Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Pertahanan, Kunci Kemenangan Ganda Jepang

21 Oktober 2022   23:35 Diperbarui: 21 Oktober 2022   23:38 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganda putri Jepang Nami Matsuyama (kiri)/Chiharu Shida (kanan) foto dari KOMPAS.com/Farahdila Puspa

Pasangan Apriyani/ Siti Fadia tersingkir di babak perempat final turnamen bulutangkis Denmark Open 2022. Ganda putri Jepang, Nami Matsuyama/ Chiharu Shida mengalahkannya dengan rubber game. Nami Matsuyama/ Chiharu Shida sebagai unggulan ketiga menang secara marathon satu jam lebih dengan 17-21, 21-14 dan 12-12. Pertandingan cukup sengit -yang memakan waktu sampai 67 menit.

Laga Denmark Terbuka ini termasuk agenda BWF yang berlevel Super 750 dengan hadiah total $750,000. Bertempat di Arean Fyn, Odense, Denmark.

Bagi Apriyani Rahayu/ Siti Fadia Fadila Ramadhanti ini merupakan kali pertama turun di ajang Denmark Open. Sedangkan pertemuan di Denmark Terbuka ini merupakan pertarungan yang kedua bagi kedua belah pasangan Jepang dan Indonesia, untuk tahun ini. 

Dengan skor sementara 1-1. Sebelumnya pada perempat final Malaysia Open 2022 Apri/ Fadia menang straight set atas pasangan Jepang yang nota bene menjadi kampiun Indonesia Open beberapa hari sebelumnya.

Sebenarnya pada set pertama Apri/ Fadia memulai permainan dengan cemerlang. Ganda putri kita sudah seperti pemain double pria, main dengan sangat cepat dan mengandalkan smes tajam. Tapi bisa jadi ganda Jepang memang sengaja untuk mengetes stamina Apri/ Fadia, juga mengecek kekuatan pertahanan mereka sendiri.

Namun malapetaka terjadi ketika pasangan Jepang mulai menemukan pola bertahan mereka yang makin rapat, susah ditembus Apri/ Fadia. Ditambah bola-bola tanggung yang disambar pasangan kita, malah terantuk di jaring / net. 

Selain itu pasangan Jepang tidak melulu meladeni permainan cepat. Kadang mereka bermain dengan pelan. Uniknya beberapa kali pasangan kita tidak begitu siap dengan bola wilayah/ placing yang sebenarnya berjalan lemah atau pelan.

Bisa jadi juga stamina pemain kita telah habis di set kedua, karena bermain begitu atraktif pada set pertama.

Sebelum terhelat pertarungan Indonesia versus Jepang ini, sebetulnya pasangan Apri/ Fadia memiliki 1 (satu) keuntungan. Yaitu kemenangan mudah mereka atas pasangan Du Yue/ Li Wen Mei, karena set kedua pasangan Tiongkok ini retired.

 Sedangkan Nami/ Chida pada partai sebelumnya malah dipaksa bertarung rubber game melawan pasangan Kanada bernama K. Tsai/ R. Honderich.

Tentunya Apri/ Fadia beserta coach Didi atau koh Eng Hian bisa memetik pelajaran berharga dari pertarungan ini. Untuk kedepannya agar Apri/ Fadia memperhatikan aspek pertahanan. Ya pertahanan yang perlu diperkuat dari gempuran lawan.

Atau kalau memang madzhab permainan yang dipilih Apri/ Fadia adalah "menyerang merupakan pertahanan terbaik" maka yang perlu diperbaiki adalah variasi serangan. Supaya tidak monoton dan cepat diketahui lawan motifnya.

Selain itu serobotan atas bola-bola depan sebaiknya lebih pas presisinya. Kedua pasangan kita ini sering kehilangan momentum menyambar bola tanggung tersebut. Bisa juga karena pemain kita kurang sabar. 

Tidak harus meraih point dengan cepat melalui smes yang keras. Tapi coba pancing pemain lawan agar mengembalikan bola yang memudahkan kita untuk mematikannya. Tidak harus dengan pukulan kencang, tapi bisa melalui bola-bola wilayah atau placing ala-ala the Daddies.

Memang wajar kalau Apri atau Fadia melakukan kesalahan sendiri. Pemain lawan pun melakukan hal yang sama juga. Namun selayaknya masing-masing harus lebih mawas atau permisif untuk memaafkan kesalahan teman. 

Kemudian saling menyemangati dan bangkit kembali agar kesalahan tidak terulang. 

Sebagai pecinta bulutangkis kami berharap pasangan baru Apri/ Fadia ini masih terus berusaha menemukan titik yang pas bagi permainan ke depan. Modal berharga telah mereka dapatkan, dengan menjuarai Sea Games dan turnamen Malaysia Open. 

Artinya kalau dalam kondisi prima -mereka pasti bisa juara. Tapi kondisi ini juga membuat lawan semakin mengerti pola permainan tim kita, dan menemukan celah serta ceruk untuk mengalahkannya. Maka kreatifitas tim pelatih, baik Eng Hian maupun Reony Mainkay untuk meramu style yang tepat.

OK yang penting "ngotot".

Keterangan: Slogan "ngotot" merupakan semangat yang selalu disuntikkan Ketua Umum PSSI pak Kardono di era 80-90an dulu. Semoga bisa memberi spirit pemain kita untuk tidak cepat menyerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun