Sejak manusia mengenal sutra,  serat alami yang sangat  unik ini memang selalu menarik perhatian dan mempersona.Â
Jejak sejarah yang diperoleh dari bukti sisa peradapan jaman Neolithic dan potongan kain sutra  dari sebuah makam kuno di Hemadu di propinsi  Zhejiang menunjukkan bahwa  interaksi manusia dan sutra telah terjadi  sekitar 3600 BCE.
Pemanfaatan sutra dengan cara  diolah menjadi kain  dengan cara menenunnya dimulai sekitar  2700 BCE yang catatan sejarah arkeologinya di temukan di Qianshanyang, di wilayah Zhejiang.
Walaupun sutra alami  kini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari industri fashion bahkan sudah merambah pada  warisan budaya kita yaitu batik, namun tidak banyak diantara kita termasuk penggemar fanatik sutra yang mengetahui dari mana serat sutra yang sangat unik ini dihasilkan.Â
Dalam upaya  memperkenalkan dan mengembangkan serat sutra alami, berikut saya akan  sampaikan beberapa hasil penelitian dan upaya yang telah saya  dilakukan untuk meningkatkan manfaat serat sutra alami ini  tidak saja untuk fashion namun juga untuk industri lainnya seperti pengembangan produk material dan industri kecantikan.
Keragaman Ulat Sutra
Sebelum lebih jauh mengenal manfaat sutra, ada baiknya saya memperkenalkan  dulu jenis dan keragaman ulat sutra.
Berdasarkan jenis pakannya, ulat sutra alam secara umum terbagi dalam 2 kelompok, yaitu ulat sutra yang pakannya berbasis mulberry yang dikenal sebagai mulberry silkworm dan ulat sutra yang pakannya berbasis  pakan selain mulberry atau yang dikenal dengan non mulberry silkworm.
Contoh dari mulberry silkworm adalah jenis Bombyx mori yang hanya memakan daun murbei. Di Indonesia jenis ulat ini dikenal sebagai ulat sutra murbei.
Serat yang dihasilkan oleh sutra murbei memang sangat khas dan mempesona. Seratnya halus, berkilau, ringan, kuat dan bersifat higroskopis sehingga produk sutra nya nyaman dipakai dalam berbagai cuaca. Pada saat udara  dingin bahan sutra ini  dapat menghangatkan dan sebaliknya pada kondisi panas dapat menyejukkan.
Hal unik yang perlu diketahui adalah untuk setiap kokonnya dapat menghasilkan filamen sutra rata-rata sepanjang 1.125 m.
Kelompok lainnya adalah non mulberry silkworm yang banyak ragamnya seperti : tasar silkworm, eri silkworm, muga silkworm, fagara silkworm, anaphe silkworm, coan silkworm, mussel silkworm, dan spider silkworm.  Keragaman ulat sutra jenis ini didasarkan pada sumber serat dan tipe seratnya.
Dari sekian banyak tipe sutra non murbei ini hanya beberapa yang sudah dikembangkan dengan baik di Indonesia maupun di dunia seperti misalnya Samia cyntia ricini (eri silkworm), Attacus atlas (fagara silkworm) dan Cricula trifenestrata (muga silkworm).
Ulat sutra Samia adalah ulat sutra non murbei yang telah didomestikasi (dibudidayakan) informasi lengkapnya dapat dilihat DI SINI., sedangkan jenis yang lainnya masih semi domestikasi yaitu pembibitan dapat dilakukan di kandang pemeliharaan namun perkembangan dewasa tetap di alam bebas.
Berdasarkan  hasil penelitian yang telah saya lakukan  serat Attacus mempunyai kekuatan tarik  740-1400 MPa yang lebih unggul jika dibandingkan dengan kekutatan tarik serat laba-laba yaitu  875-972 MPa.
Serat Attacus memiliki ketahanan terhadap panas hingga 180-200 oC,  sedangkan ketahanan panas  kokonnya bisa mencapai 280 oC. Dengan karakteristik seperti ini serat Attacus  ini merupakan kandidat biomaterial yang sangat menjanjikan.
Kokon Cricula mempunyai pola pintal serat yang berlubang-lubang dan warnanya emas yang sangat memukau. Keunikan serat dan kokon Cricula ini membuat jenis ulat sutra ini dikenal sebagai  sutra emas.
Dalam industri fashion tidak jarang serat sutra liar ini dipadukan dengan serat sutra murbei untuk menghasilkan kain sutra yang halus nan eksotik. Hal ini tentunya akan menambah nilai jual dan nilai seni dari kain sutra yang dihasilkan.
Kaya Manfaat
Selain serat sutra serangga yang unik ini juga menghasilkan protein dan zat aktif yang  menjadi tren baru dalam dunia perawatan kecantikan alami.
Sebagai contoh zat aktif yang diekstrak dari kokon nya sangat bermanfaat bagi  peremajaan kulit sehingga ekstraksi protein yang dikandungnya dimanfaatkan oleh industri kosmetik dan medis untuk membuat kulit wajah glowing, lembut dan awet muda.
Hasil penelitian yang saya lakukan mengindikasikan bahwa  protein kokon mengandung material yang berfungsi mirip dengan Natural Moisturizing Factor (NMF) kulit kita.
Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa hasil ikutan sutra yang berupa pupa dapat digunakan sebagai sumber protein baik bagi manusia maupun ternak. Â Pupa mengandung protein kasar sekitar 48-60% dan 18 asam amino yang sangat baik untuk kesehatan seperti antioksidan, antiobesitas, antitumor dan yang terbaru sebagai immunoregulator.
Dalam dunia militer, serat sutra juga sudah dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan jaket anti peluru dan juga material komposit yang kekuatannya mendekati Kevlar (serat sintetis dengan kekuatan tarik dan ketahanan panas yang luar biasa namun ringan).
Persona sutra memang tidak pernah lekang karena perubahan zaman, bahkan sebaliknya semakin digali semakin banyak rahasia dan manfaat yang akan ditemukan.
Back to Nature, Salam sutra!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI