Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Mengingat Kebaikan Guru #HariGuru

25 November 2019   16:49 Diperbarui: 26 November 2019   07:27 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber https://www.kompas.com/

Hari ini, Senin 25 November, diperingati sebagai #hariGuru. Seberapa berkesan anda terhadap figur bapak/ ibu Guru? Bagi kami angkatan Orde Baru (maksudnya SD s/d SMA di era Orba) agak susah mengingat satu persatu kebaikan guru. Konstrainnya adalah waktu. Waktu dan memori tentu saja. 

Namun setelah kuingat ingat ... ada juga guru yang berkesan. Ya, ada satu guru zaman SMP yang inspiratif bagi saya. Sebenarnya ada 2 (dua) namun satunya telah kutulis di "in memoriam pak Sadik".  

Nah sekarang dengan pak Warsono, guru kami matematika di SMP Negeri 1 Karanganyar, sebuah kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Beliau almarhum pada tahun 2009, atau 10 tahun yang lalu. Di hari guru ini, saya tampilkan kisah beliau yang unik dan lucu. Serta komentar beberapa temah di FB kami. Cekidot.

Sewaktu saya kelas 2 (dua) SMP, hari pertama mata pelajaran Matematika belum ada gurunya. Untuk sementara, yang mengisi matematika pak guru komputer, yaitu Pak Harto --yang almarhum tahun 2008. 

Nah 2 (dua) hari kemudian datanglah guru matematika itu. Guru matematika yang baru, benar-benar baru. Masih muda banget. Saya jadi inget Oom ku yang di Klaten. Wah hla kok, ternyata, bapak muda itu memang asalnya dari Klaten --tepatnya di daerah Rumah Sakit Islam itu.

Hari pertama itu saya yakin banget, pak Warsono sangat amat nervous ngajarnya. Kami sekelas jadi geli dengan tingkah lakunya yang serba salah tingkah. Menulis di blackboard dengan huruf-huruf yang sangat kecil. 

Lalu menghapus tulisan kapur dengan tangan. Ada teman yang berani teriak di kelas agar tulisannya jangan kecil-kecil, tapi sama juga --beliau malah menulisnya dengan lebih kecil lagi. Pak Warsono kelihatan banget seperti baru lulus dari pendidikan guru, dan ...logatnya sangat amat Klaten. 

Karena interaksi saya dengan leluhur dari Klaten bisa membedakan mana bahasa jawa ala Karanganyar atau Klaten, even Solo sekalipun (ketika kuliah jadi bisa membedakan lagi mana Jawa ala Jogja).

Hari itu berlangsung dengan riuh rendah, atau mungkin "kacau" lebih tepatnya. Sewaktu pak Warsono datang, sekolahan kami memang kedatangan banyak guru baru. Ada bu Endang guru bahasa Indonesia, pak Sumarso guru menggambar, lalu pak Edi bahasa daerah, dan sebagainya. Tapi pak Warsono-lah yang kelihatan paling unik. Hari besuknya.... mata pelajaran matematika kosong. Apa beliau takut menghadapi kelas --gak tahu juga saya.

Sepertinya itu berlangsung di akhir pekan, sehingga butuh beberapa hari lagi untuk ketemu dengan mata pelajaran matematika. Akhirnya hari itu datang juga. Tapi agak beda, hari kedua pak Warsono mengajar --beliau mengisinya dengan perfect. Bahkan bercerita kalau kemarin saat hari pertama memang banyak kelemahan. Tapi benar-benar yang kedua itu beliau mengisi dengan sangat percaya diri.

Hari-hari berlangsung dengan cepat, bagi saya, mata pelajaran matematika adalah yang paling menyenangkan. Bayangkan ketika lulus SD, NEM saya untuk matematika adalah 5,86 (inget banget karena mengecewakan banget), untungnya ketemu pak Warsono. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun