Mohon tunggu...
yuniar firdaus
yuniar firdaus Mohon Tunggu... -

just step on it

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Timeless

17 Januari 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:47 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kadang aku menyesal mengapa hati diciptakan hanya satu,
dan rasa cinta diciptakan sangat banyak,
bunda tidak pernah bisa menjawab kalau aku bertanya masalah itu.
Aku bingung,
aku cinta ayah, bunda, adikku, keluargaku, kakek nenek ku, teman-teman ku, guru ku,
tapi aku tidak tahu se berapa besar kapasitas hatiku untuk menampung semua rasa cintaku untuk mereka...
Aku takut hatiku terlalu penuh..
Aku takut suatu saat jika aku kembali bertemu dengan dia, tak ada lagi tempat yang tersisa buat nya di hatiku...
Oh ya, aku hampir lupa , aku telah mengingatnya lagi setelah beberapa kali aku berjanji akan melupakannya hari ini...
Dia..

*beberapa tahun lalu*
dia rival ku, musuh ku dalam pelajaran,
satu kalimat buat dia
' benci dia '
pertarungan kami sengit, nilai tes yang hanya berbeda nol koma sekian pun dijadikan masalah..
Tak kan pernah akur
tak kan pernah akur
tak kan pernah akur, aku kira, tapi ternyata...

Dia mengungkapkan perasaannya padaku,
dan aku tahu bahwa saat itu kami bukan rival lagi...
Timeless..
Satu kalimat untuk dia ' terima kasih '

kami beranjak dewasa sama sama, sampai akhirnya dia pergi jauh dari aku, ke tempat pendidikan yang menjadi impiannya di negeri sebrang sana.
Dan aku mulai kewalahan me manage perasaan rinduku tiap hari..
Apalagi saat , sms ku tak pernah dibalasnya, telepon ku tak pernah dijawab, email ku tak ada yang di reply, coment ku,di fb ny, wall ku, message ku, fax ku, surat ku... Semuanyaa...
Dia hilang.... Atau lupa???

Pagi yang dingin di musim hujan, aku memutuskan hubungan kita.
Aku kesal.
Aku berharap ada respon yang meminta maaf dan memohon kembali padaku.

Tapi, nihil...

Esoknya aku membiasakan diri untuk mengganti wallpaper komputer ku dengan gambar winnie the pooh, tak lagi dengan fotonya.
Esoknya aku peti kan semua foto dia, dan barang darinya.
Esoknya, ku remove dia dari akun akun ku.
Esoknya, ku delete nmr hp nya dan sms sms dia d hp ku.
Esoknya ku buang jauh catatan alamat dia.
Esoknya aku mulai untuk melupakan dia.., tapi usaha yang satu ini sulit sekali, lebih baik aku disuruh menghapal kamus oxford daripada melakukan hal yang satu ini.

Sejam, dua jam, sehari, seminggu, sebulan, berbulan bulan sudah aku terbiasa dengan keadaanku..

Siang di musim kemarau,
telepon dari nomor tak dikenal masuk,
terdengar suara serak di ujung sana, suaranya pilu, pilu sekali.
Dia menyebut nama ku dengan lembut,
sepertinya aku pernah tau suaranya, aku pernah... Ah! Aku ingat, suara ayah nya dia..

Lalu ada apa beliau tiba tiba menelepon ku ?
Kenapa suaranya seperti merintih begitu ? Bunda menyarankan aku untuk pergi setelah aku bercerita ayah dia menelpon ku untuk ke rumah nya di luar kota,

aku selalu menuruti bunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun