Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

30 Tahun Sudirman Cup, Siapa Juara Tahun Ini?

20 Maret 2019   22:31 Diperbarui: 22 Maret 2019   09:55 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (badmintonindonesia)

Tiongkok meski alternatif pemain lebih sedikit, namun kualitas tidak perlu diragukan lagi. Kedigdayaan Tiongkok untuk menjadi juara umum di All England dan Swiss Open kemarin merupakan bukti. Meski semifinal All England dikuasai Jepang, namun juara umum a.k.a. juara satunya tetap pemain-pemain Tiongkok.

Final ideal memang bakal terjadi apabila Jepang versus Tiongkok. Tiongkok sangat unggul di ganda campuran, kita katakan saja  poin 1-0 buat CHN. Untuk ganda putra, bisa jadi Tiongkok juga mengungguli Jepang, jadinya 2-0. 

Kento Momota mungkin akan masih terlalu tangguh bagi Shi Yuqi ataupun Chen Long, jadi 2-1. Namun Tiongkok bisa bermain mengotak atik pemain tunggalnya di semi maupun final. Intinya, pemain Tiongkok (CL dan Shi Yuqi) dapat menghirup nafas untuk persiapan ke final, dibandingkan Jepang yang sangat tergantung sosok Momota. Bisa jadi CHN yang menang dengan mengamankan 3 (tiga) pointnya, yaitu XD, MD, dan MS.

Namun Jepang juga dapat meniru langkah kampiun Korea pada tahun 2017 lalu saat mengalahkan sang juara bertahan Tiongkok. Yaitu menaruh pemain putranya untuk bermain rangkap, di MD dan XD. Untuk 2019 ini, pemain Jepang itu adalah Yuta Watanabe. Kalau ada pemain merangkap maka dirinya bisa diprioritaskan untuk tampil di partai pertama dan partai kelima. 

Watanabe  memiliki peringkat bagus untuk campuran maupun ganda putra. Namun resikonya, pada sisi sebaliknya, China juga memiliki Zhang Nan yang mampu bermain rangkap. Tapi itu dulu. Hanya masalahnya sekarang si Zhang Nan sudah tidak muda lagi.

Sedikit keberuntungan akan menambah kejayaan Jepang. Setelah mereka menjuarai Thomas Cup tahun 2014, kemudian Uber Cup tahun 2018, sang mahacoach --Park Joo Bong- sangat amat yakin dan pasti mengincar piala Sudirman ini. Jepang memiliki peluang terbesar juara #SudirmanCup tahun ini. Mereka punya tunggal putri, tunggal putra dan ganda putri nomer wahid saat ini. 

Kalau kita? Indonesia tentunya masih ada peluang, dengan catatan mampu bermain kombinasi untuk menyimpan dan memainkan punggawa nya yang sejumlah 20 orang (batas maksimal pengiriman pemain satu Negara) dalam melawan kedigdayaan ras Asia Timur, yakni JPN, CHN, dan Korea. 

Bulutangkis --seperti olahraga lainnya- mengenal istilah main yang cocok-cocokan. Seperti Ginting yang sering menang lawan Chen Long, tapi sering kalah kalau menghadapi Shi Yuqi. Ginting juga pernah mengalahkan Momota di final Korea tahun kemarin. Alternatif lainnya seperti Jonathan Christie yang kurang cocok melawan pemain India, namun bermain bagus melawan tunggal China Taipei. 

Juga ganda putri Greysia Polii/ Apriyani yang lebih sering menang kalau melawan Tiongkok dari pada menghadapi Jepang. Semua punya constraint sendiri sendiri yang khusus.

Mungkin hanya Kevin/ Gideon yang relatif stabil, meski jangan dimainkan secara marathon, mereka tetap butuh istirahat. Pasangan XD (mixed doubles) Praveen/ Melati bisa dipasang andai tim kita melawan Tiongkok. Semoga sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun