"Oh, ya, biar bahasannya ndak kemana-mana coba ikuti clue yang Bu Yuni berikan, ya."
     Aku minta siswa untuk fokus mencari keterkaitan antara ayat atau hadits tentang perilaku makan dan kesehatan tubuh. Bahasan dilanjutkan dengan sikap tidak berlebihan dan pengeluaran pada keluarga. Lalu dikaitka pula dengan sikap konsumtif dan kondisi perekonomian secara lebih luas. Atau apapun yang bisa mereka analisa. Untuk kegiatan ini aku minta siswa menulis analisisnya boleh di kertas, boleh langsung di perangkat mereka. Melihat siswa tenang dengan gadgetnya dalam mengerjakan tugas kadang membuatku terharu. Sambil berkeliling aku lihat secara random progres pekerjaan mereka. Sebetulnya kalau guru memberi kepercayaan pada siswa, hasil yang didapat kadang diatas ekspektasi. Walaupun kebanyakan analisis mereka masih mentah karena wawasan keilmuan dan pengalaman hidup yang masih butuh banyak belajar.
Satu jam pelajaran berlalu dan mereka semua sudah selesai mengerjakan. Hasilnya di kirim ke google form dalam bentuk file atau image. Sambil menunggu waktu selesai, beberapa aku minta untuk membacakan hasilnya di depan kelas.
     Menurut aku, berpuasa itukan harus menahan diri dari apapun khususnya makan dan minum. Dalam hadits dikatakan makan jangan berlebihan. Selama ini puasa kayanya dianggap bukan sebagai perilaku hemat tetapi malah cenderung boros. Orang yang makan dua kali kenapa butuh makan lebih banyak dari mereka yang makan tiga kali sehari. Menuruku kalau pas buka itu tidak perlu macam-macam. Sama seperti hari biasa ketika makan. Minum dan makan secukupnya. Jadi uangnya bisa dihemat untuk disedekahkan.
    Teman-teman, ini hasil hitungan aku sama Rara. Berdasarkan pengeluaran keluarga perhari. Pas hari biasa mama biasa nanak beras 1,5 kg. Jadi sebulan 45 kg. Pas puasa mestinya mama bisa masak 1 kg saja. Jadi sebulan 30 kg. Nah, aku tuh mikir, di RT-ku ada 35 keluarga. Ya, aku tahu kan aku bantu-bantu mama kalo pas arisan. Maksud aku kalo tiap keluarga rata-rata pengeluaran perhari 45 kilo menjadi 30 maka satu RT bisa menghemat beras 15 kali 25 dong. 375 kg. Wah, gede banget ya? Nah, tadi aku ngeklik jumlah warga Semarang ternyata 1,6 juta jiwa. Setengahnya saja menghemat beras di bulan puasa maka akan ada 24 ribu kilo beras dihemat. Terus aku ngeklik lagi jumlah penduduk Indonesia 2023, ternyata ada  273 juta orang. Aku cuma ngawur ngitung aja, sih. Andaikan setiap rumah ada 4 orang, maka 273 dibagi 4 jadi 68.250.000. Terus kalikan 15 kilo. Hasilnya 1.023.750.000. Buesar sekali, ya? Kan katanya Indonesia suka ngimpor beras, tuh. Aku ngeklik impor beras tahun 2022 ketemu 301.700.000. Lhah, kan bisa ditutup dengan penghematan. Berarti ndak usah impor dong.
Begitulah Salsa dan Rara menghitung versi analitis mereka. Ini baru beras, belum gula tepung, kedeleai, dan komoditas lainnya. Betapa besarnya kontribusi puasa di bulam Ramadhan terhadap ekonomi negara.Â
Tetapi siapakah pejabat pemerintah yang akan membuka masyarakat terhadap kenyataan ini? Siapakah pejabat negara yang mau menjadi teladan pelaku puasa dengan benar? Betapa besarnya kontribusi puasa di bulan Ramadhan terhadap ekonomi negara. Jangan-jangan kebutuhan pangan masyarakat sengaja di frame tinggi untuk menjaga cuan para importir dan kaki tanyannya.
Pahamkan sekarang kenapa diawal aku mengatakan tersinggung?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H