Mohon tunggu...
yuniar firdaus
yuniar firdaus Mohon Tunggu... -

just step on it

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Timeless

17 Januari 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:47 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tahu, jauh sekali tempat yang akan aku datangi itu,
tapi ini amanat bunda.

Aku selalu menuruti bunda.

Entah kenapa, jalanan macet sekali. Mungkin karena hujan.
Aku menelepon bunda, aku bilang jalan macet, bunda bilang sabar.. Aku mengeluh..

Aku lihat pohon di kanan jalan,
aku jadi ingat lagi dia...
Apakah dia ada disana, di tempat yang akan aku kunjungi sekarang,
bagaimana keadaannya saat ini?
Lupakah dia padaku?
Sudah menikah kah dia?
Bagaimana istrinya, anaknya?
Bagaimana dengan aku?
Apa yang akan aku lakukan?
Aku mulai gelisah

perjalanan molor hingga 8 jam, melelahkan,
aku tengok hp ku, di layarnya ada tulisan 'ayah memanggil', ayah dia,
aku jawab,
kali ini seorang ibu yang bicara,
'kamu sampai belum ,nak disini??'
'belum bu, 5 menit lagi kayanya, udah deket kok'
'cepet ya nak, maaf merepotkan'
telepon ditutup tanpa adanya ucapan penutup, suara serak ibu, mengingatkan aku pada ayah dia, serak pilu.
Kenapa keluarga ini memiliki suara serak yang begitu pilu??

Aku sampai di rumah berpagar putih, aku tekan tombol bel nya,
seorang ibu, yang matanya bengkak, bibirnya pucat dan suaranya serak langsung membukakan pintu dan menarikku ke suatu tempat,
yang aku sebut kamar.

Pintu kamar dibuka, ibu dia mengisyarat kan ku agar masuk, tanpa beliau.

Aku ambil langkah kecil, pintu pun ditutup kembali,
aku lihat dia,
benar DIA , yang dulu sangat kusayangi,
DIA yang sangat aku inginkan untuk kembali,
DIA yang tak boleh pergi lagi dariku..
Tapi bukan DIA yang terbaring seperti itu di atas ranjang,
DIA kenapa?
Aku lihat wajahnya, pucat, tak ada airmata atau sisa sisa kerinduan seperti aku,
dia sakit?
Aku bertanya pada ibunya,
namun sang ibu malah menagis tersedu,
aku bingung,
apa yang terjadi sebenarnya?

Aku duduk di pinggir ranjangnya, kuraih tangannya
dingin...
Seperti butiran es
tangannya bergerak,
seperti ingin membalas genggaman ku,
matanya perlahan terbuka, bibirnya bergerak gerak,
sepertinya dia tahu kalau ada aku...

Dia perlahan meraih tanganku, seakan tak mau jauh dariku,
aku menangis.
Kenapa dia jadi seperti ini, kenapa jadi menyedihkan sperti ini?

Dia terus bangkit, berusaha memposisikan dirinya untuk duduk berhadapan denganku,
aku bantu dia,
dia tersenyum,
membawaku ke dalam pelukannya, dan mengusap rambutku seperti anak kecil..
Tapi , tubuhnya dipenuhi bekas jarum suntik, di tangannya ada bekas jarum suntik..Dan bau infus pula.
Sepertinya dia sakit parah,
tapi sakit apa?
Sejak kapan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun