Teruntuk para calon orang tua maupun yang telah menjadi orang tua, perlu menambah wawasan diri mengenai perkembangan psikoseksual anak. Sebab sejak dahulu sering menemukan fenomena anak dibentak orang tua karena menggesekkan benda-benda pada alat vitalnya.Â
Mereka membentak anaknya karena belum mengetahui bahwasannya anak mereka sedang menempuh Fase Phallic, fase yang menjadikan alat vital sebagai pusat kenyamanannya.Â
Setelah anak dibentak, akibatnya anak bukannya menjadi teredukasi, melainkan menjadikan seksualitas anak bermasalah di masa depannya dan akhirnya merugikan dirinya dan orang lain.
Maka dari itu, berikut penulis jabarkan empat cara bersikap bijak dalam menghadapi Fase Phallic anak. Namun sebelum itu, anda wajib mengetahui tahapan perkembangan psikoseksual anak yang disampaikan oleh Sigmund Freud bahwa anak mengalami lima tahapan psikoseksual, yaitu Fase Oral, Fase Anal, Fase Phallic, Fase Laten, dan Fase Genital. Dan fase yang paling dicemaskan bagi mayoritas orang tua adalah Fase Phallic. Mari kita kenal lebih lanjut fase ini.
What is meant by the phallic stage?
Fase Phallic adalah fase saat anak memusatkan kenikmatannya pada daerah intim miliknya, yaitu alat vital. Fase ini umumnya terjadi pada rentang usia 3 hingga 5 tahun.Â
Di fase ini anak juga mempelajari perbedaan bentuk alat kelamin yang terdapat pada perempuan dan alat kelamin pada laki-laki. Sehingga anda mungkin tidak jarang menemukan anak mencoba mengeksplorasi alat vitalnya dengan cara menggesekkan benda pada area vitalnya ataupun sebaliknya.Â
Misalnya anda sering menjumpai, anak yang menggesekkan alat vitalnya pada ujung dinding, ujung meja, ujung kursi, bantal dan benda lainnya. Polemik inilah yang sering dikhawatirkan secara berlebihan oleh para para tua.
How to act wisely when discovering the phallic phase in children?
1. Jangan langsung menunjukkan emosi negatif dan membentak anak
Ketika anda menemukan anak memegang alat kelaminnya secara diam-diam, maka jangan langsung membentak anak. Karena dengan menunjukkan kemarahan justru akan membuat anak semakin takut dan penasaran. Bawalah anak ke tempat yang private, dan bincangkan dengan anak bahwa tidak baik melakukan hal tersebut.Â
Usahakan dalam memberi tahu anak jangan menggunakan nada yang keras agar tidak memunculkan presepsi negatif terkait seksualitas di hari ke depan. Kemudian, anda harus mempunyai keyakinan tentang yang dilakukan anak adalah hal yang normal selama tidak berlebihan.
2. Cobalah mengalihkan perhatian anak
Contoh kegiatan yang dapat anda lakukan sebagai pengalihan perhatian anak adalah bermain bersama, olahraga, memasak bersama, membeli makanan kesukaan dan kegiatan lainnnya.Â
Sebab ketika anak telah melewati batas dalam mengeksplorasi alat vitalnya seperti menggesekkan benda pada alat vitalnya hingga alat vitalnya terluka, tidak dapat dipungkiri dapat membuat orang tua tidak nyaman.
3. Berikanlah edukasi dengan ritme yang pelan
4. Buatlah wishlist rutinitas yang positif dan produktif bagi anak
Buatlah daftar harian yang berisikan kegiatan yang produktif, positif, dan bermanfaat bagi anak. Bersepakatlah dengan anak untuk konsisten menjalankan kegiatan harian tersebut hingga anak tidak memiliki celah untuk melakukan hal yang buruk kepada alat vitalnya. Dan jangan bosan untuk senantiasa menjelaskan kepada mereka pentingnya menghargai alat vital dirinya maupun alat vital orang lain.
Why Is It Important To Be Thoughtful In Dealing With Child's Phallic Phase?
Pada saat anda telah bersikap bijaksana dalam menghadapi Fase Phallic anak, maka pada akhirnya akan menciptakan lingkungan keluarga yang terbuka, nyaman, aman, dan berkualitas bagi anak. Ketakutan dan keresehan anda dapat diminimalisir kemunculannya dan anak menjadi lebih teredukasi serta mencegah mereka dari masalah seksual pada saat dewasa nantinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI