Mohon tunggu...
Yunengsih
Yunengsih Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

karakter terbentuk karena terbiasa dalam mengahadapi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bangga Jadi Guru dengan Segala Polemik

26 September 2024   19:24 Diperbarui: 26 September 2024   20:26 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
''i''Dari Canva milik pribadi

Perjalanan saya untuk menjadi guru tidak semudah membalikan telapak tangan, harus tutup mata pada minimnya  dukungan, menutup telingan pada  suara sumbang yang menurunkan stamina dan mental, menjaga hati agar tidak menghianati rencana hidup meski saya sendiri tidak tahu pasti, alhamdulilah setelah banyak rintangan akhirnya saya bisa menyelesaikan kuliah SI dan bisa mengajar di SDN curug 1 pada tahun 2004 dan sekarang sudah dimager menjadi SDN CISALAK PASAR 3. Selama menjalani guru, banyak cerita dari cerita  receh sampai menguras emosi tingkat Dewa. Dengan semangat dan ketekunan yang saya tanamkan dalam diri, cerita-cerita yang ada  menjadi penggalan kisah yang mewarnai perjalanan hidup menjadi lebih berwarna.

Mengapa, seharusnya aku, kata-kata itu pernah saya ucapkan, bukan karena iri pada kehidupan sekeliling, tapi bentuk pertanyaan untuk diri sendiri, semakin banyak bertanya mengapa samakin jauh dari kata berhasil, dan semakin tidak melihat kenikmatan yang Allah berikan, Ketika saya bercoba untuk memantaskan diri dengan terus belajar dalam berbagai hal dan mengubah kata mengapa menjadi kata Apa, apa yang bisa saya lakukan untuk mencapai tujuan?. Opening wardah inspring seluruh narasumber memberikan motivasi untuk bangkit, untuk terus berproses menggali potensi, dan terlintas Kembali proses perjuangan ku untuk sampai titik ini.  

Sebelum pandemi Ketika ada pelatihan/ workshop  saya suka mengatakan,"adakah sertifikatnya?''. Ketika pak nunuk Riza Puji menjelaskan tentang materi penjara miskonsepsi Guru Belajar, tanpa sadar saya tertawa, menyadari kesalahan saya yang dulu . Pandemi bukannya hanya mengubah system pembelajaran yang biasa dilakukan, tapi mengubah mindset saya tentang cara belajar. 

Pandemi memaksa saya untuk terus belajar, dengan di damping rekan yang dulu saya abaikan Ketika mengajak saya untuk belajar, dan akhirnya  saya mendekat sendiri untuk meminta diajarkan tentang bagaimana cara menyajikan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi. Pada saat itu saya diajakan streamYard untuk menyajikan pembelajaran yang bisa berinteraksi dengan  murid di masa pandemi. Itupun saya harus berulang-ulang untuk bisa melakukannya sendiri. Dari peristiwa itu saya terus berusaha untuk belajar megembangkan diri. Pandemi masa kebangkitan semangat saya dalam mengembangkan diri.

Saya bangga jadi guru, bukan karena sudah berusaha menyajikan pembelajaran interaktif, bukannya banyaknya seritikat pelatihan yang saya  dapat, bukan pula lulus dari PPG dan bisa menjadi bagian dari program Pendidikan guru penggerak, tapi saya bangga jadi guru, Ketika murid saya masih menyapa, meski sudah menjadi alumni, Ketika murid-murid saya Bahagia pada proses pembelajaran, Ketika murid saya berkata," saya mau jadi guru, seperti ibu.'' Saya Bahagia dan terharu, dan terutama saya bangga jadi guru, Ketika program saya rancang Bersama murid dapat diimplementasikan dan berdampak pada prilaku mereka tentang mengola sampah. 

Program yang Saya rancang  dan sudah di diskusikan bersama warga sekolah, kini  sudah mulai  tahap pelaksanaan, program ini   untuk  menumbuhkan kesadaran terhadap cinta lingkungan, yang saya beri nama KERDUS (kerajina Daur Ulang Sampah), melalui Program tersebut saya harap prilaku  murid lebih mneghargai tentang sampah yang ada di sekitar, sampah tersebut bisa diolah dan memiliki nilai, sehingga awalnya sampah menjadi  masalah, setelah kita olah dan di daur ulang bisa menjadi aset sekolah  , itulah yang membuat saya bangga menjadi guru, oleh karena itu saya terus berusaha mengupgrade kemampuan  diri agar bisa menyajikan pembelajaran sesuai zamannya, agar bisa menuntun murid pada kemerdekaan belajar.

Merdeka belajar berari guru bebas mengembangan tujuan pembelajaran, memilih media pembelajaran sesuai cara dengan gaya belajar murid, menyajikan pembelajaran sesuai kebutuhan murid bukan lagi sesuai keinginan guru. Belajar bukannya murid saja yang harus belajar, guru pun harus terus belajar agar bisa menyajikan pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Melalui merdeka belajar saya dapat menggali potensi murid saya sesuai bakat dan minatnya sehingga kebahagian pembelajaran dapat terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun