Mohon tunggu...
Yunda fithriyah
Yunda fithriyah Mohon Tunggu... Tutor - Mahasiswa Sastra Inggris IAIN Surakarta

Tutor bahasa Inggris, Founder Foreign Language Community. Director Foreign Language Community.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa yang Tunduk Stratifikasi Nampak Bermoral?

16 Desember 2021   00:40 Diperbarui: 16 Desember 2021   01:01 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas suatu ketika, katanya "yang lahir dari keluarga seperti dia harus kau jaga, lembutlah" walaupun yang bernyawa masih tak mengerti apa-apa. Ada konsepsi yang sedikit tergelincir dari tempat asalnya, kalo pada zaman terdahulu menjadi kotoran tak akan pernah di injak, sekarang menjadi kotoran akan dibuang dan terhina.

Jika yang dianggap bermoral tak bermoral, lantas mengapa harus menggunakan alasan demi moral, atau karena didikti dari rekontruksi jejak budaya masa lalu, sehingga buat sebagian orang diperalat untuk mengeksploitasi yang lemah, kenapa moral tampak berbeda dari daerah satu dengan yang lainya, karena moral itu sebenarnya adalah hasil dari kesepakatan masyarakat pada tempat tertentu, seperti kata Peter A French:


"A morality is an invention or a series of invention, a creation of human minds in community"
"Moralitas merupakan infensi atau runtutan infensi yang berupa ciptaan pemikiran komunitas manusia"

Moral menjadi tuntunan hidup manusia sebagai pilihan bagaimana manusia bertindak, suatu yang bersifat ideal bagi interaksi antar interpersonal, dianggap sesuatu yang sangat mulya.

Bagi teisme, moral ketika beriringan dengan ketuhanan, tujuannya untuk memanusiakan manusia, jika ada moral keagamaan tidak memanusiakan manusia berarti moral itu telah dipolitisi oleh individu atau kelompok demi kepentingan circlenya. Bagi atheism, moral ketika beriringan dengan kemanusiaan. Jika ada atheist mengangkat moral yang tidak memanusiakan manusia, maka kemungkinan kemurnian moral itu telah tercemari. Seperti apa bila ada sistem moral yang menjunjung stratifikasi kotor, seperti yang lemah makin tertindas, entah theism atau atheism maka sebutlah moral itu menjadi kalung bagi kelompok yang ingin mendapatkan kehormatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun