Musim lebaran hampir berlalu. Kantor-kantor mulai beraktivitas kembali. Tempat-tempat wisata yang selama masa lebaran menikmati masa panen mulai terlihat lengang. Namun nanti, sekitar pertengahan bulan Agustus, kota tercinta ini, Jogjakarta, akan menerima lagi tamu-tamu agung dari berbagai pelosok Nusantara. Mereka adalah para mahasiswa baru yang akan menempuh pendidikan di Kota Pelajar ini.
Selamat datang Maba di Jogja!!!
(Gambar dari Tribunnews.com)
Fenomena bertambahnya penduduk Jogja ini terus berulang tiap tahun. Jumlah mahasiswa yang lulus selalu tidak sebanding dengan mahasiswa baru yang masuk. Di satu sisi, banyaknya mahasiswa yang berkuliah di Jogja memberikan andil bagi berkembangnya aktivitas perekonomian di sekitar kampus. Bisnis kost-kostan, fotocopy, dan warung makan adalah jenis usaha yang marak berkembang di area-area seputaran kampus. Berbeda dengan beberapa dekade yang lalu, dimana citra mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang serba berkekurangan sehingga tiap bulan harus hidup ngirit, kini mahasiswa yang berkuliah di Jogja dilayani oleh tempat-tempat makan yang cozzy dan lebih berkelas.
Di samping memberikan andil dalam menggerakkan roda perekonomian di Kota Jogja, tidak dapat dipungkiri kedatangan para mahasiswa membawa dampak negatif yang lama kelamaan mengganggu kenyamanan penduduk asli Kota Gudeg ini. Seperti yang banyak dikeluhkan, masyarakat Jogja semakin merasa tidak nyaman tinggal di kotanya. Jalanan di Kota Jogja menjadi semakin macet dan tidak nyaman. Kedatangan mahasiswa baru ke Kota Jogja diikuti pula dengan kedatangan sepeda motor dan mobil baru milik mereka, dan inilah yang membuat jalanan di Kota Jogja semakin padat. Jika dulu karena identik serba berkekurangan para mahasiswa mengandalkan bus kota untuk bepergian dan aktivitasnya pun tidak terlalu jauh dari sekitaran kawasan kampus, kini mereka datang dengan kendaraan pribadi, yang meskipun tidak semuanya seperti itu, ikut memberi andil dalam menambah beban jalanan di Kota Jogja.
(gambar dari pertamax7.com)
Maka sebagai warga asli Jogja, yang sejak orok hingga rambut mulai ditumbuhi uban (padahal belum kepala tiga hehe), saya ingin menyampaikan pesan kepada para mahasiswa, baik yang masih kinyis-kinyis maupun yang sudah lama berkuliah di kota tercinta ini:
1.Mari budayakan bersepeda untuk beraktivitas. Saya yakin tempat kost rekan-rekan mahasiswa masih berada di seputaran kampus. Dengan demikian, untuk bolak balik dari kost ke kampus jarak yang ditempuh tidaklah terlalu jauh. Daripada menghabiskan duit hingga 5 jutaan lebih untuk membeli sepeda motor, alangkah lebih baiknya menyisihkan duit 300 ribu untuk membeli sepeda. Dengan harga segitu rekan-rekan sudah bisa mendapatkan sepeda bekas. Hanya perlu sedikit dioprek, yang kira-kira menghabiskan uang tidak lebih dari 200 ribu, rekan-rekan sudah mendapatkan alat transportasi yang murah dan menyehatkan.
(Gambar oleh Boy Gilang Budiman)
2.Saya mengerti karena status ganda yang disandang oleh Kota Jogja sebagai Kota Pelajar sekaligus Kota Wisata, rekan-rekan merasa penasaran untuk menjelajahi sudut-sudut kota Jogja. Mungkin akan terasa melelahkan jika harus berkeliling kota menggunakan sepeda. Namun jangan khawatir, karena di Jogja ada Bus Trans Jogja, yang menjangkau tempat-tempat strategis di Kota Jogja dan sekitarnya. Pergi ke mall atau nongkrong di tempat-tempat yang cozzy menggunakan bus Trans Jogja tidak akan mengurangi gengsi anda kok. Di luar negeri sana bahkan orang biasa berkencan dengan pasangannya di halte, lantas sama-sama pergi ke tempat yang ingin dituju menggunakan bus kota. Dengan menggunakan Trans Jogja, rekan-rekan mahasiswa sudah ikut memberikan sumbangsih untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di Kota Jogja. Kan katanya sebagai mahasiswa rekan-rekan sekalian ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Caranya sederhana kok, dengan ikut membantu mengurangi kemacetan di jalanan, sama artinya rekan-rekan membantu pemerintah untuk menghemat BBM dan mengurangi biaya perawatan jalan.
(Gambar dari forum.elins.org)
3.Yang terakhir, rekan-rekan mahasiswa datang ke Jogja pamitnya ke orang tua untuk belajar, kan? Oleh karena itu mari amanat orang tua itu sungguh-sungguh dijalankan. Jangan sering keluyuran gak jelas apalagi sampai bikin onar. Mari sama-sama membangun citra Jogja sebagai Kota Pelajar, dengan menciptakan ruang-ruang untuk berdiskusi yang memungkinkan satu sama lain bertukar pikiran secara egaliter. Nongkrong untuk sekedar refreshing boleh juga lah, apalagi kuliah sekarang katanya memang tambah berat, karena sedikit-sedikit dosen memberikan tugas kepada mahasiswanya. Tapi memang itulah belajar. Akan lebih asyik jika sembari nongkrong bareng teman-teman kuliah, disisipi sedikit pembahasan mengenai tugas kuliah atau berdiskusi mengenai masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh masyarakat kita. Atau lebih positif pula jika rekan-rekan mau meluangkan waktu untuk berorganisasi, karena di Kota Jogja ini ada banyak organisasi maupun komunitas yang dapat dimasuki untuk melatih kecerdasan emosional dan intelektual kaum muda.
(Gambar dari bantulonline.com)
Mungkin Cuma itu pesan yang ingin saya bagikan. Yang jelas, seperti kata Kanjeng Sultan, para mahasiswa dari luar daerah ini adalah tamu-tamunya Sultan. Sebagai tamu agung-nya Sultan, saya dan warga Jogja yang lain tentu selayaknya menyambut para mahasiswa dari luar daerah dengan ramah dan penuh keterbukaan. Namun sekali lagi, mari sama-sama menjaga iklim yang kondusif di Kota Jogja tercinta ini. Bukankah katanya mahasiswa ini adalah para calon pemimpin bangsa, yang nantinya akan melahirkan solusi-solusi bagi masalah yang dihadapi bangsa ini? Masak datang-datang sudah membawa masalah buat kota tempatnya menuntut ilmu? Gak mboys blas, kan, kalo kata Suro dan Boyo?
Salam damai untuk Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H