Mohon tunggu...
Yunas Windra
Yunas Windra Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir di Bukittinggi, SD pindah ke Banten, SMP Muhammadiyah Pontang, Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Serang Banten, IKIP Jakarta Adm.Perencanaan Pendidikan, Aktivitas sekarang di Lembaga Pendidikan Nurul Fikri sejak tahun 1988

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perang Opini saat Banjir Jakarta

29 Januari 2014   17:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:20 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selaku Pejabat Sebaiknya Mengeluarkan Statement yang Bijaksana

Ini kopas saya terhadap pemberitaan media saat awal kisah banjir Jakarta 2014.

Ahok klaim banjir kini tak separah tahun lalu

Rabu, 15 Januari 2014 15:49 WIB | 2511 Views

Pewarta: Ida Nurcahyani

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengklaim banjir tahun ini tidak separah dari tahun lalu.

"Iya, bisa dibilang begitu. Tapi ini kita masih berdoa sampai akhir. Tahun ini bisa dibilang banjir tidak terlalu parah dengan catatan tidak ada tanggul yang jebol atau mesin pompa yang mati, kan ini banyak mesin pompa baru," kata Ahok di Balaikota, Rabu.

Ahok membandingkan kondisi Jalan Thamrin-Sudirman tahun lalu dan tahun ini yang saat ini sudah bebas genangan.

"Dulu hujan gede setengah hari aja Thamrin-Sudirman langsung tergenang banjir, tapi sekarang hujannya bermalam-malam lho, mengerikan, kok enggak ada air sama sekali?" katanya.

Ahok menilai itu terjadi karena sistem antisipasi banjir oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah berjalan dengan baik.

"Ini karena sistemnya sudah jalan, coba lihat di Ancol, Mangga Dua, Pademangan, banjir enggak? Cuma sekarang Sunter masih banjir kenapa? Karena banyak warga yang bertahan bikin pemukiman kumuh di sana, kalau hujan air enggak turun, sama mereka malah dibobok. Saya punya gambar lengkapnya," kata Ahok.

Mengenai warga yang mendirikan pemukiman di atas saluran-saluran air, Ahok memerintahkan bawahannya untuk bertindak tegas.

"Makanya saya bilang ke wali kota yang baru agar penjarain (penjarakan) aja itu semua, kita enggak pernah mau menjarain (memenjarakan) orang sih," katanya.

Meski secara keseluruhan Ahok menilai banjir di Jakarta sudah agak berkurang, namun dia mengakui wilayah Timur Jakarta masih parah.

"Wilayah Timur Jakarta masih parah karena jebolnya Kali Jala yang di Depok. Kalau wilayah Barat sudah tidak banjir. Secara keseluruhan banjir di Jakarta sudah lebih kecil," katanya.

Editor: Jafar M Sidik

Hemat saya akan lebih bijaksana yang disampaikan adalah fokus pada ‘usaha keras’ yang sedang dilakukan dalam mengatasi dan antisipasi kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi tak perlu dibanding-bandingkan. Kalau mau menyatakan hal seperti ini baiknya tunggu sampai keadaan benar-benar tuntas saat musim penghujan secara hitungan ilmiah benar-benar sudah reda.

Ini juga menjadi pelajaran buat kita semua dalam menyampaikan opini. Sebaiknya rasional, netral tidak berlebihan dalam mengapresiasi, apalagi mengkritisi. Banjir ini masalah bangsa artinya masalah rakyat dan pemimpinnya tidak ada manfaatnya saling memojokkan baik yang pro pimpinan yang sedang berjalan sekarang maupun yang kontra. Pimpinan sudah bekerja keras, rakyat harus memberi support dan mendukung program pemeritah, kita sampaikan pemikiran, ide, strategi dan teknik yang barangkali dapat menginspirasi ditemukannya solusi.

Hari ini terlihat kondisi wilayah Jakarta menghkhawatirkan. Seingat saya belum pernah efek banjir di cawang menyebabkan ekor kemacetan sampai ke Pasar Minggu bahkan sampai perempatan TB Simatupang. Sebaiknya kita istigfar dan introspeksi.

Ada yang berbahaya menurut saya dari kenyataan yang berkembang di masyarakat gara-gara beda partai, golongan, kelompok masing-masing memposisikan diri sebagai lawan meski pemilu sudah menghasilkan pimpinan terpilih. Pihak yang kalah sepertinya memendam dendam yang dilampiaskan saat kinerja 'musuh' menemui benturan bahkan berusaha menjegal dan menghambat. Sepertinya ada yang salah dalam pendidikan demokrasi kita pada rakyat. Harus dibangun kesadaran bahwa setelah pemimpin terpilih itu adalah kemenangan semua partai lalu support pemenangnya. Itu bukan kemenangan partai pengusung. Ingat yang memilih itu rakyat bukan partai. Selama program yang dijalankan baik dan solusi dalam  menyelesaikan masalah rakyat maka dukung dan sebaliknya. Meskipun pemenang pemilu bukan calon yang kita pilih. Kalu sikap tidak dewasa seperti ini dibiarkan apalagi dipupuk terus maka yakinlah bahwa masalah bangsa ini tidak akan pernah selesai. Siapapun pimpinan terpilih dari partai manapun akan kesulitan menjalankan amanah yang diemban.

Wallahua'lam....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun