Kompetensi sendiri bisa difahami sebagai kemampuan. Jadi, pemimpin harus memiliki kemampuan dalam bersosial yang baik. Singkatnya, pemimpin harus bisa berbaur dengan rakyatnya. Yang kami maksud dengan baerbaur disini tidak melulu tentang blusukan, tapi banyak cara selain itu untuk berbaur dengan rakyat. Intinya bagaimana pemerintah bisa mendengar dan menyelesaikan keluhan rakyatnya.
Sebagaimana kisah sayyidina Umar yang membantu seorang ibu dan anak-anaknya yang kelaparan di tengah malam. Tak perlu kami ceritakakan lebih lanjut, karena santri pasti tak asing dengan kisah itu. intinya, kita lihat bagaimana sayyidina Umar tak lagi jaim ketika melayani rakyatnya yang kesusahan, beliau benar-benar memposisikan dirinya sebagai pembantu rakyatnya. Â
Kompetensi Profesionalitas
Bahasa santrinya Kompetensi Profesionalitas adalah keikhlasan dalam memimpin, jadi seorang pemimpin yang benar-benar memimpin bukan sekedar untuk bekerja atau memperkaya diri, tapi harus memprioritaskan pelayanan kepada masyarakat. Melayani masyarakat bukan lagi sekedar pencitraan belaka, tapi harus benar-benar ditunaikan karena itu merupakan kewajibannya.
Sebagai contoh, kita lihat khalifah Abu Bakar yang tetap berjualan di Pasar meski beliau telah memiliki jabatan tertinggi. Jadi beliau menghidupi keluarganya bukan dari uang hasil gaji jabatan khalifah, tapi murni dari usaha tangan beliau sendiri. Beliau khawatir, jika menggantungkan nasib kepada gaji jabatannya, maka keikhlasan (profesionalitas) beliau akan hilang.
Kompetensi Pribadi
Pemimpin harus menjadi pribadi yang patut untuk dijadikan panutan. Pemimpin harus menjadi teladan bagi rakyatnya. Kalau bahasa santrinya, Kompetensi Pribadi adalah menjaga muru'ah. Tapi tak perlu terlalu berlebihan juga dalam menjaga muru'ah nya, cukup dengan bagaimana jangan sampai melakukan tindakan-tindakan yang negatif. Antara ucapan dan perbuatannya harus berjalan lurus.
Kalau boleh mengambil contoh, saya akan menjadikan sosok Umar bin Abdul Aziz sebagai contohnya. Beliau sebelum menjadi khalifah dikenal sebgai orang yang hidup bermewah-mewahan, sangat gemerlap kehidupannya. Namun, disaat beliau menjadi khalifah, saat itu pula beliau langsung membuang jauh-jauh gaya hidup bermewah-mewahan itu. Bahkan, beliau tidak mau memakai lampu yang dibeli dengan uang Negara untuk kepentingan pribadinya, beliau benar-benar menjadi pemimpin yang wara'. Dan lihat hasilnya, Negara yang beliau pimpin berkembang pesat, bahkan di era beliaulah awalmula adanya pemgkodifikasian (tadwin) hadist.
Nah, pemimpin sudah seharusnya memiliki 3 kompetensi diatas. Ke-tiga kompetensi diatas juga harus tetap diberi sentuhan keislaman di dalamnya, sebagaimana kisah-kisah Khalifah yang kami jadikan contoh di atas.
Ya memang, pada hakikatnya setiap manusia tak ada yang sempurna. Tapi sebagai seorang pemimpin, dimanapun posisinya harus selalu berusaha menjadi sosok yang bisa dijadikan panutan. Pesan saya untuk anda para calon pemimpin, jika anda nantinya menjadi pemimpin yang dipilih dan dibayar dengan uang rakyat jangan pernah mengecewakan rakyat.
Juga jangan pernah berniat menjadi pemimpin untuk tujuan memperkaya diri.sebagai penutup, pesan saya kepada anda santri Indonesia, dalam menyambut Pemilu & Pilpres jangan mau harga diri anda sebagai santri dibeli dengan sembako ataupun amplop yang isinya warna biru. Anda harus jadi pemilih yang cerdas dan berprinsip kuat, tetap posisikan prinsip islammu di atas segala-galanya. Wallahua'lam  Â