Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kapan Ujan Brenti Euy (KUBE)

4 Desember 2024   20:22 Diperbarui: 4 Desember 2024   20:37 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapan hujan berhenti, Anakku. Sementara kamu masih di perjalanan. Dah lama gak pulang Pak, tukasmu. Lalu kami menunggu. Bertiga dengan Mama dan si bungsu. Kapan hujan berhenti, anakku. Apakah merata dari Lampung sana. Menjelang akhir tahun air serasa tumpah dari langit. Aku tengok uang juga tinggal sedikit. Yah namanya kehidupan Pak -kata ibunya. Kadang legit kadang pahit. Sambil tertawa tapi hati mungkin mengernyit. Mengingat masalah tak kunjung exit.

Kapan hujan berhenti, Anakku. Jadi inget dulu zaman orde baru. Kamu masih bayi di pangkuan. Sangat amat mungil saat itu. Belum mengerti tentang kehidupan . Tentang air  rob dan angin topan. Lalu gelap seminggu gegara mati lampu. Kamu masih usia setahun atau malah setengah taun. Merasakan kejamnya ibukota yang sebenernya pas lagi ulang tahun. Sekarang udah mau pagi,  eh kamu belum di sini.

Kapan hujan berhenti, Anakku. Hapemu lom bisa dikontak jua. Apa low batt atau kecopetan. Ah mungkin kamu ketiduran. Bayangan kapal yang penuh gerak, ditengah jalan Bakauheni Merak. Oalah Nak, Nak.
Kerja kok jauh bener. Apa gak mau menemani bapa ibumu. Yang tengah malam musti bangun melulu. Entah karena pipis atau pegal linu

Oalah Nak, Nak, kerja kok di pedalaman. Apa kamu punya teman. Kapan ngenalkan kami dengan cowok pujaan. Gak papa yang lebih muda. Atau juga sangat tua. Huuss kata ibunya. Katamu kau kasih anak bebas pilihan. Yang penting dia dapat kebahagiaan. Oiya ya sahutku tertawa. Kalau anakku nikah nanti dia akan konsen ke suaminya. Uang bulanan juga akan ke anaknya. Lalu kita dapat apa ya Ma. Huuss sergah ibunya. Itu namanya egois gak habis habis. Sukurin lo waktu muda gak pikirin pengsiun. Gak idup sehat malah muncul sakit menahun. Istriku lagi-lagi ketawa. Dia menertawakanku karena dia punya insurance. Persiapan masa tuanya kuakui lebih keren. Sementara aku terima kasih larena banyak saudara yg membantu. Termasuk Tuhan yg menyelamatkanku berkali kali. Padahal mestinya aku dah mati.

Ting tong ting tong bel pintu berbunyi. Oalah nak nyampenya kok malam bener. Ini malah udah dini hari. Kok seharian gak bisa dihubungi? Nanti kan kuceritain Pa. Aku mau cuci muka lalu istirahat. Ya udah Nak tidurlah tidur. Yang penting kamu udah di sini. Bukan di barat atau di timur. Tapi kamu dah jumpai kami di cikini. 

KETERANGAN Gambar: Lukisan dibuat oleh AI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun