"Ya, ambil juga kadang dibawa pulang...hahaha....!" lagi-lagi gelak tawa pecah.
"Kan di rumah sudah ada? Kenapa ambil juga?"
"Lauknya lain, Bu? Kadang lebih enak yang nasbung..!"
"Ah itu sih iseng..." Aku ikut tertawa, "ndak menghargai masakan ibu dong."
"Kalok aku biasanya ambil dua, persiapan buat sahur. Soalnya aku ngekos," itu kalimat deklaratif Ahmad yang duduk di depan.
"Kalok kamu, Zal?" pertanyaanku tertuju pada Rizal yang duduk di sebelah Ahmad.
"Aku ndak dibolehin Bapak ngambil nasbung. Katanya makan di rumah aja. Itu buat dhuafa!" jawab Rizal yang disambut gelak tawa sekelas. Wajah Ahmad tampak sedikit tersinggung. Aku mengalihkan pembicaraan.
"Menurut kalian, apalagi selain orang banyak makan. Maksudnya kenapa tiba-tiba makanan melimpah gitu?"
"Buat unjung-unjung, Bu!" suara cempreng Salsa menyahut yang disambut gelak tawa berikutnya.
"Sal, aku mau kau unjungi-unjungiii...!" teriakan Adi dari baris belakang.
"He...! Bukannya kamu nanti yang unjung-unjung sambil bawa seserahan?!!" hahahaa...!!! pecah tawa seisi kelas mendengar teriakan Berto diiringi ucapan amin dari beberapa siswa lain. Wajah Salma langsung berlipat. Tangannya bersedekap.