Itu belum lagi masuk list juara pasangan Jepang mantan nomor satu dunia, Takuro Hoki/ Kobayasi, dan pasangan Taiwan yang regenerasinya berlangsung bagus dan cepat -pasca Lee Yang/ Wang Chi Lin mendapat emas olimpiade Tokyo lalu. Belum terhitung pasangan India pemegang emas Commonwealth Games, Satwiksairaj Rankireddy/ Chirag Shetty -yang semakin moncer di bawah asuhan coach Mathias Boe dari Denmark.
Kemungkinan untuk ide yang agak out of the box perlu dipikirkan, terutama bagi Kevin yang mungkin masih sampai 3-4 tahunan bermain bulutangkis. Karena memang harus patuh dan menurut dengan aturan pelatnas (artinya menunggu evaluasi setahun atau dua tahun bersama si Sinyo atau Marcus), dan Kevin bisa jadi merasa tidak cocok dengan pelatihnya -seperti yang pernah dia ungkapkan. Maka Kevin perlu memikirkan out dari pelatnas, dan mencari sendiri pasangan baru yang jauh lebih muda. Artinya keluar pelatnas, dan kembali ke klub.
Langkah itu pernah dilakukan almarhum Markis Kido pasca olimpiade London 2012, yang kemudian menemukan sosok pekerja keras pada Marcus Gideon bin Kurniahu dari klub Jaya Raya. Hanya beberapa minggu dipasangkan, dobel pria Markis/ Marcus juara di Perancis Terbuka.
Atau mungkin olimpiade 2024 tidak lagi menjadi sasaran. Bisa jadi 2028 nanti. Masih ada waktu untuk dipikirkan. Jangan beri target Maximal on Mini(on) target. Perlu dipikirkan masak-masak agar win win solution bagi Kevin, juga Marcus, pelatnas, lalu sponsor -dan prestasi pemain kita menuju Olimpiade 2024 nanti. Jayalah bulutangkis Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H