Mohon tunggu...
John Obrak
John Obrak Mohon Tunggu... lainnya -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

mendobrak statusquo\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Boneka Solo Naik Transkorup ke KPK (2)

2 April 2014   02:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gairah dan ekspektasi buta terhadap capres pepesan kosong seperti sebelum pemilu 2004 bisa-bisa terulang kembali.

Kalau Pemilu 2004 dan 2009 melahirkan pemimpin yang tidak menghasilkan apa-apa bagi negara ini sebagaimana dikatakan oleh seorang mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) atau mantan Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), tapi sudahlah sudah banyak waktu terbuang, sudah banyak merenggang, sudah banyak anak dan wanita mati sia-sia akibat busung lapar, sudah banyak kekayaan ludes, sudah hancur marwah dan martabat bangsa.

Kita memang keturunan kuli tapi sebaiknya kita bertekad tidak menjadi kuli sepanjang masa.

Maka Pemilu 2019 keledai akan tertawa karena manusia bukan lebih pintar dari dia.

Seharusnya tidak perlu berpendidikan tinggi untuk menilai bahwa capres yang digadang-gadang untuk pemilu 2014 ini naga-naganya akan menghasilkan pepesan kosong kalau kita siap terperosok lubang yang sama.

Pengalaman memang justru membuktikan bahwa yang tidak berpendidikan tinggi menjadi korban utama bualan pepesan kosong para capres BONEKA.

Mereka akan menjadi objek sasaran empuk pemegang remote BONEKA, selain pemilih wanita, pemilih pemula dan swing voters.

Nampaknya demokrasi terbukti penuh sebagai sistem yang salah di Nusantara ini atau bahkan di dunia, Negara seperti Amerika saja juga tidak lebih sama dengan disini, pemimpinnya hanyalah BONEKA. Sebuah penelitian membuktikan disana bahwa sebagian besar rakyat Amerika tidak tahu dan tidak mau tahu apa yang dikerjakan pemerintahnya, apa hubungannya? nanti dikesempatan lain kita bahas.

Disini mulai terbukti suara golput semakin membesar, hal yang tidak dapat dipungkiri.

Sampai-sampai pemerintah harus menyatakan penyeru golput akan dipidana, inilah bukti ketakutan bahwa demokrasi bukanlah jalan yang benar, rakyat semakin tidak peduli.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa bagi mereka demokrasi hanyalah FATAMORGANA atau ILLUSI.

Lucunya kita justru terbuai oleh pernyataan-pernyataan dari luar yang melayangkan pujian palsu bahwa demokrasi hebat di Nusantara.

Yang pasti demokrasi terbukti menghabiskan nyawa, biaya, berbagai sumber daya, waktu, tenaga, miskin semakin miskin, kaya semakin kaya, miskin 150 juta orang dibilang 30 juta, miskin gak boleh sakit, kaya boleh rakus.

Demokrasi hanya melahirkan pepesan kosong atau BONEKA.

Contoh di bawah ini terlalu kecil untuk menggambarkan hal diatas, tapi ini harus disampaikan :

Transjakarta
Boneka Solo
Tim suksesBoneka Solo
Timses
TransjakartaSongklakTransjakarta
BerkaratBerkaratTransjakarta
Biaya triliunanBiaya triliunanTransjakarta
BerkaratBiaya triliunanTransjakarta
Songklak
TimsesTransjakarta
Berkarat
Boneka Solo
Boneka Pluit
Buang badanSongklakTransjakarta
Boneka Solo
Gak kenal timses
Boneka PluitTimsesTransjakarta
Boneka Pluit
Gak Kenal timses
Berkarat
Boneka Solo
Buang badan
Digeledah
Biaya triliunanTransjakarta
Biaya triliunan
Berkarat
Songklak
Akan keluar
Puluhan triliun lagiBoneka Pluit
Gak kenal timsesBoneka Solo
Buang badan
Mau presiden

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun