Mohon tunggu...
Yunengsih
Yunengsih Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

karakter terbentuk karena terbiasa dalam mengahadapi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ada Cerita di Balik Peristiwa: Sampah Tak Bertuan

15 April 2024   07:06 Diperbarui: 15 April 2024   07:19 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perjalanan yang tidak direncanakan, apalagi dianggarkan, baik secara finansial maupun secara tujuan. Tawaran dari teman karib yang mengajak untuk mengikuti sebuah acara yang berlatar belakang literasi. Mendengar kata literasi, aku sambut tawaran itu dengan senang hati. Secara keseluruhan acara aku menikmati, dan tentu mendapatkan pengalaman baru. Tapi di akhir acara, aku beranjak dari tempat duduk, kuedarkan pandangan mata ke seluruh penjuru ruang. Aku menangkap banyak sampah- sampah yang sudah tidak bertuan. Berdiri sambil menghembuskan napas, hufhhh.

Miris sekali aku melihatnya, dan hatiku seolah -- olah berkata, "Memalukan sekali tindakan mereka, padahal mereka rata-rata agen perubahan negeri ini, tapi minim tentang kesadaran sampah.'' Sambil terus meracau, dan tatapan mataku masih setia menatap sampah- sampah yang ditinggalkan oleh tuan yang tak bertanggung jawab.

Haruskah aku bertindak? Menyapa sampah sampah itu yang seolah-olah menatapku dengan tajam. Haruskah aku berteriak sambil berkata, "Hei, berhenti kalian! Jangan beranjak sebelum sampah kalian bawa pulang atau simpan ke tempat yang pantas. Sebagai ucapan terima kasih kepada meraka yang telah mengisi perut kalian. Tapi aku tersentak, siapa aku? Yang harus bertindak, dan siapa aku? Yang harus berteriak, mereka orang dewasa yang berwawasan dan berkedudukan lebih dariku. Dengan langkah gontai, aku berdiri sambil menyapa sampahku sendiri yang telah aku hasilkan. 

Maaf aku harus pulang, sabarlah nanti ada petugas yang akan menyapa kalian, bersabarlah dan semoga kalian bisa membawa perubahan di tangan-tangan yang tepat. Aku belum ada kekuatan, yang bisa mengubah kebiasaan orang lain tentang sampah. Jangan kalian berteriak aku pecundang, karena aku hanya diam. Yang bisa aku lakukan saat ini hanya mengamankan sampahku saja. Selamat tinggal, esok atau lusa semoga ada perubahan dan aku mengharapkan lahirnya kesadaran diri dari setiap insan tentang tanggung jawab sampah.

Setelah aku beranjak, meninggalkan ruangan dengan sejuta cerita yang akan kuceritakan kepada rekan rekanku, dan bahkan mungkin aku akan ceritakan kepada murid- muridku. Di penghujung ruang aku melihat banyaknya petugas-petugas yang berjibaku menyapa sampah-sampah yang telah di abaikan. Selamat tinggal aku akan kembali ke kota asalku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun