Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Ganda Putri Juara, Mending Mana sama Ganda Putra?

17 Januari 2021   17:49 Diperbarui: 17 Januari 2021   17:51 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah istirahat hampir 10 bulan, para pemain dunia berlaga lagi di ajang Thailand Open 2021. Kalau melihat penampilan Praveen Jordan/ Melati Daeva Oktavianti, mereka sepertinya bertambah gemuk semasa pandemi. Pandangan saya bisa salah sih. Anyway salut ama mereka. Hebat juga bisa sampai ke babak final, meski akhirnya kalah sama ganda Thailand, Dechapol Puavaranukroh/ Sapsiree Taerattanachai. Dechapol/ Sapsiree ini yang mereka kalahkan saat final All England 2020 dulu.

Indonesia mendapatkan satu gelar dari ganda putri di Thailand Terbuka ini. Pasangan Gresya/ Apri mengalahkan Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai. Meskipun memuaskan bagi sektor ganda putri, namun patut disadari bahwa mereka ini pemain gaek. Terutama Greysia Polii yang  sudah berusia 33 tahun, dan berpredikat "nyonya" karena baru menikah. Artinya regenerasi ganda putri sangat lambat. Pelapis dari Greysia/ Apriyani Rahayu, masih jauh prestasinya. 

Bisa jadi coach Eng Hian pusing juga saat ini. Apakah mau mempertahankan Greysia/ Apri atau mau konsentrasi ke ganda pelapis, misalnya Ribka/ Fadia. Jangan jangan .... ini pikiran negative aku sih. Kemenangan Grey/ Ap ini mirip sama Fitriani saat juara Thailand Open tahun 2019. Habis juara di Bangkok, Fitriani belum pernah juara lagi (lihat kemenangan Fitriani di sini) . Kita harapkan PBSI punya kebijakan yang arif untuk mengatasi gap generasi ganda putri ini.

Itu ganda putri. Nah, sebaliknya prestasi di sektor ganda putra. Meski tanpa gelar, tapi telah melahirkan pasangan usia 19 tahun: Leo Rolly Carnando/ Daniel Marthin, yang mencapai babak semifinal. Mereka mengalahkan pemain-pemain besar dari Thailand, Inggris, dan seniornya di pelatnas --yaitu Fajar Alpian/ Muh Rian Hardianto.

Peraih medali perunggu olimpiade, Marcus Ellis/Chris Langridge, pun mereka babat. Pasangan Leo/ Daniel ini pantas diandalkan --minimal buat tampil di Sea Games tahun depan. Umur 19 tahun, apalagi didukung game dalam bulutangkis masih memakai rally point, bisa jadi mereka akan bertahan barang 15 tahun dari sekarang. Sebagai acuan usia Hendra Setiawan yang masih bermain apik meskin usia 36 plus. Mungkin Leo/ Marthin ini masih bisa ikut olimpiade 3 (tiga) kali --anggaplah tahun 2025, 2029, dan 2033. Pun ajang Asian Games mereka bisa barangkali 2 kesempatan ikut.

Semenjak dulu, regenerasi ganda putra Indonesia memang lebih sustain dibanding sektor lainnya. Cuman perlu diwaspadai agar jangan seperti kejadian Chandra/ Sigit terulang. Pasangan Candra/ Sigit bisa juara dunia di usia 21 tahun, sehingga harapan PBSI banyak disandangkan ke mereka berdua. Namun memang namanya ganda --maksudnya dua orang bermain dalam satu lapangan- meski sama sama berbakat namun ketidak cocokan memisahkan mereka berdua. 

Setelah juara dunia tahun 1997 prestasi merosot, kemudian ada kasus doping sehingga dipisah, kemudian balikan lagi tapi tidak lagi juara dunia. Pernah pada suatu kesempatan semifinal Indonesia Terbuka, seorang komentator TV melihat keanehan pada pasangan ini. Mereka tidak berkomunikasi satu sama lain --sehingga kalah. Atau di sebuah kisah menjelang final Kejuaraan Dunia 2003, Chandra marah-marah karena Sigit keluar malam, tapi tanpa izin. Hal itu disampaikan ke coach Christian Hadinata. Saya baca keretakan pasangan tersebut di tabloid Bola saat itu.

Tapi tetap juga ada prestasi saat Chandara/ Sigit saat comeback. Minimal mereka pernah jadi juara All England (seingat saya tahun 2002) dan mewarnai sejarah gemilang Indonesia di piala Thomas tahun 1996-2002 (Chandra/ Sigit baru mulai main tahun 1998). Modal awal yang bagus ganda yunior Leo/ Daniel musti dipertahankan dengan cara memberi kepercayaan di beberapa turnamen, juga kejuaraan beregu. Dengan catatan: kalau ada turnamen semasa pandemi. OK selamat atas kemenangan Greysia Polii/ Apriyani Rahayu. Jayalah bulutangkis Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun