Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

2024: Sandyakalaning Bulutangkis Kita (?)

31 Desember 2024   00:18 Diperbarui: 31 Desember 2024   00:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan kita tersukses 2024 ini. Dari kanan: Sabar KG/ Moh Reza PI. Sumber dari BadmintonPhoto/Raphael Sachetat dan kompas[dot] com/sports 

                                                 Bagaikan kisah sayembara wayang memperebutkan putri dari Raja Mandura, yakni dewi Kunti. Pertarungan laiknya formalitas belaka karena Prabu Kuntiboja sudah demikian tertariknya dengan Pandu Dewanata agar mendapatkan si Kunti ini. Malahan dikasih bonus Dewi Madrim.

Atomic Habits

Ada beberapa peristiwa yang kecil yang cukup mengganggu. Sebut saja yang terjadi pada trio HAI (Herry IP, Aryono M, Irwansyah) yang tidak lagi menjadi pelatih Pelatnas. Waketum PBSI bung TH menyatakan pelatnas perlu penyegaran.

                                                        Herry IP seingat saya sudah duduk di kursi pelatih sejak Sigit/ Chandra juara dunia 1997. Lalu konflik dengan pelatih lainnya (Sigit Pamungkas) yang didukung oleh Markis Kido (alm) sehingga pada olimpiade 2008 dan Asian Games 2010 tidak di pelatnas lagi. Kurang tahu tahun berapa kembali ke pelatnas, yang pasti saat the Minnions berjaya (mulai 2013 kayaknya ya) mr Herry IP duduk lagi di bench. Kemudian seperti ada konflik dengan Kevin Sanjaya, lalu bisa reda, tapi Herry IP dipindah ke pelatih ganda campuran.

                                                              Kalau Aryono Miranat sendiri memang tidak lagi mau memperpanjang kepelatihan di pelatnas. Sedangkan Irwansyah akan melatih tim India. Konon Irwansyah sudah mengirim CV lagi namun tidak dikontak lagi oleh Pelatnas.

                                                                 Model ideal pelatih sebenarnya -atau salah satunya- adalah Rexy Mainaky dan Eng Hian. Try out mereka adalah melatih ke beberapa negara. Mereka dapat dikategorikan berhasil di luar negeri (Rexy ke Inggris lalu Malaysia, Eng Hian di Inggris) kemudian pulang kampung dan berbekal pengalaman mengajarkannya di tanah air.

                                                                 Tahun 1964, kita mampu mempertahankan Piala Thomas yang sebelumnya kita raih pada tahun 1961 dan 1958 (tahun kala pertama kalinya mendapat juara Thomas). Enampuluh tahun kemudian, kita masih ke final -bahkan Thomas dan Uber. Namun dua-duanya menjadi runner up. Salah satu pemain yang menyumbang poin kemenangan adalah Ferry Sonnevile.

                                                                 Ferry Sonnevile merupakan satu-satunya eks pemain yang pernah menjadi Ketua Umum PBSI. tepatnya pada tahun 1981-1985. Prestasi beliau sebagai Ketua PBSI adalah mempersembahkan kembali Thomas Cup ke bumi pertiwi pada tahun 1984 -setelah hilang di tahun 1982.

                                                                   Kita hanya berharap sosok kepemimpinan Ferry Sonnevile (wafat tahun 2003) mewujud pada diri Taufik Hidayat. Tahun ini posisi Taufik bisa dikatakan: tidak main-main. Menjabat sebagai Wakil Menteri Olahraga, dan Wakil Ketum PBSI. Bahkan di kegiatan rekrutmen pelatih baru dan promosi degradasi pemain, beberapa pekan lalu, Taufik Hidayatlah yang mengumumkannya di depan pers, dan mengaku bahwa dirinya berperan besar di proses tersebut.

                                                                   Meski konon dengan cara rekrutmen terbuka, yaitu pelatih yang berminat diharap mengirim CV, namun sebenarnya bisa dilihat dari posisi pelatih utama -ada atau eksis "cawe-cawe"nya mister TH ini. PBSI mempercayakan kepada Muljo Handojo. Seperti kita ketahui coach Mulyo ini adalah pelatih Taufik saat dirinya merebut emas Olimpiade Athena 2004. Bahkan saking dekatnya hubungan pelatih dan anak didik waktu itu. Taufik pernah diisukan akan berpindah ke pelatnas Singapura -mengikuti Mulyo yang akan melatih di sana. Lobi Ketum PBSI saat itu (pak CT alias Chairul Tanjung) akhirnya mampu mendatangkan kembali Taufik ke pelatnas Cipayung, satu paket dengan pelatihnya, coach Mulyo ini.

                                                                 Rotasi lainnya dialami koh Eng Hian yang semula menjadi pelatih kepala untuk ganda putri, menjadi Kabid Binpres. Dari wawancara Greysia Polii di acara "endgame" Gita Wiryawan, Grace mengatakan bahwa di periode pak Gita (2012-2016) itulah teknologi mengambil peran besar di pelatnas. Pak Gita membawa para "alumni" pelatih tim inggris, yakni Rexy Mainaky dan Eng Hian, dengan kemampuan penguasaan techno-sport mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun