Masalah berikutnya muncul ketika pertanyaan Tamu berubah. Tamunya, "Sudah lama tinggal disini?" Hla kok pak Pete menjawab dengan, "Mari....." Si tamu udah mulai curiga, dia lanjut bertanya, "Kamu dari kampung ya... " Pak Pete menjawab: Sedang pergi. Tamu jadi marah, "Kamu meledek saya?". Pak Pete bilang, " Silakan". Si tamu tambah marah "Woo tak pukul kamu ya". Jawaban pak Pete: Boleh, daripada kedahuluan orang. (Gubrak, pukul beneran).
Soal lawakan pak Pete ini saya jadi ingat waktu pak Pete dan putranya, Basuki, tampil di TVRI. Ceritanya pak Pete jadi pembantu, sedangkan Basuki majikan. Waktu itu mau lebaran dan pulang kampung. Pete sebagai pembantu minta ijin majikan untuk pulang. Permohonan ijin tersebut tidak disanggupi oleh sang majikan, dengan berbagai alasan dan di akhir larangan si majikan (Basuki) menjawab, "Memangnya aku ini bapakmu ..... ". Pak Pete mencari aliternatif lain, kalau memang tidak boleh pulkam, harap ada gaji tambahan atau bonus. Lagi lagi Basuki sebagai majikan tidak memperbolehkan dengan tambahan jawaban, "Memangnya aku ini bapakmu ..... ". Padahal di dunia nyata, Basuki ini adalah anak kandung pak Pete. Begitu saja penonton sudah geerr. Di pertengahan pembicaraan, pintu rumah diketok, sepertinya ada tamu yang mau masuk. Basuki memerintah pak Pete, "Tolong bukakan pintu itu". Kemudian pak Pete menjawab: Gak mau, memangnya aku ini bapakmu.
Rindu Lawakan Plesetan
Lawakan gaya Jogja adalah plesetan, yang menurut Kelik adalah pengembangan dari homofon dan homonym --demikian peristilahan dalam kaidah bahasa. Kalau dulu kita mengenal Marwoto Cs tampil perdana di Tvri (dengan Yati Pesek, Daryadi, dan kawan kawan) mereka menjual plesetan tersebut. Kelik mungkin bisa dikatakan lebih canggih karena plesetannya dikemas juga dalam bentuk buku.
Masa jaya Kelik mungkin saat bersama Republik BBM, saat beliau berperan sebagai Wapres Ucup Kelik. Saat itu --suami dari Endah Saraswati dan punya putri semata wayang bernama Kenes Pelipur Lara Putri- kolaborasi bersama  Efendi Gozali, Butet, Topik Savalas, dan Gus Pur. Dianggap sukses memparodikan SBY dan Yusuf Kalla, rombongan Republik BBM diundang ke Istana Wapres jalan Kebon Sirih, semasa pak JK menjadi wapres era presiden SBY.  Seingat saya ada koran yang memberitakan kalau Kelik Pelipur Lara grogi bener ketemu sama pak Kalla, sehingga gak pakai kumis. Saat ditanya wartawan mengapa kumisnya ketinggalah, pak kelik bisa berdiplomasi, "Ini menandakan kumis-kinan telah hilang di Negara ini".
Sepanjang setengah jam lebih wawancara humor dari Helmy Yahya dan Kelik sekitar 90 persen mengocok perut kita. Beberapa diantaranya adalah:
- Si the king of quiz heran kala Kelik mengatakan bahwa semua benua itu diawali dari huruf awal dan huruf akhir yang sama. Lihat itu "Asia", kemudian "Afrika" dan "Amerika" diawali oleh huruf A dan diakhiri oleh huruf A juga. Pak helmy balik bertanya, "kan eropa tidak Lik?". Kelik menjawab: Eropa kan Europe ....diawali huruf E dan diakhiri huruf E. keterangan: Mr helmy adalah raja kuis.
- Helmy Yahya sebagai wong kita galo mengatakan bahwa di benak orang Palembang zaman dulu, kuliah itu ya di Yogya. Salah satu kampus favoritnya adalah Akprin. Komentar Kelik: Akprin itu AKademi PRINgas pringis. Beda sama Amikom .... A-kademi MI-rip KOskosan Mahasiswa.
- Saat ini dengan adanya stand up comedy merubah jagad perlawakan tanah air. Namun Kelik mengingatkan bahwa ada yang lebih hebat dari stand up comedy yaitu "sit down comedy". Lawak gaya Jawa yang sudah turun temurun, yang menceritakan tidak hanya sisi komedi tapi juga kesedihan yang mengharu biru. Hebatnya si pelaku sit down comedy ini mampu duduk berjam-jam, kuat menahan tidak ke toilet. Dialah sang dalang, atau muDAL piwuLANG.
- Kesuksesan di dunia youtube perlu ditiru oleh generasi milenial. Dulu ada barrack Obama yang mampu menggalang dana melalui twitter dan youtube. Kalau di Indonesia contoh yang berhasil wakil presiden Youtube Kala, kemudian mantan wagub Jawa Barat --yaitu Dede Youtube. Terakhir adalah ustadz kondang kita ....youtube mansyur.
- Jaman pak Jokowi menjadi walikota Solo, pernah diprotes ibu-ibu terkait adanya jembatan penyeberangan yang melintas jalan Slamet Riyadi. Jembatan tersebut dipasangi iklan produk rokok ternama: Kreteknya Lelaki. Ibu-ibu protes karena itu "kreteg" tidak hanya lelaki yang melintas, tapi wanita juga. Ternyata Kretek dibaca dengan Kreteg.
- Kalau naik ke atas. Kalau turun ke bawah. Kalau masuk ke dalam.... hLa kalau keluar? Helmy Yahya tidak bisa menjawab. Karena keluar ya ke luar. Tapi "the king of plesetan" ini bisa menjawab. Kata Keliak kalau "keluar" adalah: Enak tenan.
Matur nuwun mas Kelik, terima kasih bro bung Helmy Yahya, semoga sukses semua ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H