...
Kalau postingan sebelum ini diawali dengan semacam prolog :
DIBILANG ANEH TIDAK, DIBILANG LUCU IYA, DIBILANG BOHONG GAK JUGA
Maka pada postingan ini prolog hampir sama namun beda :
DIBILANG NEGARAWAN TIDAK, DIBILANG ORANG BIASA YA, DIBILANG GAK BISA APA-APA GAK MAU
Seperti pendahulunya yang membuat rakyat merana dan melarat 1 dekade, ada tipikal kuli, ketidakpercayaan diri, ketidakmampuan serta rasa takut membahana.
Kalau asumsi ini dibantah, maka pertanyaannya adalah : ‘untuk apa meminta orang lain menaikkan BBM kalau diri sendiri merasa itu perlu dilakukan?’.
Ketika kita berada disuatu ‘ruang’ yang kita mau, mengapa harus memaksa orang lain berada di ruang yang sama saat kita memang harus sendiri disitu, toh kita sendiri yang akan mewarnai ruang itu sesuai kemauan kita.
Sangat aneh memang bahkan cenderung tidak bertanggung-jawab.
Bukan mengatakan hal ini sebagai bentuk atau cerminan perbuatan ‘lempar batu sembunyi tangan’ ini kiasan yang tidak pas.
Tapi lebih cocok menyebutnya ‘kita makan nangka orang lain disuruh kena getahnya’.
Cara-cara ini sudah jauh terbaca dengan JELAS pada riwayat jauh sebelumnya, sayang banyak yang menutup mata bahkan mengingkari mata hatinya dengan mata palsu.
Karena ingin berbeda, akhirnya malah dapat yang lebih parah.
Semuanya berusaha menutupi dengan gincu dan bedak merek murahan atapun mahal, tapi tetap tidak dapat menutupi lobang bekas jerawat yang penuh komedo busuk.
Kebusukan itu akan meruyak kemana-mana dan akan melengkapi derita rakyat yang cuma bisa makan satu hari sekali, itupun susah. Tambah lagi semakin tingginya harga BBM yang akan memberi efek domino yang mematikan bagi mereka.
Sama dengan yang ngaku ‘profesional londo ireng’ setinggi-tinggi ilmunya cuma bisa menjilat penjajah negeri kaya minyak ini dengan MANUT KATUT bin NUNUT kemauan mereka untuk ‘menyesuaikan harga BBM dengan harga pasar dunia’ sembari bersembunyi dibalik mantera sihir bernama SUBSIDI BBM.
Sama memang, orang biasa inipun sepanjang-panjang akalnya cuma bisa menaikkan harga BBM.
Dan jangan berharap kapanpun dia akan mementingkan rakyat, karena terbukti dia akan hanya tunduk pada tuannya lain tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H