakukan di pasar tradisional, maka penggunaan kartu sebagai alat pembayaran juga menyulitkan karena pedagang tak memiliki mesin pembaca kartu seperti di supermarket.
[caption id="attachment_367544" align="alignnone" width="550" caption="Dominasi Tunai"][/caption]
Pengalaman Menggunakan Kartu Sebagai Alat Pembayaran Non Tunai
Pertama kali saya menggunakan kartu debet untuk berbelanja adalah saat saya lupa membawa uang tunai sementara saya harus membayar setumpuk buku dari toko buku.Transaksi berlangsung mudah dengan kartu debet meski sayangnya saya harus terkena charge sebesar 2% dari total belanjaan. Bagi IRT seperti saya, 2% itu tetap saja harga tambahan yang terpaksa harus dibayarkan dan saya tak terlalu menyukainya.
Mungkin saya adalah konsumen tradisional yang lebih menyukai transaksi dengan uang tunai, karena itu ketika teman saya yang bekerja sebagai marketing kartu kredit menawarkan produknya, saya langsung menolak. Pikir saya waktu itu. Rugi jika harus membayar biaya administrasi tahunan atas kartu kredit yang tak pernah digunakan. Selain itu kartu kredit juga tak sepenuhnya bisa menjamin keamanan dalam bertransaksi. Buktinya kartu kredit adik saya pernah dibobol seseorang. Sementara ia sedang berada di Indonesia, kartu kreditnya dipakai oleh seseorang di Inggris dan Amerika.
Agaknya meski sudah menolak, kartu kredit itu sepertinya menjadi jodoh saya. Suatu ketika teman saya kembali menawarkan kartu kredit yang sama. Kali ini bank yang mengeluarkan kartu kredit itu memiliki program bebas biaya administrasi tahunan untuk seumur hidup. Kali ini, saya tergoda untuk memilikinya. Pikir saya, asalkan berhati-hati melakukan transaksi online maka kartu kredit akan aman. Lagipula dari informasi yang saya dapatkan, bank penerbit kartu kredit akan menerima surat sanggahan yang diajukan atas transaksi yang tidak legal.
Kartu kredit itu tak langsung saya gunakan untuk berhutang, tetapi saya harus mengakui jika tagihan bulanan seperti listrik, air, pulsa, televisi berbayar, lebih mudah diselesaikan dengan kartu kredit. Beberapa tiket pesawat juga bisa dibayar dengan sangat mudah dengan menggunakan kartu kredit, dan dengan enggan saya terpaksa mengakui jika saya senang dengan kemudahan yang ditawarkan oleh kartu ini.
Meski begitu tetap saja saya memilih menggunakan uang tunai jika tempat belanja yang saya datangi masih menambahkan 2% pada setiap transaksi kartu debit atau kartu kredit. Rugi rasanya harus menambahkan 2% lagi dari harga barang yang harus dibayar. Lain lagi jika barang yang akan dibeli termasuk kategori barang mahal, seperti alat elektronik atau perabot rumah tangga, maka charge sebesar 2% akhirnya saya ikhlaskan. Bagaimanapun juga tambahan 2% dari total belanja masih lebih ringan dibanding bunga cicilan dari perusahaan penyedia barang melalui kredit. Apalagi bank penerbit kartu kredit sering mempromosikan bunga 0% untuk barang yang dicicil per bulan.
Kemudahan yang ditawarkan oleh kartu debet maupun kredit sebagai alat pembayaran non tunai sangat menguntungkan, baik bagi pribadi sebagai pengguna maupun bagi pemerintah sebagai pelaksana.
Alasan Keengganan
Meski pemerintah telah menandatangani Deklarasi Gerakan Nasional Non Tunai pada tanggal 14 Agustus 2014 untuk membuka lebih banyak peluang untuk transaksi non tunai, tetapi nyatanya masyarakat lebih memilih uang tunai dibanding kartu.
- Masyarakat lebih mempercayai uang tunai dibandingkan dengan kartu. Memegang uang tunai dalam jumlah yang banyak dan bisa bertransaksi dimana saja membuat masyarakat lebih menyukai memegang uang tunai dibandingkan dengan kartu.
- Pendapat ini didukung pula oleh kekhawatiran dan ketidaknyamanan masyarakat mengenai pembobolan kartu kredit, lupa PIN yang mengakibatkan kartu debet tertelan di ATM, atau charge sebanyak 2% yang dikenakan di beberapa toko setiap kali transaksi berlangsung.
- Masyarakat kesulitan untuk melakukan pembayaran non tunai karena infrastruktur yang menunjang berlangsungnya transaksi itu belum merata. Misalnya, pedagang di pasar tradisional, pedagang kaki lima, kios-kios di tepi jalan, banyak yang tak memiliki infrastruktur penunjang. Akhirnya keterbatasan itu menghambat keinginan masyarakat untuk menggunakan kartu sebagai alat transaksi.
- Masyarakat tidak terbiasa menggunakan kartu sebagai alat pembayaran. Akhirnya meski telah disediakan infrastruktur yang mendukung, tetap saja minim pengguna. Masyarakat lebih memilih membayar kendaraan umum yang mereka naiki (pesawat, commuter line, atau bus trans) dengan uang tunai alih-alih dengan kartu.
- Adanya anggapan diantara masyarakat bahwa kartu hanya menambahi kesulitan. Kartu kredit hanya menambah hutang yang berarti menambah masalah. Sementara bagi masyarakat yang penghasilannya tidak ditransfer melalui bank, memiliki kartu debet merepotkan karena harus pergi ke bank untuk menyetor uang.
Non Tunai Lebih Menguntungkan
[caption id="attachment_367545" align="alignnone" width="606" caption="Kartu Kredit"]
Padahal banyak keuntungan yang didapat dengan menggunakan alat pembayaran non tunai. Misalnya saja:
- Kepraktisan Menggunakan kartu sebagai alat pembayaran terbukti lebih praktis. Kita tak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar untuk membayar semua transaksi yang kita lakukan. Mungkin hal ini baru terasa saat kita pergi keluar kota/luar negeri selama beberapa hari.
- Keamanan Karena setiap transaksi menggunakan kartu memungkinkan identifikasi yang transparan, maka keamanan pembayaran non tunai ini bisa terjamin. Selain itu, karena kita tidak membawa terlalu banyak uang maka resiko kehilangan uang tunai menjadi berkurang.
- Pengelolaan keuangan yang akurat Salah satu keuntungan menggunakan kartu sebagai alat pembayaran adalah pengguna dapat mengetahui dengan tepat semua transaksi yang telah dilakukan. Dengan mengetahui catatan transaksi, pengguna kartu bisa lebih teliti dalam mengatur anggaran belanja pribadinya.
- Tidak bergantung jarak saat bertransaksi Pengguna kartu dapat melakukan transaksi kemana saja, tak bergantung jarak. Fasilitas transfer atau pembayaran dengan kartu kredit di era modern ini memudahkan kita untuk memilih barang yang terbaik tanpa harus pergi dan membayar sendiri dengan uang tunai. Di sisi lain hal ini juga meningkatkan sirkulasi uang dalam perekonomian. Uang tidak hanya berputar di satu atau dua titik, melainkan merata penyebarannya.