Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jejak Rasa (Bagian 3)

6 Juni 2020   21:32 Diperbarui: 6 Juni 2020   21:36 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada perayaan Thanksgiving kali ini , Daniel berharap Shena bisa bersamanya. Sudah saatnya dia mengenalkan kekasihnya kepada orangtuanya. Jika kedua orangtua Shena dan Kakak-kakaknya sudah mengenalnya maka sekarang orangtua dan saudara-saudara Daniel  seharusnya mendapat giliran untuk bisa mengenal  Shena. Daniel juga ingin tahu  bagaimana pendapat Mama tentang Shena jika mereka kelak menikah.

Sudah hampir seminggu ini dia mencoba menghubungi Shena tetapi semua fasilitas komunikasi yang memungkinkan mereka untuk terhubung tidak aktif. Pesan email meskipun terkirim tidak pernah mendapat jawaban. HP-nya tidak pernah aktif walaupun Daniel menelpon pada  waktu yang berbeda setiap harinya. Pagi, siang , malam dan sore sesuai waktu di Iran. Skype juga tidak pernah terlihat on line. Ketika  dia mencoba menghubungi kedua Kakak Shena, tak  ada yang menjawab telpon darinya.

Selama seminggu ini pula Daniel dilanda kegelisahan yang sangat hebat. Namun sekuat tenaga dia mengendalikan perasaannya agat tetap bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. Dia akan cepat tidur begitu jam kerja berakhir. Tidak ingin meliarkan pikirannya untuk menduga-duga apa yang terjadi pada Shena. Dengan mengistirahatkan pikirannya , Daniel yakin akan datang jawaban yang diharapkan.

"Good morning," sapa Ibu pengurus makanan sebelum menuangkan teh ke cangkir Daniel yang sedang menunggu makan pagi. Terlalu pagi di sana karena bangun sangat awal pagi ini. Roti dan selai sedang disiapkan di ujung lain ruang makan. Awak kapal lainnya belum ada yang kelihatan.

Kembali mengingat-ingat nama teman-teman Shena yang pernah dikenalkan kepadanya sewaktu berkunjung ke Teheran. Hanya satu nama yang membekas dalam ingatan. Michiko, nama gadis Jepang yang sedang mengadakan penelitian tentang gender di salah satu pedesaan. Sebaiknya dia mencarinya di Facebook atau Linkedln. Mungkin juga bisa ditemukan lewat Google. Dunia telah menjadi global village setelah cyber era sehingga setiap orang di belahan dunia manapun bisa ditemukan dengan mudah.

Michiko Suzuki, nama lengkap gadis itu. Daniel berhasil menemukan account FB dan Twitter terlebih dulu sebelum mendapatkan nomor  telpon dan alamat emailnya di Linkedln dan Google. Dia akan menjadi alat bantunya untuk mengetahui apa yang terjadi pada Shena. Pertama kali yang dilakukannya adalah mencermati foto-foto yang di-upload di FB.  Visual selalu lebih mudah dan lebih menarik untuk menjelaskan sesuatu dalam waktu yang cepat.  Daniel memang membutuhkan informasi yang cepat untuk menghapus kegelisahannya tentang Shena.

Sebuah foto yang nampak menyolok dengan latar belakang suasana kafe menarik perhatiannya.  Shena nampak tertawa lepas dikelilingi teman-teman perempuannya termasuk Michi. Mereka mengenakan baju  berwarna-warni dengan kerudung disampirkan  ke bahu. Bahkan Michiko ikut pula menutupkan kerudung ke sebagian kepalanya dan membiarkan bagian depan rambutnya terlihat.  Status yang ditulis untuk menjelaskan foto itu membuat Daniel terhenyak tak percaya. " Shena masih bersama kami sebelum pesta pertunangan besok."

Degup jantungnya semakin cepat dan tangannya tak lagi terkontrol mencari-cari foto lainnya sesudah tanggal itu. Dia berhenti pada foto Shena yang  sedang berdiri berdampingan dengan lelaki  berpostur tinggi berwajah tampan. Keduanya tersenyum bahagia menatap ke arah kamera yang mengabadikannya. Michiko menuliskan keterangan tentang  tunangan  Shena sebagai : lelaki Serbia yang beruntung.

"Your breakfast  is ready , Mr. Kimball," suara perempuan itu dibalasnya dengan senyuman saja tetapi dia masih menatap layar Ipad-nya. Pandangannya agak kabur beberapa detik sebelum dia mampu menguasai keadaan. Diurungkan niatnya untuk menelpon atau menulis pesan di inbox FB Michiko untuk mengkonfirmasi pertunangan Shena. Rasanya  tak ada gunanya lagi melakukan  hal bodoh seperti itu. Sudah jelas semuanya terpampang di depan mata.  Apakah dia harus bertanya lagi kepada Shena?  Mereka belum pernah membicarakan pernikahan . Hanya liburan dan negara mana lagi yang akan dikunjungi sebagai tujuan liburan berikutnya. Bersenang-senang menikmati kebersamaan selama perjalanan liburan mereka sebentar lagi hanya akan menjadi masa lalu.

Sudah saatnya makan pagi dan pekerjaan sudah menantinya. Banyak yang harus dilakukan sebelum bulan November berakhir. Thanksgiving akan dilewati bersama keluarganya sama seperti tahun-tahun sebelumnya.  Senyum Shena yang selalu terkembang  setiap kali mereka bertemu masih terus membayangi sepanjang hari itu. Bahkan ketika dia mencoba memalingkan pandangannya ke lautan luas, wajah perempuan Persia itu seolah menggodanya. Kali ini tidak sendiri melainkan berdua dengan lelaki Serbia yang kelihatannya sepantaran dengan Shena.

Masih tiga hari lagi sebelum liburan itu tiba. Semakin lama di atas kapal rasanya semakin menyiksa. Tekanan pekerjaan yang menuntut ketepatan dan kecepatan membuatnya stress seperti yang sudah sering dialami. Lebih-lebih kini tak ada hiburan yang akan didapatkan di luar sana kecuali hanya kebersamaan dengan keluarga yang sudah menjadi rutinitas tahunan. Tidak ada  kekasih yang diharapkan bisa diperkenalkan pada orangtua dan saudaranya sebagai calon istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun