Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jejak Rasa (bagian 1)

5 Juni 2020   09:52 Diperbarui: 5 Juni 2020   09:51 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Larasati membuka laptopnya meskipun masih terlalu pagi bagi kebanyakan orang untuk memulai aktivitasnya. Belum jam lima tapi dia sudah kelihatan sibuk. Setiap pagi sebelum meninggalkan rumah , dia membaca email yang masuk dan akan segera membalasnya  kalau dianggap penting. Puluhan notifikasi dan promosi hanya dilewati. Tapi dia masih saja tergoda untuk terhubung dengan situs pertemanan dan perjodohan yang diikutinya yang hampir setiap hari menambah jumlah notifikasi di inbox pesan.

Situs perjodohan nampaknya mulai membuatnya putus asa karena begitu banyak love scammers yang berkeliaran di sana. Banyak foto lelaki berwajah rupawan  yang  awalnya menyita perhatiannya ternyata penipu berkedok cinta. Mereka memberikan perhatian yang besar , menyapa dengan sebutan honey, dear, dan sapaan mesra lainnya kemudian mulai menawarkan cinta bahkan menjanjikan pernikahan. Perempuan mana yang tahan menghadapi semua itu? 

Larasati pernah hampir menjadi korban love scammer ketika lelaki yang mengaku bernama William dari  London beberapa kali mencoba merayunya. Menjanjikan pernikahan dan kehidupan yang lebih baik di negerinya.  Tanpa diduga William tiba-tiba mengiriminya hadiah  dari London.   

Larasati diminta meng-email  alamat lengkap dan nomor telponnya. Tak berapa lama dia mendapat telpon  dari petugas ekspedisi pengiriman barang yang mengatakan kalau hadiah itu tertahan di Jakarta dan dia diminta mentransfer puluhan juta  rupiah agar hadiah itu sampai ke alamatnya di Yogya. Untung seorang teman mengetahui praktek penipuan berkedok pengiriman barang dari luar negeri. Sudah banyak perempuan yang tertipu oleh iming-iming hadiah dari lelaki asing yang dikenalnya lewat situs perjodohan atau pertemanan.

Akun di situs perjodohan masih aktif sampai sekarang tetapi dia tahu kalau hampir semua pesan yang masuk ke inbox akun itu dikirim oleh para love scammers. Dia bisa mengenali gaya bahasanya yang sering salah menggunakan grammar bahasa Inggris.  Pernah dia menerima pesan yang persis sama dari dua nama yang berbeda.  Karena ada dua situs perjodohan yang diikutinya dengan nama akun yang berbeda , kadang dia menemukan nama yang sama dengan foto berbeda  yang sama-sama mencoba menjalin hubungan dengannya.

Akhirnya dia beralih ke situs pertemanan yang memberikan peluang berkenalan dengan banyak orang dari berbagai negara di seluruh penjuru dunia. Situs pertemanan itu seperti rubrik sahabat pena di majalah langganannya sewaktu dia masih anak-anak. Ketika SD dia sudah mulai rajin berkorespondensi dengan teman-teman baru dari berbagai daerah yang dikenal lewat rubrik sahabat pena. Saling berkirim surat dan bertukar foto. 

Hal yang sama bisa dilakukan sekarang menggunakan e-mail. Kadang ada juga teman yang  mengajaknya saling berkirim kartu pos. Ini agak merepotkan karena perlu sedikit usaha untuk mencari kartu pos yang menarik dan mengeluarkan biaya untuk perangko. Belum lagi harus menunggu lama untuk bisa menerima kiriman kartu pos dari luar negeri.

Hanya ada dua kartu pos yang didapatnya karena memang dia tidak terlalu suka menggunakan snail mail di era internet seperti sekarang. Satu dari Sony yang tinggal di Islamabad, Pakistan dan satu lagi dari Daniel yang berasal dari New Zealand tapi harus setiap bulan  berpindah tempat mengikuti kapal  minyak tempat dia bekerja sebagai surveyor.

Daniel  adalah satu-satunya teman di situs pertemanan yang pernah ditemuinya. Tepatnya, Daniel yang menemuinya.  Setelah bekerja sebulan penuh , dia mendapatkan cuti sebulan penuh  dengan tetap mendapatkan gaji penuh seperti kalau dia bekerja. Liburan inilah yang selalu dimanfaatkan Daniel untuk mengunjungi teman-temannya di seluruh dunia. Ada tiga teman yang dikunjunginya  selama seminggu di Indonesia. Selain mengunjungi Larasati, Daniel bertemu teman di Jakarta dan Bandung.

Bersama Daniel dua hari satu malam bukanlah waktu yang lama. Dia sampai di Yogya Sabtu sore dan kembali ke New Zealand  hari Selasa dengan pesawat jam sepuluh pagi. Meski demikian kalau dihitung total waktu mereka bersama-sama adalah dua puluh delapan jam. Sungguh fantastik. Larasati tak pernah menghabiskan waktu dengan lelaki hingga begitu lama seperti waktu yang telah dihabiskan bersama Daniel.

"Aku akan datang lagi," janjinya  sebelum taksi membawanya dari hotel ke bandara. Larasati menatapnya dengan binar penuh harap. Pertama kali dalam hidupnya dia bisa merasa begitu dekat dengan lelaki. Sayang kebersamaan mereka  selama  dua puluh delapan jam serasa mimpi. Ketika terbangun dia tahu kalau Daniel sudah tak bersamanya lagi.

Larasati tidak ingin mengantarnya ke bandara.  Tidak mudah baginya melihat Daniel  menghilang bersama pesawat yang membawanya pergi tanpa tahu apakah mereka bisa bertemu kembali. Terlalu berlebihan mengharapkan lelaki itu kembali menemuinya meskipun Indonesia begitu luas untuk dijelajahi.

"Mungkin  tahun depan atau dua tahun lagi aku akan mengajakmu jalan-jalan ke pulau Komodo," Daniel menyampaikan keinginannya  setelah kembali ke hotel usai mereka makan malam di  Jogja Paradise Food Court.   

Untuk pertama kalinya pula Larasati menangisi seorang laki-laki. Kenapa  air mata itu tumpah untuk Daniel , dia pun tak tahu.  Sesampainya di rumah dia merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil berurai air mata. Tidak rela melepaskan lelaki itu pergi dari hidupnya. Padahal hanya dua puluh delapan jam bersamanya.

Terlalu lama  sendiri membuatnya tidak rasional.  Ketika seorang lelaki membuatnya nyaman, rasanya seperti mendapatkan sesuatu yang sangat berharga yang sudah lama diimpikannya. Sayangnya benda berharga itu tak bisa dimilikinya saat ini. Dia ingin memilikinya tapi tidak tahu bagaimana caranya. Kelemahannya ini yang membuatnya tidak pernah terikat dengan lelaki manapun setelah hubungannya dengan Widi kandas. Tidak juga kunjung menikah hingga usia menjelang empat puluh.

"Akan lebih baik kalau kamu menemukan pasangan yang mempunyai hobi yang sama denganmu  supaya kalian bisa lebih sering melakukan kegiatan bersama," ujar Daniel dalam perjalanan menuju Borobudur. Larasati tidak menyanggahnya namun juga tidak sepenuhnya menyetujui. Terlalu sama dengan seseorang bisa jadi malah membosankan karena akan terlalu sering bersama. Tidak ada lagi ruang rindu di hatinya.

Namun  menjelang senja sehari sebelumnya, Daniel menawarkan pandangan yang berbeda. "Lebih baik sendiri dari pada menikah tetapi setiap hari bertengkar dengan pasangan kita.  Lebih menyenangkan hidup sendiri. Kita tidak akan kesepian karena kita selalu bisa menemukan teman-teman baru. Kita tidak pernah benar-benar sendiri."

Jangan-jangan sederetan kalimat itu hanya untuk menyenangkan hatinya sendiri. Boleh jadi juga untuk bersimpati pada Larasati yang masih saja sendiri tanpa pasangan. Kendati masih berharap suatu saat nanti dirinya bisa menemukan pasangan hidupnya, Larasati menghargai usaha Daniel untuk menentramkan hatinya.

Menonton Ramayana ballet  bersama Daniel di bawah siraman cahaya purnama di open theater Prambanan Temple menjadi kenangan terindahnya. Saat dia berharap bisa mengikuti jejak Maya, teman kuliahnya, yang akhirnya menikah dengan kenalannya dari Denmark  yang pernah ditemani menonton Ramayana ballet di Prambanan. 

Daniel begitu lembut dan baik di matanya saat itu. Meski kemudian berubah menjadi riang dan jenaka ketika keesokan paginya bertemu dengan Panji , adik sepupunya, yang ikut dalam  Merapi lava tour.  Panji yang tergila-gila pada segala sesuatu yang berbau Jepang  segera menjadi teman yang menyenangkan bagi Daniel. Mereka berbicara dalam bahasa Jepang dan bercanda bagai teman lama. 

Daniel telah delapan tahun tinggal di Jepang  bekerja sebagai guru bahasa Inggris meskipun berpendidikan master teknik geodesi. Dia  menikah dengan perempuan Jepang yang  memberinya  dua anak perempuan. Setelah enam tahun pernikahan mereka berakhir Kedua anak perempuannya  yang sekarang sudah menginjak remaja tinggal bersama Ibunya di Osaka.

Pertanyaan seputar kehidupan pribadi Daniel ditahankannya hingga hari terakhir mereka bersama. Saat Daniel menjadi terbuka tentang penyebab perceraian mereka. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan bisa terjadi pada pernikahan campuran antara dua bangsa.

"Di Jepang sesudah menikah, semua urusan rumah dan anak-anak menjadi tanggung jawab seorang istri. Suami hanya bertugas mencari uang untuk mereka.  Bahkan aku tidak bisa ikut memilih sekolah untuk anak-anakku," keluhnya dengan senyum dipaksakan sewaktu tak sengaja beradu pandang dengan Larasati. Lalu dia melanjutkan lagi,  "Keluarganya juga selalu ikut campur  dan menjadi sangat dominan mengatur kehidupan keluarga kami.   Aku tidak boleh membawa istri dan anak-anakku untuk tinggal menetap di  New  Zealand."

"Bagaimana hubunganmu dengan anak-anak setelah perceraian?" Larasati mencoba menyelami seberapa baik lelaki itu.

"Aku masih tinggal di Jepang sampai dua tahun setelah bercerai hanya agar bisa melihat anak-anakku. Aku mengirimi uang dan hadiah setiap bulan tetapi tidak pernah ada ucapan terima kasih dari mereka. Mantan istriku sengaja memutuskan hubunganku dengan anak-anak. Dia bahkan menghapus nama keluargaku dan memberikan nama keluarganya di belakang nama mereka. "Matanya menggambarkan kekecewaannya yang dalam sampai-sampai Larasati tak lagi berani bertanya. Membiarkan pemandangan di luar mobil menjadi pengalih perhatiannya.

"Tidak ada lagi gunanya aku tinggal di negeri itu lebih lama, Aku melamar pekerjaan di kapal agar bisa melupakan mereka. Pekerjaan yang menyita seluruh waktuku. "

"Sebuah pelarian ?" Larasati menyindirnya.

Daniel tersenyum tanpa pembelaan lalu matanya mencoba menghadirkan bayangan lain yang lebih indah. Dia lantas menceritakan pertemuannya dengan beberapa teman perempuan dari situs pertemanan yang diikutinya.  Ada yang pernah menawan hatinya tetapi  menghindar  dan menjauh ketika didekati, bahkan ada yang menghilang.  Padahal mereka adalah juga perempuan bercerai. Perempuan  lain yang mendominasi  pembicaraan berikutnya adalah perempuan  muda dari Persia.

"Dia muslim tetapi tidak terlalu serius," dia membuka kisah pribadinya.  "Orangtuanya suka padaku juga. Kami  sama-sama suka travelling dan sudah sering travelling bersama ke Eropa."

Keriangan Daniel mengisahkan perempuan Persia itu  mengusik hatinya. Apakah pertanda bahwa peluangnya untuk memenangkan hati Daniel sudah benar-benar tertutup. Daniel tidak secara terang-terangan menjelaskan hubungan mereka sebagai sepasang kekasih. Karena itu  pula, ketika Daniel memberinya kartu pos berperangko agar bisa digunakan Larasati untuk berkorespondensi dengan teman-temannya di luar negeri, Larasati justru mengirimkan kartu pos itu kepada Daniel. 

Dia menuliskan bait-bait puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul " Aku Ingin"  di kartu pos itu dan meminta Daniel mengartikannya sendiri jika ingin memahami artinya.

Kartu pos mungkin akan sampai dua atau tiga minggu kemudian.  Terlalu lama untuk memberikan respon.  Begitu sampai  rumah,  Daniel segera mengirimkan pesan di inbox untuk memberitahukan kedatangannya. Dia memuji kemampuan bahasa Inggris Larasati yang sangat bagus sehingga mereka bisa berbicara tentang banyak hal. Satu hal yang akan selalu dirindukan adalah makanan Indonesia yang enak. Sama sekali tidak ada sentuhan emosi yang lebih  bersifat personal.

Selang seminggu kemudian, Larasati melihat foto  Daniel bersama seorang gadis cantik berambut pirang dipajang sebagai foto profil akun situs pertemanan  mereka. Keduanya berpelukan sambil tersenyum lebar  dengan latar belakang pemandangan di Norwegia. Rasa penasaran menggiringnya untuk mencari tahu status keduanya lewat facebook. Benar, memang Daniel mengganti statusnya menjadi in relationship dan banyak teman memberinya selamat kepadanya yang menyebut gadis itu sebagai "My Persian girl friend"

Sekali lagi Larasati menangisi lelaki itu meskipun dia terpaksa berpura-pura ikut gembira dan menyampaikan ucapan selamat seperti yang dilakukan teman-teman Daniel yang lain. Jawaban Daniel lewat email membuatnya harus mengerti bahwa tidak semua keinginannya harus terpenuhi. Kecewa memang menguras air mata tetapi tak ada gunanya.

Dibacanya beberapa kali isi email Daniel untuk memastikan yang dimaksud dengan "We " yang awalnya dikira menyebutkan dirinya , ternyata maksudnya adalah mereka berdua. Perempuan itu ternyata juga sudah bercerai, bukan seorang gadis seperti dugaannya sebelumnya.  Tak beda dengannya, perempuan itu juga teman Daniel di situs pertemanan. Bedanya, mereka sama-sama menyukai travelling. Sebenarnya Larasati pun suka travelling hanya saja tidak cukup uang dan waktu untuk mewujudkannya. Dia terikat pada pekerjaannya sementara gajinya  pun tidak terlalu besar.

Nice to hear from you, I have been on this ship in the North Sea for 1 week so far and I have had so many problems with equipment and configuration Very stressful for me as I am the chief surveyor so will have to deal with the client.  Anyway, nice experience but I seriously wonder if this is the job for me. I think I still like teaching better.

We had a nice time together and we had similar lifestyle , both divorced . I had a great time and I hope we can meet you and your cousin again. I hope this girl friend in Iran works out, she doesn't stop writing to me. Even when I say all my bad points she never gives up. She was born in an Islamic Country, but no serious as the sunni Muslim. I agree with no drinking, no pork, and no sex before marriage. I have no problem with that. I am not sure if my mother will agree with me marrying her. But I have been married to a Japanese before.

I can still send you postcards

 

Take care

Daniel 

           

Tidak seperti David dan Kevin, yang juga menjadi temannya di situs pertemanan tersebut, Daniel termasuk yang sangat jarang mengirimi pesan. Kebiasaannya adalah menulis beberapa baris kalimat untuk  menyapanya jika sudah terlalu lama tidak melakukan kontak. Begitu mulai dengan pekerjaannya di kapal di negara yang berbeda setiap bulannya, dia akan terfokus sepenuhnya pada pekerjaan yang digelutinya hampir dua belas jam sehari. 

Saat liburan tiba barulah dia bisa mengabarkan keadaannya. Benar-benar pekerjaan yang melelahkan. Sangat sebanding dengan gaji yang didapatnya. Setelah sebulan hidup di kapal, dengan hanya melihat laut  dan komputer, dia akan sungguh-sungguh menikmati liburannya. Kalau tidak begitu, dia mungkin tidak akan bertahan dengan pekerjaannya  hingga saat ini.

Pagi sudah benderang saat Larasati mengalihkan pandangannya dari kartu pos bergambar yang dikirimkan Daniel sebulan sebelum datang ke Yogya. Kartu pos yang dikirimkan Larasati hingga kini tidak dibalasnya  tetapi komunikasi mereka lewat email masih tetap berjalan. Daniel mengirimkan foto-foto mereka waktu menghabiskan liburan bersama. Menjadi sebuah kenangan yang tidak akan terlupakan .  Entah apa arti kenangan itu untuk Daniel.

Dia hanya tersenyum setiap kali teman-teman di kantornya menggodanya. Mereka selalu mengira Larasati mempunyai hubungan istimewa dengan Daniel yang sudah jauh-jauh datang berkunjung ke Yogya untuk menghabiskan liburan bersama. Sangat tidak masuk jika lelaki itu sama sekali tidak jatuh hati padanya. 

Sungguh sulit membuat mereka mengerti kalau lelaki datang kepada seorang perempuan tidak selalu  hanya karena mempunyai perasaan istimewa. Daniel datang kepadanya hanya karena ingin berlibur di Yogya . Dia sudah melakukan perjalanan ke banyak negara yang lain untuk berlibur dan bertemu teman-teman baru yang dikenal lewat situs pertemanan. Dia tidak harus sendiri dan kesepian karena terputus dari mantan istri dan kedua anaknya.

Jarum jam telah beranjak ke angka enam ketika sinar matahari mulai menyusup lewat celah-celah jendela. Panji  masih lelap tidur di kamarnya tetapi Larasati tak ingin mengusiknya. Dia masih menikmati liburan semester hingga akhir minggu ini.  Biarlah dia bersantai sejenak dari tumpukan tugas kuliahnya.

Begitu kata hati yang diikutinya yang mencegahnya membangunkan Panji. Sementara Larasati beranjak dari kursinya untuk membuat roti bakar  sebagai sarapannya sebelum mandi dan bersiap berangkat ke tempat kerja.

Hari-hari yang dijalani terasa begitu monoton dan membosankan. Hanya sedikit teman yang mewarnai kehidupannya. Hampir semuanya teman kerjanya. Kebanyakan teman-teman kuliahnya dulu tinggal dan bekerja di Jakarta. Dia kurang pandai mempertahankan pertemanan sehingga hanya berinteraksi dengan sedikit teman-teman kuliah dan teman-teman sekolahnya dulu semasa SMA dan SMP. Sementara itu  dia kurang bisa menemukan media untuk mendapatkan teman-teman baru. Karena itulah , teman-teman dari situs pertemanan juga dianggapnya sebagai benar-benar temannya dalam kehidupan nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun