Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mengapa Orang Jawa Cenderung Lucu

27 Desember 2020   13:53 Diperbarui: 27 Desember 2020   14:56 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar via kompas.com

Saya jadi teringat suatu acara TV yang host-nya adalah pak GM Sudarta (almarhum) mungkin tahun 1992. Pak GM --semasa hidupnya adalah kartunis Kompas- mengatakan bahwa suatu saat ada lomba karikatur tingkat nasional. Setelah beliau perhatikan dengan seksama peserta lomba, ternyata kebanyakan adalah wong nJowo. Pak GM menyimpulkan bahwa orang Jawa memang punya bakat ndhagel (atau melucu) dibanding dengan suku lain.

Kemarin-kemarin  di acara Helmy Yahya bicara, sang pemilik acara mendatangkan Kelik Pelipur Lara sebagai narasumber. Ada satu pertanyaan dari bung Helmy, "Banyak juga ya pelawak dari Jogja. Kok bisa gitu ya ... apa karena orang Jogja suka plesetan, kemudian masyarakatnya lucu dan seneng tertawa".

Jawaban dari Raden Keliek Sumaryoto --nama asli Kelik Pelipur Lara- boleh juga sih. Beliau mengatakan, orang Jogja itu di panggung kelihatan lucu, kehidupan aslinya lebih lucu. Didukung situasi lingkungannya yang lucu dan orang dengan mudah tertawa. Padahal itu perihal yang biasa saja di Jogja. 

Namun bagi orang lain terasa sungguh lucu. Menurut Kelik itu unique selling point dari Jogja. Kalau saya pribadi terjemahkan lebih lanjut, itulah cara orang Jogja menyikapi fenomena kehidupan, salah satunya mengungkapkan rasa marah. Dengan tidak marah, tapi malah lucu. Kemungkinan lain, spontanitas orang Jogja  yang terasa lucu.

Kelik memberi contoh tentang spontanitas mbah Darmo (pengisi acara "Sulap Selip" saat dulu Kelik dan Helmy Yahya menginisiasi acara Asal Plesetan). Suatu saat Kelik main ke rumah mBah Darmo didatengi anaknya yang minta uang untuk beli soal-soal ujian. Jawaban mbah Darmo sungguh lucu, "Udah tahu keluarga kita banyak persoalan, kok malah disuruh beli soal soal ujian. Mending gurumu beli persoalan hidup kita ini, kan lebih banyak .....".

Contoh lain ketika ada temannya datang melayat. Mungkin temen ini pengetahuan agamanya kurang, kurang tahu "prosedur" melayat, atau juga berarti dia tidak pernah melayat. Si temen ini begitu lihat peti mati --langsung disamperin dan doa disampingnya. Bro Kelik Pelipur Lara udah peringatin dari samping jendela, kalau jangan berdoa dulu. 

Tapi itu temen malah agak marah (dikira menganggu kekusyukan orang yang lagi berdoa), ekspresi muka diarahkan ke Kelik. Si temen melanjutkan lagi doa sambil "umak umik" (istilah Jawa untuk menggambarkan mulut yang komat kamit, gerak ke atas ke bawah, ke kiri ke kanan). Mister Kelik Pelipur lara masih peringatkan lagi dengan tangannya goyang-goyang melarang, yang intinya jangan doa dulu, itu peti nggak ada isinya.

Eh sang temen masih tetep ngeyel, dan ekspresi muka menahan marah, yang intinya, "Jangan diganggu! Saya ini sedang doa". Hla kok, setelah itu, beberapa menit kemudian  dari dalam rumah ada yang bersuara, "Kanan kanan .... Kiri kiri ... kanan kiri", ternyata  pocongnya baru selesai dimandiin, dan akan dimasukin ke kotaknya.  Para pengunjung menahan tawa (karena masih suasana duka), si temen keluar lalu pura pura jaga parkir, memandu mobil yang mau melayat, dan kemudian pulang. Malu hehehe.

Dari sejarah --versi Kelik yang namanya sejarah ialah SEtauku JAngan diaRAHkan-  banyak pelawak Jogja yang generasi lama sudah mencoba melawak gaya stand up. Keliek PL menyontohkan seperti pelawak Basiyo, mbah Gino, Gepeng Srimulat (dari Solo), dan Ranto Edi Gudel. Untuk bagian pak Ranto ini, Keliek salah sebut. Mungkin karena saking bersemangatnya, ketika menyebut para perintis lawakan ala Jawa, tepatnya ketika ditanya Helmy Yahya soal nama pelawak yang merupakan bapak kandung Mamik Podang (sekaligus ayahnya Didi Kempot), Kelik menjawab dengan pak Pete. Padahal mestinya Ranto Edi Gudel --yang nota bene pelawak legend. Kalau Pete adalah bapaknya pelawak Basuki.

Tapi tidak apa, toh contoh lawakan Pak Pete --yang Kelik masih ingat- sangat amat lucu sekali. Ceritanya pak Pete jadi pembantu di Jakarta, tapi belum mahir berbahasa Indonesia. Sang majikan padahal mau pergi, pak Pete bingung memikirkan bila ada tamu nanti bagaimana bercakap-cakapnya. Sang majikan kasih tau cara mudahnya, yang penting pak Pete menjawab dengan 4 (empat) kata atau kalimat ini. Yaitu pertama: Mari, kemudian "Sedang pergi", berikutnya "Silakan". Terakhir adalah, "Boleh, daripada kedahuluan orang".

Datanglah tamu tersebut. Si tamu berkata, "Permisi", pak Pete menjawab: Mari. Lalu Tamu bertanya:, 'Bapak ada?". Pak Pete menjawab: Sedang pergi. Tamu tanya lagi, "Saya boleh masuk?". Pak Pete bilang, " Silakan". Setelah duduk, tamu kepengin minum, "Saya boleh minum". Jawaban pak Pete: Boleh, daripada kedahuluan orang. (Sampai sejauh ini pak Pete gembira, jawaban terasa memuaskan).

Masalah berikutnya muncul ketika pertanyaan Tamu berubah. Tamunya, "Sudah lama tinggal disini?" Hla kok pak Pete menjawab dengan, "Mari....." Si tamu udah mulai curiga, dia lanjut bertanya, "Kamu dari kampung ya... " Pak Pete menjawab: Sedang pergi. Tamu jadi marah, "Kamu meledek saya?". Pak Pete bilang, " Silakan". Si tamu tambah marah "Woo tak pukul kamu ya". Jawaban pak Pete: Boleh, daripada kedahuluan orang. (Gubrak, pukul beneran).

Soal lawakan pak Pete ini saya jadi ingat waktu pak Pete dan putranya, Basuki, tampil di TVRI. Ceritanya pak Pete jadi pembantu, sedangkan Basuki majikan. Waktu itu mau lebaran dan pulang kampung. Pete sebagai pembantu minta ijin majikan untuk pulang. Permohonan ijin tersebut tidak disanggupi oleh sang majikan, dengan berbagai alasan dan di akhir larangan si majikan (Basuki) menjawab, "Memangnya aku ini bapakmu ..... ". Pak Pete mencari aliternatif lain, kalau memang tidak boleh pulkam, harap ada gaji tambahan atau bonus. Lagi lagi Basuki sebagai majikan tidak memperbolehkan dengan tambahan jawaban, "Memangnya aku ini bapakmu ..... ". Padahal di dunia nyata, Basuki ini adalah anak kandung pak Pete. Begitu saja penonton sudah geerr. Di pertengahan pembicaraan, pintu rumah diketok, sepertinya ada tamu yang mau masuk. Basuki memerintah pak Pete, "Tolong bukakan pintu itu". Kemudian pak Pete menjawab: Gak mau, memangnya aku ini bapakmu.

