Mohon tunggu...
Cerita Pemilih

Siapa Pemimpin yang Kita Tunggu?

31 Oktober 2018   18:46 Diperbarui: 1 November 2018   10:20 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pesta politik lima tahunan di negeri ini telah dimulai, ditandai dengan dimulainya masa kampanye oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Tanggapan masyarakat pun sangat beragam. Tak perlu saya jelaskan di sini bagaima tanggapan beragam itu, karena semua telah viral di sekitar kita. Tapi memang perberbedaan euforia, dibanding pesta politik di tahun-tahun sebelum ini. Mengapa demikian?

Ini karena diberlakukannya pemilu serentak, yaitu antara pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif juga diberlakukannya Presidential threshold, istilah gampangnya adalah batas minimum partai politik atau gabungan (koalisi) beberapa partai politik untuk bisa mengusung calon presiden dan wakil presiden. Parahnya lagi, standart minimum yang digunakan adalah berdasarkan hasil Pemilu tahun 2014 lalu. Alhasil, kita hanya mendapat dua pasangan presiden di pilpres kali ini.  

Baiklah, terlepas dari segala hiruk-pikuk euforia pesta politik di negeri kita ini. Kita perlu membekali diri kita mengenai apa itu pemimpin? Bagi kita (umat muslim) butuh pemimpin yang seperti apa di era kini?

Uswah kita, Rasulullah SAW cukup bagi kita menjadi contoh bagaimana tolak ukur pemimpin yang ideal. Bahkan sebelum beliau diutus menjadi Rasul pun, beliau telah memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Saya teringat sebuah kisah disaat beberapa tokoh kaum Quraisy berebut perihal siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswat. Pada saat itu, ka'bah sedang direnovasi. Batu Hajar Aswat yang berada di sanding Ka'bah pun dipindahkan sementara. Nah, disaat renovasi selesai, di situlah terjadi perebutan tersebut.

Ada 4 orang tokoh yang saling berebut saat itu. Setelah lama berdebat, akhirnya mereka ber-empat sepakat bahwa yang berhak memutuskan ataupun berhak memindahkan batu Hajar Aswat adalah orang yang pertama kali masuk masjidil haram setelah ini. Setalah bersepakat, mereka pun berkumpul di dekat pintu masuk masjidil haram sembari menunggu siapa kira-kira orang yang akan masuk masjidil haram setelah ini.

Beberapa saat kemudian, masuklah Muhammad muda yang saat itu belum menjadi Rasul ke masjidil Haram. Ke-empat tokoh tadi pun langsung menghampiri Muhammad. Salah satu dari mereka berkata "wahai Muhammad, kami telah bersepakat bahwa orang yang pertama kali masuk Masjidil Haram adalah yang berhak memindahkan batu Hajar Aswat ke tempatnya semula." Muhammad pun tak berkata apa-apa, beliau langsung menghamparkan serbannya di dekat Hajar Aswat. Setelah itu, beliau meminta setiap orang dari ke-empat tokoh Quraisy tadi untuk masing-masing memegang ujung serban itu.

Awalnya,ke-empat tokoh tadi merasa bingung, apa yang akan dilakukan Muhammad ini? Setelah itu, Rasulullah sedikit menyingsingkan lengan pakaiannya dan perlahan-lahan beliau mengangkat batu mulia, Hajar Aswat tersebut dengan tangannya yang mulia pula dan ditaruh di atas serban yang tadi beliau hamparkan. Lalu, Rasulullah meminta ke-empat orang tadi untuk mengangkat serban yang diatasnya ada batu mulia, Hajar Aswat untuk dibawa ke tempat asalnya, yaitu disanding Ka'bah.

Coba kita ambil intisari dari kisah di atas. Lihat bagaimana jiwa kepemimpinan Rasulullah muda. Beliau sudah memiliki jiwa Al-Amin. Beliau mampu menyelesaikan sengketa tanpa ada pihak manapun yang merasa dirugikan. Dan beliau mampu mempersatukan empat tokoh kaum Quraisy.

Kepemimpinan Rasulullah yang seperti kisah di atas masih sangat mudah untuk ditiru para pemimpin Islam di era kini, utamanya di Indonesia. Negeri kita ini butuh pemimpin yang Amanah, tidak egois, selalu siap untuk mencegah ataupun menyelesaikan sengketa dan mampu menyatukan bangsa Indonesia yang majemuk ini.

Beberapa waktu lalu, saya sempat mempelajari perihal kompetensi guru BK. Memang sekilas tidak ada relevansi atau sangkut paut antara guru BK dan pemimpin. namun, guru BK menurut Hamzah B. Uno setidaknya harus memiliki tiga kompetensi dasar, yaitu kompetensi Sosial, kompetensi Profesionalitas, dan kompetensi Pribadi. Ke-tiga kompetensi (kemampuan) tersebut juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Kompetensi Sosial

Kompetensi sendiri bisa difahami sebagai kemampuan. Jadi, pemimpin harus memiliki kemampuan dalam bersosial yang baik. Singkatnya, pemimpin harus bisa berbaur dengan rakyatnya. Yang kami maksud dengan baerbaur disini tidak melulu tentang blusukan, tapi banyak cara selain itu untuk berbaur dengan rakyat. Intinya bagaimana pemerintah bisa mendengar dan menyelesaikan keluhan rakyatnya.

Sebagaimana kisah sayyidina Umar yang membantu seorang ibu dan anak-anaknya yang kelaparan di tengah malam. Tak perlu kami ceritakakan lebih lanjut, karena santri pasti tak asing dengan kisah itu. intinya, kita lihat bagaimana sayyidina Umar tak lagi jaim ketika melayani rakyatnya yang kesusahan, beliau benar-benar memposisikan dirinya sebagai pembantu rakyatnya.  

Kompetensi Profesionalitas

Bahasa santrinya Kompetensi Profesionalitas adalah keikhlasan dalam memimpin, jadi seorang pemimpin yang benar-benar memimpin bukan sekedar untuk bekerja atau memperkaya diri, tapi harus memprioritaskan pelayanan kepada masyarakat. Melayani masyarakat bukan lagi sekedar pencitraan belaka, tapi harus benar-benar ditunaikan karena itu merupakan kewajibannya.

Sebagai contoh, kita lihat khalifah Abu Bakar yang tetap berjualan di Pasar meski beliau telah memiliki jabatan tertinggi. Jadi beliau menghidupi keluarganya bukan dari uang hasil gaji jabatan khalifah, tapi murni dari usaha tangan beliau sendiri. Beliau khawatir, jika menggantungkan nasib kepada gaji jabatannya, maka keikhlasan (profesionalitas) beliau akan hilang.

Kompetensi Pribadi

Pemimpin harus menjadi pribadi yang patut untuk dijadikan panutan. Pemimpin harus menjadi teladan bagi rakyatnya. Kalau bahasa santrinya, Kompetensi Pribadi adalah menjaga muru'ah. Tapi tak perlu terlalu berlebihan juga dalam menjaga muru'ah nya, cukup dengan bagaimana jangan sampai melakukan tindakan-tindakan yang negatif. Antara ucapan dan perbuatannya harus berjalan lurus.

Kalau boleh mengambil contoh, saya akan menjadikan sosok Umar bin Abdul Aziz sebagai contohnya. Beliau sebelum menjadi khalifah dikenal sebgai orang yang hidup bermewah-mewahan, sangat gemerlap kehidupannya. Namun, disaat beliau menjadi khalifah, saat itu pula beliau langsung membuang jauh-jauh gaya hidup bermewah-mewahan itu. Bahkan, beliau tidak mau memakai lampu yang dibeli dengan uang Negara untuk kepentingan pribadinya, beliau benar-benar menjadi pemimpin yang wara'. Dan lihat hasilnya, Negara yang beliau pimpin berkembang pesat, bahkan di era beliaulah awalmula adanya pemgkodifikasian (tadwin) hadist.

Nah, pemimpin sudah seharusnya memiliki 3 kompetensi diatas. Ke-tiga kompetensi diatas juga harus tetap diberi sentuhan keislaman di dalamnya, sebagaimana kisah-kisah Khalifah yang kami jadikan contoh di atas.

Ya memang, pada hakikatnya setiap manusia tak ada yang sempurna. Tapi sebagai seorang pemimpin, dimanapun posisinya harus selalu berusaha menjadi sosok yang bisa dijadikan panutan. Pesan saya untuk anda para calon pemimpin, jika anda nantinya menjadi pemimpin yang dipilih dan dibayar dengan uang rakyat jangan pernah mengecewakan rakyat.

Juga jangan pernah berniat menjadi pemimpin untuk tujuan memperkaya diri.sebagai penutup, pesan saya kepada anda santri Indonesia, dalam menyambut Pemilu & Pilpres jangan mau harga diri anda sebagai santri dibeli dengan sembako ataupun amplop yang isinya warna biru. Anda harus jadi pemilih yang cerdas dan berprinsip kuat, tetap posisikan prinsip islammu di atas segala-galanya. Wallahua'lam    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun