Kenaikan harga BBM mengundang respon masyarakat yang bermacam-macam. Reaksi masyarakat Indonesia kebanyakan menolak adanya kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM ditakutkan akan menimbulkan efek domino, yaitu naiknya berbagai macam harga di berbagai sektor ekonomi, mulai dari harga bahan pokok, tarif transportasi dan lain sebagainya.
Menurut pemerintah pusat, dalam hal ini disampaikan langsung oleh presiden Jokowi bahwa terjadi kenaikan harga minyak dunia yang berimbas pada membengkaknya subsidi BBM hingga 3× lipat. Pemerintah sudah tidak bisa lagi mengcover subsidi tersebut sehingga memutuskan untuk menaikkan harga BBM.
Harga BBM jenis petalite yang mulanya seharga 7.450 rupiah naik menjadi 10.000 rupiah. Pertamax yang awalnya 12.000 rupiah menjadi 14.000 rupiah. Dan yang terakhir adalah solar yang awalnya 5.600 menjadi 8000 rupiah per liternya.
Pemerintah pusat tidak semata-mata menaikkan harga BBM semata. Mereka juga mengeluarkan solusi dengan memberikan bantuan langsung tunai kepada masyarakat kecil menengah dan memberikan subsidi kepada pekerja dengan gaji dibawah 3 juta rupiah.
Namun, solusi dari pemerintah menurut beberapa ahli tidak mampu mendorong daya beli masyarakat dalam jangka waktu yang lama. Bantuan bantuan tersebut sifatnya hanya sementara dan menghambat inflasi sebentar saja. Setelah dana bantuan disalurkan, daya beli masyarakat kembali berkurang akibat efek yang ditimbulkan kenaikan BBM kemudian inflasi akan terjadi.
Bencana akibat kenaikan harga BBM tersebut tidak berhenti sampai disini. Angka kemiskinan di Indonesia juga diprediksi akan meningkat. Juga angka kejahatan dapat meningkat pula seiring dengan naiknya angka kemiskinan. Belum lagi masyarakat Indonesia saat ini sedang dalam masa endemi setelah pulihnya pandemi covid-19.Â
Perlu diketahui bahwa efek dari pandemi covid-19 di Indonesia mengakibatkan perekonomian Indonesia menjadi kolab. Saat ini sedang dalam proses pemulihan perekonomian sehingga dengan kebijakan menaikkan harga BBM menjadi solusi yang tidak tepat. Apalagi pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya dalam membangun Mega proyek, yaitu pembangunan ibu kota negara baru yang memakan banyak biaya.
Pembangunan Mega proyek lain seperti kereta cepat, bendungan, dan tol juga harus memangkas APBN dari berbagai sektor pembiayaan sehingga dengan naiknya harga BBM menjadi ketakutan karena dapat merugikan masyarakat kelas bawah.
Sasaran BBM bersubsidi menurut penulis juga dirasa kurang cepat sehingga memangkas anggaran terlalu banyak. Apabila subsidi pemerintah bisa tepat sasaran, artinya subsidi pemerintah memang ditujukan kepada masyarakat kurang mampu, maka dapat di pres lagi anggaran yang dikeluarkan pemerintah. Apalagi saat ini masyarakat kurang mampu sudah terdata dengan jelas dan memiliki identitas sebagai masyarakat kurang mampu.
Disisi lain masih banyak target pemerintah yang belum terpenuhi. Indonesia yang digadang-gadang menjadi negara swasembada beras juga belum bisa terealisasi.Â
Apalagi ketika membahas kesejahteraan petani, Indonesia belum mampu menjamin adanya kesejahteraan, bahkan harga beras dari petani tidak sebanding dengan apa yang petani kerjakan, terlebih lagi ditambah dengan kenaikan harga BBM. Harga pupuk naik, bibit naik, dan lain-lain.