Rindu Lawakan Plesetan

Lawakan gaya Jogja adalah plesetan, yang menurut Kelik adalah pengembangan dari homofon dan homonym --demikian peristilahan dalam kaidah bahasa. Kalau dulu kita mengenal Marwoto Cs tampil perdana di Tvri (dengan Yati Pesek, Daryadi, dan kawan kawan) mereka menjual plesetan tersebut. Kelik mungkin bisa dikatakan lebih canggih karena plesetannya dikemas juga dalam bentuk buku.

Masa jaya Kelik mungkin saat bersama Republik BBM, saat beliau berperan sebagai Wapres Ucup Kelik. Saat itu --suami dari Endah Saraswati dan punya putri semata wayang bernama Kenes Pelipur Lara Putri- kolaborasi bersama  Efendi Gozali, Butet, Topik Savalas, dan Gus Pur. Dianggap sukses memparodikan SBY dan Yusuf Kalla, rombongan Republik BBM diundang ke Istana Wapres jalan Kebon Sirih, semasa pak JK menjadi wapres era presiden SBY.  Seingat saya ada koran yang memberitakan kalau Kelik Pelipur Lara grogi bener ketemu sama pak Kalla, sehingga gak pakai kumis. Saat ditanya wartawan mengapa kumisnya ketinggalah, pak kelik bisa berdiplomasi, "Ini menandakan kumis-kinan telah hilang di Negara ini".

Sepanjang setengah jam lebih wawancara humor dari Helmy Yahya dan Kelik sekitar 90 persen mengocok perut kita. Beberapa diantaranya adalah:

  • Si the king of quiz heran kala Kelik mengatakan bahwa semua benua itu diawali dari huruf awal dan huruf akhir yang sama. Lihat itu "Asia", kemudian "Afrika" dan "Amerika" diawali oleh huruf A dan diakhiri oleh huruf A juga. Pak helmy balik bertanya, "kan eropa tidak Lik?". Kelik menjawab: Eropa kan Europe ....diawali huruf E dan diakhiri huruf E. keterangan: Mr helmy adalah raja kuis.
  • Helmy Yahya sebagai wong kita galo mengatakan bahwa di benak orang Palembang zaman dulu, kuliah itu ya di Yogya. Salah satu kampus favoritnya adalah Akprin. Komentar Kelik: Akprin itu AKademi PRINgas pringis. Beda sama Amikom .... A-kademi MI-rip KOskosan Mahasiswa.
  • Saat ini dengan adanya stand up comedy merubah jagad perlawakan tanah air. Namun Kelik mengingatkan bahwa ada yang lebih hebat dari stand up comedy yaitu "sit down comedy". Lawak gaya Jawa yang sudah turun temurun, yang menceritakan tidak hanya sisi komedi tapi juga kesedihan yang mengharu biru. Hebatnya si pelaku sit down comedy ini mampu duduk berjam-jam, kuat menahan tidak ke toilet. Dialah sang dalang, atau muDAL piwuLANG.
  • Kesuksesan di dunia youtube perlu ditiru oleh generasi milenial. Dulu ada barrack Obama yang mampu menggalang dana melalui twitter dan youtube. Kalau di Indonesia contoh yang berhasil wakil presiden Youtube Kala, kemudian mantan wagub Jawa Barat --yaitu Dede Youtube. Terakhir adalah ustadz kondang kita ....youtube mansyur.
  • Jaman pak Jokowi menjadi walikota Solo, pernah diprotes ibu-ibu terkait adanya jembatan penyeberangan yang melintas jalan Slamet Riyadi. Jembatan tersebut dipasangi iklan produk rokok ternama: Kreteknya Lelaki. Ibu-ibu protes karena itu "kreteg" tidak hanya lelaki yang melintas, tapi wanita juga. Ternyata Kretek dibaca dengan Kreteg.
  • Kalau naik ke atas. Kalau turun ke bawah. Kalau masuk ke dalam.... hLa kalau keluar? Helmy Yahya tidak bisa menjawab. Karena keluar ya ke luar. Tapi "the king of plesetan" ini bisa menjawab. Kata Keliak kalau "keluar" adalah: Enak tenan.

Matur nuwun mas Kelik, terima kasih bro bung Helmy Yahya, semoga sukses semua ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun