Mohon tunggu...
Yuni Utami
Yuni Utami Mohon Tunggu... Guru - Guru/Guru kelas/Guru Berprestasi Tk. Kota Jakarta Utara 2019/CGP Angkatan 5/SDN Pademangan Barat 07

Saya seorang guru SD sekaligus ibu dari dua orang anak putra dan putri. Hobi saya membaca dan menyanyi. Saat ini saya sedang mengikuti Pendidikan Guru Penggerak angkatan 5 dari Kota Jakarta Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

9 Oktober 2022   15:38 Diperbarui: 9 Oktober 2022   15:49 3469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memaksimalkan Potensi

Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan.

Mengerucut kepada konteks coaching dalam dunia pendidikan, proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran guru sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya sendiri. Menurut filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD), sistem among yang diperkenalkan : Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karsa, dan Tut wuri handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan mengunakan pendekatan coaching.  Tut wuri handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid.

Berdasarkan ICF (International Coaching Federation) ada 8 kompetensi inti coaching, 3 di antaranya adalah:

Kehadiran penuh/presence, yaitu kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, sehingga badan, pikiran, dan hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching.

Mendengarkan aktif, seorang coach yang baik akan lebih banyak mendengarkan dan lebih sedikit berbicara. Fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara.

Mengajukan pertanyaan berbobot, pertanyaan yang diajukan dapat menggugah orang untuk berpikir, menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal baru, dan mengungkapkan emosi.

Percakapan yang dilakukan dalam coaching bisa menggunakan alur TIRTA, yaitu coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dalam sesi coaching ini (Tujuan), lalu coach melakukan proses untuk menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee (Identifikasi), selanjutnya coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi (Rencana aksi), dan yang terakhir komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya (Tanggung jawab).

Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada murid. Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi : Kemitraan, Konstruktif, Terencana, Reflektif, Objektif, Berkesinambungan, dan Komprehensif. Siklus dalam supervisi klinis pada umumnya meliputi tiga tahap, yakni : Pra-observasi, Observasi, dan Pasca-observasi.

Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

  • Emosi yang dirasakan : saya tergugah untuk lebih giat belajar dan mendapatkan pemahaman yang baik mengenai coaching untuk supervisi akademik; tertantang untuk memperbanyak praktik coaching dengan murid dan rekan sejawat agar mendapatkan keterampilan yang baik, sehingga ke depannya bisa melakukan coaching untuk supervisi akademik.
  • Hal yang sudah baik : saya mendapatkan pemahaman materi coaching dan sudah dipraktikkan.
  • Hal yang perlu diperbaiki : kompetensi menjadi coach yang baik, terutama untuk mengajukan pertanyaan berbobot kepada coachee tanpa terjebak untuk memberikan solusi.
  • Implikasi terhadap kompetensi diri : menambah dan mengoptimalkan kekuatan diri sebagai seorang guru dan juga orang  tua yang dapat menjadi seorang coach bagi orang-orang di sekitar.

Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP 

  • Bagaimana penerapan coaching untuk supervisi akademik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun