Mohon tunggu...
Qurotuayun Ayun
Qurotuayun Ayun Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa IAIN Jember

Pgmi'19 D4 Filsafat Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Perenialisme

12 Mei 2020   14:18 Diperbarui: 8 Juni 2021   14:56 12938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Filsafat Pendidikan Perenialisme (unsplash/inaki del olmo)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan tentang Filsafat Pendidikan Perenialisme

Pertama, pengertian perenialisme

Perenialisme berasal dari kata perenial yang berarti abadi atau kekal atau dapat diartikan juga tiada akhir. Esensi kepercayaan filsafat perenial ialah berpegang pada nilai-nilai yang bersifat abadi. 

Perenialisme memandang bahwa pendidikan harus didasari nilai-nilai kultural masa lampau (regresive road to culture) oleh karena kehidupan modern saat ini banyak menimbulkan krisis dalam banyak bidang kehidupan. 

Baca juga : Filsafat Pendidikan Perenialisme dan Tokoh Pemikiran Filsafat Perealisme

Perenialisme mengambil analogi realita sosial budaya manusia seperti realita sepohon bunga. Pohon bunga akan berbunga musim demi musim, datang dan pergi secara tetap sepanjang tahun dan masa.

Tujuan pendidikan menurut aliran perenialisme yaitu nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi. Sebab tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik menginternalisasikan nilai kebenaran agar mencapai kebaikan dalam hidup.

Contoh penerapan perenialisme dalam pendidikan yaitu berdirinya sekolah-sekolah berbasis agama seperti muhammadiyah, sekolah kristen, pondok pesantren. Sekolah-sekolah ini mengedepankan ilmu agama karena dianggap sebagai sesuatu yang memiliki nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang menjadi pandangan hidup.

Baca juga : Aliran Perenialisme Filsafat Pendidikan

Kedua, tokoh-tokoh filsafat perenialisme

1. Robert Maynard Hutchins
Robert Maynard Hutchins mengembangkan kurikulum berdasarkan penelitian buku besar bersejarah dan pembahasan buku klasik.

2. Ortimer Adler
Ortimer Adler mengatakan bahwa jika seorang manusia adalah makhluk rasional yang merupakan hakikat yang senantiasa seperti itu sepanjang sejarahnya maka tentulah manusia memiliki gambaran yang tetap dalam hal program pendidikan dengan tidak mengikutkan peradaban dan masa tertentu.

3. Plato
Plato berpandangan bahwa manusia tidak menciptakan kebenaran, pengetahuan, dan nilai moral melainkan bagaimana menemukan semuanya itu. Dengan menggunakan akal dan rasio, semuanya itu dapat ditemukan kembali oleh manusia.

Baca juga : Filsafat Perenialisme yang Bersangkutan dengan Rindu Tuhan

4. Thomas Aquinas
Thomas Aquinas berpandangan tentang realitas bahwa segala sesuatu yang ada, adanya itu karena diciptakan oleh Tuhan dan tergantung kepada-Nya. Sedangkan dalam hal pengetahuan, Thomas Aquinas mengemukakan bahwa pengetahuan itu diperoleh sebagai persentuhan antara dunia luar dan atau oleh akal budi yang kemudian menjadi pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun