Luar biasa tsunami berhasil membuat PPP sebagai partai yang ngaku rumah besar Islam tapi kerjanya cuma berantem melulu (usia berantemnya setua buaya piaraan warga di kebun binatang kota Surabaya) untuk akhirnya bertekuk lutut.
Sebelumnya tsunami ini tidak henti-hentinya melanda kepengurusan PPP sejak sebelum pilpres hingga selesai pilpres kini.
Dan beberapa jam lalu baru saja PPP memberhentikan SDA untuk memilih EP menjadi Ketua PPP yang baru.
Ketua baru yang merupakan alumni kerangkengan koruptor kasus korupsi dana Koperasi Usaha Tani (KUT) tahun 2009.
SDA cs berhasil masuk sasaran tembak ‘kerjasama politik komisioner KPK’ yang bergabung dalam pusaran menaikkan ki rapopo jadi capres, sehingga membuat PPP dalam posisi lemah dan bahaya.
Kenapa bahaya?
Karena parpol yang suka ‘menjual’ Islam ini ‘DIPAKSA’ bergabung dengan pusaran kelompok yang menaikkan ki ropopo.
Dasar kuli yang hobi menjual nama Islam mereka akhirnya bertekuk lutut kayak belanda berhasil menaklukkan irlander.
Entah berapa harga jualan Islam bagi PPP.
Tapi ini memang bagian sejarah gelap perpecahan PPP sejak jaman unta makan pasir.
1. 1973 - dimulai dari fusi 4 partai politik Islam oleh Orba di kendalikan korlap Ali Murtopo/CSIS
2. 1978 - Naro mengkudeta kepemimpinan PPP hasil tumisan Orba juga
3. 1989 - Naro dicopot hasil kericuhan yang menyenangkan kelompok kaum lama
4. 1999 - gelombang reformasi malah membuat PPP semakin pecah beserak
5. 2004 - 2014, PPP semakin kerdil dan selalu dikadalin kekuatan non muslim
Hebatnya, PPP yang ngaku-ngaku ‘rumah besar umat Islam’ masih sanggup melepas nafsu syahwatnya hanya untuk menjadi pelengkap kotoran kekuasaan politik yang memusuhi Islam itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H