Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Panleukopenia Survivor

22 Februari 2020   08:01 Diperbarui: 22 Februari 2020   08:03 3824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pun menanyakan apakah boleh kubawakan makanan . Perawat mempersilakan aku datang pada jam makan siang. Jam dua . Meskipun langit mendung, aku tetap memenuhi janjiku menemui Jelly. 

Jarum infus sekarang dipindah ke kaki kanan.  Dia menyambutku riang ketika kudekatkan creamy treat, camilan berbentuk krim rasa salmon, ke mulutnya. Segera saja dia menjilatinya merasakan gurihnya camilan itu. Kutambahkan juga ke makanan kering di wadah makanannya.  Begitu nikmat dia melahapnya . Perawat yang kebetulan lewat menyarankan aku meninggalkan makanan basah untuk Jelly supaya dia mau makan.

"Jelly makannya mood-mood-an ," kata perawat perempuan bertubuh pendek agak gemuk itu ketika kuberikan sebungkus Whiskas rasa tuna  untuk Jelly .

Jelly mendekat ke bagian depan kandangnya. Mencondongkan kepalanya ke arahku untuk kuusap seperti biasa.  Ketika Dara mendekatkan jemarinya dia menjilatinya seperti yang biasa dilakukannya di rumah.  Kukeluarkan dia dari kandang untuk kuelus dan kupeluk.  Dara melakukan hal yang sama sambil memanggil namanya berkali-kali. Dia merespon dengan mengeong berkali-kali juga. 

Sementara kucing di kandang sebelahnya ikut mengeong keras seolah meminta perhatian kami.  Jelly nampak tidak menyukainya.  Waktu kumasukkan kembali ke kandang, dia mendekati  kucing itu  lalu salah satu kaki dimasukkan di antara jeruji kandangnya seperti ingin memukul untuk menghentikan keberisikan yang mengganggunya.         

Paginya adalah hari ke sepuluh, tetapi pasti klinik menghitungnya sebelas hari karena Jelly masuknya Minggu malam.  Harapanku untuk membawa Jelly  pulang  akhirnya terwujud.  Tak sabar ingin segera melesat ke sana tetapi ada beberapa aktivitas yang harus kulakukan dari pagi hingga sore. Menjelang Ashar barulah aku dan Dara  bisa menjemputnya.  

Tak peduli pada mendung tebal yang menyelimuti langit. Kami berkejaran dengan hujan tetapi harus menyerah kalah.  Pada dua kilo meter sisa perjalanan kami harus melindungi tubuh dengan jas hujan karena derasnya cucuran hujan yang tumpah dari langit.

"Nanti Mama pulangnya naik Grab Car saja ya bareng Jelly."

"Jangan. Kita naik motor aja. Jelly kan bisa ditaruh tengah. Dia nggak basah. Kan ketutupan jas hujan," Dara tidak setuju dengan rencanaku. Terpaksalah aku menurutinya.

Sampai di klinik, kami menunggu sebentar sebelum kucing tuxedo itu diserahkan perawat kepada kami.  Dokter memberikan vitamin untuk diberikan kepada Jelly kalau tidak mau makan. Jadwal kontrol berikutnya ditetapkan akhir bulan. Jelly akan diberikan obat cacing yang ke dua.

Perjalanan pulang ke rumah pun menyenangkan meskipun sesekali Jelly mengeong dari dalam tas tempatnya berdiam sesaat. Hujan tak menghalangi kami untuk terus melaju. Tiba-tiba Dara mulai berisik .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun