Mohon tunggu...
Yuni Andriyani
Yuni Andriyani Mohon Tunggu... wiraswasta -

Ibu Rumah Tangga dengan 2 orang anak tinggal di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kenaikan BBM, Kutukan Abadi bagi Indonesia

19 November 2014   05:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:27 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source - http://bit.ly/1t1ItmZ

Minyak menjadi isu paling sensitif di dunia. Selain telah berubah menjadi alat diplomasi (diplomasi minyak), juga telah menjadi alat perang yang dahsyat. Dunia mencatat bahwa pada masa PD II, didasari kebutuhan akan minyak, Jerman melancarkan agresi militernya ke Afrika dan Rusia.

Sampai saat ini, minyak masih mejadi sumber energi yang strategis. Oleh sebab itu dibanyak negara berkembang terutama Indonesia, perubahan nilai Bahan Bakar Minyak (BBM) akan mengakibatkan sedemikian banyak perubahan ekonomis dan stabilitas yakni melambungnya harga-harga hingga munculnya aksi demo dan huru hara (in-stabilitas).

Apapun alasannya, naiknya harga-harga dipasar sangat membebani hidup rakyat dan meningkatkan garis kemiskinan dimana per maret 2014 menurut data BPS masih di angka 11,25% dari total penduduk Indonesia. Ironis memang bahwa disetiap pergantian pemerintahan selalu saja hal ini terjadi (Kenaikan harga BBM).

Entahlah, sepertinya ini menjadi blunder kebangsaan dan menjadi permasalahan abadi bagi siapapun pemerintahnya. Menurut saya, hal ini karena pembangunan Indonesia yang besar ini tidak simultan. Indonesia ibarat sebuah piala bergilir yang diperebutkan setiap 5 tahun sekali dan paling banter 10 tahun dijabat oleh orang yang sama. Pembatasan itu benar adanya untuk menghindari sebuah kediktaktoran akan tetapi hanya pada person-nya dan [seharusnya] tidak pada pada program-program pembangunannya.

Saya benar-benar mengidam-idamkan bahwa pembangunan Indonesia terencana hingga minimal 100 tahun kedepan. Artinya Bangsa Indonesia mempunyai platform pembangunan jangka panjang sebagai hasil dari konsensus nasional yang dimotori oleh para teknokrat, para ahli dan siapapun yang ditunjuk mewakili rakyat.

Plaform tersebut berisi bidang-bidang apapun yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Termasuk didalamnya adalah bidang-bidang strategis dan sensitif seperti BBM, ekplorasi sumber daya alam lain-lain, dan sebagainya.

Nah. Dengan platform pembangunan tersebut, siapapun presiden terpilih atau pemerintahannya, maka tidak lagi membuat rencana-rencana baru pembangunan. Pemerintah cukup melaksanakan cetak biru tersebut dengan penyesuaian seperlunya.

Tetapi apa boleh dikata bahwa takdir Indonesia memang harus begitu. Pemerintahan baru era Mr. Jokowi ini juga tidak lepas dari "kutukan" kenaikan BBM. Mau tidak mau saya dan anda harus merasakan dampak kenaikan BBM yang diberlakukan 18 Nopember 2014. Di Yogyakarta harga bensin adalah Rp 4.200, ......itu untuk setengah liter. Sama seperti ditempat sampeyan kan ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun