Mohon tunggu...
Yuniar N. Gina
Yuniar N. Gina Mohon Tunggu... pelajar -

seorang santri yang sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jejak-Jejak Santri

2 November 2016   07:13 Diperbarui: 2 November 2016   08:33 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang yang mengatakan bahwa ma’had atau lebih sering kita kenal dengan pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang kuno. Bukan hanya karena keberadaannya yang sudah sangat lama, melainkan juga karena budaya dan metode yang diterapkan didalamnya. Pada zaman penjajahan, pesantren justru menjadi sebuah wadah perjuangan bagi para kaum pribumi. Banyak perlawanan terhadap kaum Kolonial yang berbasis dan lahir dari dunia pesantren.

Pesantren telah lama menjadi lembaga yang memiliki kontribusi penting dalam membangun NKRI serta mencerdaskan bangsa. Karena perjuangan yang gigih dari para santri dalam memperjuangankan negara Indonesia dari tangan para penjajah. Dan hingga saat ini kiprah pesantren di Indonesia sudah tidak dapat dihitung hanya dengan jari saja. 

Sebab banyaknya jumlah pesantren-pesantren di Indonesia dan juga jumlah santri pada setiap pesantren yang tidak sedikit kini menjadikan lembaga ini layak diperhitungkan bahkan menjadi role model bagi setiap lembaga pendidikan karena keterkaitannya dengan pembangunan bangsa di bidang pendidikan dan moral anak-anak bangsa.

Pembangunan pesantren tidak pernah hanya sebatas jalan ditempat saja, melainkan terus maju dan bergerak. Terus menerus membangun dan memberikan pendidikan terbaik untuk santri-santrinya. Keberadaan pesantren sangat jelas nampak dan terlihat, karena pesantren hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat. Sebagai tempat pendidikan agama memiliki basis soSial yang jelas dan menyatu dengan masyarakat.

#BERBURU_ILMU

Santri-orang tua-guru merupakan elemen yang tidak bisa dipisahkan dalam proses mencari ilmu. Setiap orang tua pasti menginginkan anak- anaknya berhasil dalam mencari ilmu, bertholabil ‘ilmi serta mendapat barokah dan manfaatnya ilmu itu. Suatu upaya kedua orang tua kita sebagai penyemangat belajar dengan memberikan dorongan dan motivasi tiada henti. Dan bekerja keras banting tulang, tak peduli siang atau pun malam demi keberhasilan sang buah hatinya. Rela mengeluarkan biaya sebesar apapun, bahkan lebih dari yang kita minta. Orang tua kita tak ingin kita kekurangan biaya dalam proses perjalanan panjang menuntut ilmu.

Tiap orang tua memiliki keinginan yang berbeda-beda pada anaknya. Ada yang menginginkan anaknya mendalami ilmu agama, umum, dan mungkin kedua- duanya. Orang tua yang menginginkan anaknya sukses dalam pendalaman agama mereka lebih memilih pndok pesantren salafiah sedang orang tua yang menginginkan anaknya mendalami keduanya biasanya lebih memilih pondok modern. Jadi seimbang antara agama dan umumnya.

Di dalam dunia mencari ilmu bukan hanya restu dan ridho orang tua saja yang dibutuhkan, akan tetapi ridho dan restu seorang guru juga sangat penting. Hal ini aku dapatkan dari guruku pada saat mengaji kitab ta’lim muta’alim. Meskipun di dalam hadist dikatakan “Ridhallahi fi ridho walidain”. Keberadaan guru juga sangat penting. 

Guru memberikan ilmunya kepada kita. Menularkan segala kemahirannya dalam segala model ilmu kepada kita. Dengan kesabaran dan keuletannya guru mengajarkan semua yang dimilikinya kepada kita tanpa mengharap kembalinya jasa- jasa mereka. Mengajarkan ilmu mulai dari angka “1” dan huruf “A”. 

Hingga sekarang kita dapat mengitung tanpa menggunakan jari, membaca tanpa mengeja sampai kita tak menyadari sudah berapa buku yang telah kita baca. Tak luput ustadz ataupun ustadzah kita yang mengajarkan kita mulai dari “alif “ hingga kita dapat dengan lancar membaca Al Qur’an. Mengkhatamkanya berkali- kali. Mengajarkan kitab-kitab yang akan menjadi pedoman hidup. Subhanallah, buah manis yang tak dirasa saat proses pertumbuhannya.

Adanya peraturan di pondok pesantren bukan dengan tujuan mengekang kita tapi tidak lain adalah sebagai sarana pelatihan kemandirian, kedewasaan, dan juga rasa tanggung jawab kita.

Setiap orang tua tentunya mempunyai tujuan yang sama dalam memondokkan anak- anaknya di pesantren, yaitu dengan tujuan agar anak- anak mereka memperoleh ilmu yang barokah sehingga bisa menjadi anak anak yang sholeh, sholehah, anak- anak generasi penerus yang mempunyai dasar- dasar ilmu agama yang kuat. Suatu istilah dalam dunia pesantren “Tabarukan” atau kadang juga disebut dengan “Ngalap Barokah” yaitu suatu aktivitas dalam bentuk ibadah yang mengharapkan barokah dari sang Kyai atau guru, sehingga dikemudian hari bisa mengembangkan agama islam ditengah- tengah masyarakat.

#AKHLAQ_MULIA

Tebentuknya akhlaq yang mulia pada sosok seorang santri menjadi sebuah icon atau ciri khas seorang santri. Kata akhlak yang dimaksud disini adalah suatu kebiasaan yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan atau rutinitas yang biasanya di lakukan. Akhlaq sangatlah penting keberadaanya. Maka tak heran jika setiap orang tua berharap akhlak itu terbentuk dalam diri anak- anak mereka. Karena dengan hiasan akhlaqul karimah mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tak hanya pandai dalam ilmunya tapi juga berakhlak. Sehingga mereka dapat memuliakan kedua orang tuanya (Birul Walidain) dan juga guru- gurunya.

Karena jika dilihat pada fenomena saat ini, Masyallah. Anak- anak diluar sana yang telah rusak moralnya karena mereka telah lepas dari kendali orang tua. Sudah sangat rusak akhlak mereka. Seakan orang tua tak ada artinya bagi mereka. Mereka lupa akan siapa dirinya. Mereka lupa akan jasa orang tua mereka dan guru mereka. Hanya bangga dengan kepandaian mereka. Percuma saja jika pandai tapi tak berakhlak.

Bersyukurlah kita sebagai santri. Betapa besar kasih sayang orang tua kita. Mereka rela berpisah dengan kita demi mencetak pribadi kita menjadi lebih baik lagi. Di dalam pondok modern ada dua sistem pembelajaran. Mempelajari keagamaannya dan juga di dalam pondok itu juga mempelajari ilmu- ilmu umum juga. Pendidikan di pesantren ditujukan untuk mempersiapkan bakal-bakal calon pemimpin masa depan yang bukan hanya berwawasan luas di agamanya saja, tapi juga berwawasan luas di ilmu umum serta memiliki akhlak yang mulia. Jadi sosok santri itu tak seterusnya dipandang jadul dan kolot.

Jangan hanya menjadi orang yang sukses, tapi jadilah orang sukses yang berakal…

#KEMANDIRIAN_DALAM_HIDUP

Dinamika kehidupan yang penuh dengan tantangan dan persaingan saat ini menuntut setiap orang untuk mampu menghadapinya dengan sikap hidup yang mandiri. Namun, untuk memiliki kemandirian dalam menjalani proses kehidupan itu tidak mudah dilakukan. Karena memerlukan proses yang lama dan continue. Penanaman kedisiplinan di kalangan para santri antara lain dilaksanakan dengan mewajibkan para santri dalam mengikuti program kegiatan belajar yang telah terjadwal sesuai dengan tingkatannya, baik program pendidikan ma’hadiyah maupun kegiatan umum sebagai penunjang.

Pentingnya pembentukan sikap mandiri pada santri juga tampak dari pola hidup mereka yang berada dalam suasana kekeluargaan, kesederhanaan, dan kegotong- royongan. Suasana kehidupan yang demikian menempatkan pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang mampu menanamkan sikap mandiri di kalangan santri.

#MENYONGSONG_MASA_DEPAN_GEMILANG

Salah satu unsur penting yang juga mempengaruhi di pesantren adalah alumni. Alumni juga membawa pengaruh atas keparcayaan masyarakat pada pesantren tempatnya diluluskan. Masyarakat memandang dan menilai pesantren itu dari lulusannya yaitu alumni. Maksudnya, kemampuan dan keunggulan pesantren dalam pengelolaan pesantren dalam program mengajar serta membimbing santri- santrinya dan mungkin ketidakmampuannya, itu akan terlihat dari kemampuan alumni- alumninya. 

Baik dalam urusan pengalaman belajar, kemampuan dalam adaptasi dengan lingkungan sekitar, memecahkan masalah masyarakat dan menempatkan diri pada posisi sebagai pribadi yang memiliki ilmu agama ditengah- tengah masyarakat. Jadi tidaklah salah apabila alumni suatu pondok pesantren dijadikan tolak ukur oleh masyarakat untuk menanamkan kepercayaan masyarakat pada pondok pesantren itu.

Karena dengan apa yang kita peroleh kita dapat lebih membawa nama pondok kita serta lebih mengharumkannya di tengah masyarakat. Dengan menunjukkan pada mereka bahwa santri tak hanya mampu menjadi ahli agama dan pembaca kitab kuning. Tapi selain itu santri juga bisa menjadi seorang pemimpin. Bukan hanya pemimpin agama tapi juga pemimpin bangsa dan umat. Mengangkat panji- panji agama ditengah marak dan majunya teknologi. Islam agama kita berdasar pada Al qur’an dan As Sunah. Semua ilmu terkandung dalam Al Qur’an. Marilah kita junjung agama dengan kesuksesan kita. 

Kita harus yakin dan mempunyai tekat yang benar- benar matang. Kita sebagai seorang santri harus bisa lebih baik dari orang lain (yang bukan santri), harus bisa hemat dalam menggunakan fasilitas dan mempergunakan rezeki yang kita miliki, tidak memubazirkan dan membuang-buang fasilitas dan rezeki yang ada serta memilik pemikiran yang lebih canggih. Harus mempunyai pemikiran jangka panjang, membuang jauh-jauh pemikiran jangka pendek. 

Harus bisa menghargai waktu, mampu menggunakannya dengan baik, dan mengatur rutinitasnya atau kegiatan untuk hal-hak yang positif dan manfa’at. Harus mempunyai sifat toleran dan fleksibel. Kreatif serta mampu menghadapi berbagai masyarakat di sekitarnya. Harus bisa mandiri, tidak selalu bergantung dan selalu menunggu "jemputan bola" dari orang lain. Dan jika kita telah memiliki sifat- sifat seperti itu, maka itulah yang dinamakan jejak-jejak santri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun