Mohon tunggu...
Yunianur03
Yunianur03 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif uin sunan kalijaga

Sedang mengetik....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Klenteng Poncowinatan di Daerah Yogyakarta

14 Juni 2023   21:51 Diperbarui: 14 Juni 2023   22:17 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Klenteng poncowinatan merupakan salah satu klenteng yang berada di kecamatan Jetis, kota Yogyakarta lebih tepat nya klenteng ini berada di sekitaran pasar atau di kelilingi oleh pasar sehingga kelenteng ini tidak begitu menonjol untuk orang-orang yang baru akan berkunjung ke-kelenteng tersebut.  

Nama lain dari kelenteng poncowinatan ini yaitu kelenteng Kwan Tee Kiong, kelenteng ini dibangun oleh warga Tionghoa pada tahun 1881 Masehi. Pembangunan Kelenteng ini berada diatas tanah Kraton Yogyakarta yang dihibahkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII kepada masyarakat Tionghoa di seputaran Pasar Beringharjo. Klenteng ini sekrang dimiliki dan dikelola oleh yayasan tempat ibadah Tri Dharma. 

Secara keseluruhan bangunan ini memiliki 3 komponen utama yaitu ruang masuk, ruang utama untuk sembahyang dan ruang untuk tempat tinggal pendeta dan penjaga kelenteng. 

Kelenteng ini memiliki bentuk atap Ngang Shan, dengan hubungan atap yang kedua ujungnya melengkung keatas. Pada ruang pemujaan utama terdapat altar pemujaan, lonceng dan bedug dengan tokoh utama merupakan dewa-dewa dari ajaran Taoisme.

Warna klenteng ini merah yang mana warna merah ini memiliki arti tersendiri bagi umat konghucu, yaitu peruntungan yang baik, kesuksesan, serta kebahagiaan. 

Dalam segi bentuknya di atas kelenteng ini terdapat juga beberapa naga yang mana naga ini diyakini sebagai binatang suci bagi masyarakat Tionghoa. Beberapa patung naga diletakkan dibagian gunungan klenteng secara berhadap-hadapan. 

Gambar naga juga terdapat dibagian pintu dan setiap tiang yang ada di klenteng tersebut. Sebagai binatang tertinggi, masyarakat Tionghoa dan umat yang bersembahyang dikelenteng berharap agar naga yang diletakkan dikelenteng memberikan pengayoman kepada umat yang berdoa dikelenteng. 

Selain naga, binatang lain yang juga mendapat penghormatan tertinggi adalah burung phoenix, kilin, dan kura-kura. Namun, naga tetap dipercaya sebagai binatang yang paling kuat dan perkasa. Ornamen dari naga ini karena dahulu ketika Nabi Konghucu lahir dikelilingi oleh 2 Naga.

lilin (Dokpri)
lilin (Dokpri)

Dikelenteng ini ada bermacam-macam lilin, mulai dari yang berukuran kecil, sedang dan sangat besar. Lilin ini bisa kita lihat di samping kanan dan samping kiri dalam kelenteng. Setiap ornamen pada kelenteng memiliki makna  tersendiri. 

Seperti lilin berwarna merah adalah lambang kebesaran kelenteng dan melambangkan dewa. Lilin ini melambangkan agar dewa melindungi kita dalam urusan usaha, membuka jalan yang terang, supaya dewa membantu kita dan lancar segala usaha tidak ada dalam kegelapan. Umat Tionghoa meyakini lilin tersebut, selain itu,lilin Imlek juga hadir dengan beragam ukuran.

Dupa atau Hio di Kelenteng merupakan pelengkap dalam ritual ibadah umat Tionghoa. Hio yang berarti Harum, Hio berbentuk lidi dan berwarna merah. Membakar Hio memiliki makna "jalan suci itu berasal dari kesatuan hatiku(Dao You Xin He)" dan "hatiku dibawa melalui keharuman dupa (Xin Jia Xiang Chuan)". 

Alasan Dupa atau Hio di bakar, asap dari dupa itu menggambarkan arah do'a megalir dan apa yang kita inginkan akan tercapai. Jika asapnya tegak keatas, maka dipercaya doa segera dikirim kepada dewa-dewi. Pembagian Dupa atau Hio, ada yang berwarna merah (dalam sembahyang untuk meminta sesuatu) dan hijau (digunakan pada saat kematian). 

Makna genggam Dupa atau Hio: manusia terlahir melalui perantara Ibu(ibu diibaratkan genggaman tangan kanan), Bapak di ibaratkan gengamman tangan kiri yang mana selalu bisa menjaga Ibu tersebut. 1 batang Hio artinya Tunggal, maka sembahyang dengan 1 batang Hio melambangkan do'a khusus kepada Tuhan. 2 batang Hio melambagkan Yin dan Yang. 3 batang Hio melambangkan 3 unsur alam semesta: bumi, langit, dan manusia.

sisi kiri: Poapoe
sisi kiri: Poapoe

Poapoe dalam agama konghucu, poapoe adalah penyederhanaan metode peramalan. Awalnya alat poapoe terbuat dari kerang, dan saat ini bahan yang dipakai adalah yang terbuat dari kuningan atau kayu berbentuk menyerupai hati. Poapoe berkembang dan dipakai selama ribuan tahun, selain digunakan untuk peralaman, poapoe juga digunakan untuk berkomunikasi dengan alam lain. Jika melempar poapoe, maka akan terjadi beberapa kemungkinan. 

Proilitas itu berdasarkan konsep Yinyang dan He (harmonis). Posisi poapoe dan maknanya, dua telungkup berarti tidak setuju, dua terlentang berarti bisa ya atau bisa tidak, tidak memberikan jawaban yang pasti. Satu terlentang satu tertutup berarti Ya, pasti disetujui. Salah satu atau dua-dua nya berdiri (tanpa bersandar pada apapun) berarti akan terjadi hal yang mengejutkan.

-Kelenteng Poncowinatan- Ahad, 10 Juni 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun